Setelah mengetahui semuanya dari mulut Gurunya sendiri, Lanting Beruga akhirnya memutuskan untuk bertekad keluar dari tempat ini.
Dia sudah tahu siapa musuhnya di dalam Serikat Satria, yaitu Ketua Devisi Informasi yang terkenal sangat lembut dan santun.
Sial, rupanya sifat itu hanya untuk menutupi kelicikannya saja. Lanting Beruga benar-benar membenci orang seperti itu.
"Aku akan memeriksa semua tempat di penjara ini, Guru!"
Guru Kilat Putih awalnya ragu, tapi dia tidak bisa mencegah keinginan Lanting Beruga. Lagipula saat ini hanya dirinya satu-satunya harapan Guru Kilat Putih.
"Mata yang kau miliki milik Sekar Ayu?" ucap Guru Kilat Putih. "Apa yang terjadi dengan dirinya?"
Dengan wajah lesu, Lanting Beruga menceritakan kejadian yang telah menimpa Sekar Ayu, dan bagaimana dirinya bisa mendapatkan mata kirinya.
"Mata Asura ..." ucap Guru Kilat Putih. "Jika Sekar Ayu masih hidup, dia akan diincar oleh semua pendekar karena memili
Sekumpulan siluman datang menyerang, bergerak liar di sekitar Lanting Beruga. Melihat manusia adalah hal yang langka, membuat perut mereka menjadi lapar.Pria di sebelah Lanting Beruga mengeraskan rahang, mengepalkan tinju, bersiap menghadang lawan yang sesaat lagi akan datang.Meliuk ular besar berniat menerkam Lanting Beruga, tapi siluman lain melakukan hal yang sama, jadi mereka saling sikut kiri kanan untuk mendapatkan makanan.Tapi mereka tidak tahu, ada benang begitu tipis telah mengelilingi tempat ini."AHKKK!" ular itu membuka mulutnya lebar-lebar, tapi berhenti tepat di hadapan Lanting Beruga ketika dia menyadari telah terjadi sesuatu dengan tubuhnya.Tak sengaja ular itu terkena benang emas milik Lanting Beruga. Membuat tubuhnya terhenti dan sisik di tubuhnya mulai terkelupas.Krek krek. Suara benang emas berderik, tapi tidak putus.Lanting Beruga tersenyum tipis, mata kirinya berdenyut kuat saat energi batin menyerang energ
"Apa yang akan kau lakukan jika keluar dari tempat ini, Paman?" tanya Lanting Beruga."Kembali ke kampung halaman, di Negara Swarnadwipa ..." ucap Rambai Kaca.Swarnadwipa, Lanting Beruga terdiam cukup lama."Apa kau tahu negara itu?" tanya Rambai Kaca."Ya, hanya sedikit dari cerita kakekku ..." ucap Lanting Beruga. "Dia berasal dari sana ...Kakek tidak memberi tahuku informasi yang banyak, aku juga tidak tahu apa alasannya?"Rambai Kaca bercerita sedikit mengenai kampung halamannya, dan ini membuat Lanting Beruga berniat pergi ke tempat itu suatu saat nanti.Setelah menyantap banyak daging siluman, Rambai Kaca duduk bersila tidak jauh dari api unggun ini. Dia meletakan tangannya ke dasar penjara, lalu energi kecoklatan mulai masuk ke dalam tubuhnya.Menurut pria itu, dalam ke adaan seperti ini, dia tidak boleh lengah, harus tetap waspada karena kemungkinan besar masih banyak siluman yang akan menyerang mereka di tempat ini.
Lanting Beruga harus menggunakan kekuatan roh api dan mata asura untuk menghadapi ratusan siluman buas yang mengincar mereka.Meski menebas kepala siluman itu cukup mudah dilakukan, tapi lama-kelamaan sedikit lebih sulit. Hal ini mungkin karena stamina dua orang itu semakin terkuras habis, atau mungkin pula level siluman yang mereka lawan saat lebih tinggi dari sebelumnya.Gemerincing suara tebasan pedang Lanting Beruga terdengar nyaring manakala berbenturan dengan kulit keras siluman tersebut.Di sisi lain, kepalan tinju Rambai Kaca telah mengirim beberapa belas siluman ke alam baka, tapi jumlah seperti itu masih sangat kecil dibanding jumlah keseluruhan siluman ini.Lanting Beruga bergerak ke belakang, ketika dua ekor siluman secepat kilat menusukan duri dari tangan mereka. Pada saat yang sama, pemuda itu meninggalkan benang emas di sepanjang jalur lintasannya.Rambai Kaca melihat hal itu tidak berniat mendekati pemuda itu lagi, dia tidak memilik
Wajah Lanting Beruga mulai terlihat begitu serius, tidak ada senyum di bibirnya saat ini.Dengan penuh kesadaran, Lanting Beruga mengetahui lawannya begitu tangguh.Siluman laba-laba itu lebih kuat daripada ular yang ada di gerbang pusaran energi Devisi Penerimaan.Mahluk itu berdecis sekali, menunjukan gigi besar di monyong mulutnya.Push.Tembakan jaring laba-laba bergerak begitu cepat ke arah Lanting Beruga, hampir saja berhasil menangkap tubuh pemuda tersebut.Pow Pow PowMata kiri Lanting Beruga mengirim energi batin dalam jumlah yang sangat banyak, membuat kepala Lanting Beruga sedikit sakit.Serangan energi batin itu berhasil melemahkan energi siluman raja laba-laba, tapi biasanya serangan energi batin bisa langsung membunuh para siluman.Lanting Beruga melihat sebuah kesempatan untuk menyerang, langsung memanfaatkan kesempatan itu dengan sangat baik."Tarian Dewa Angin ..." Lanting Beruga bergerak ke depan
Di sisi lain, Rambai Kaca berjibaku sengit melawan semua siluman tersisa kecuali raja silumannya.Pukulannya melayang begitu kuat membuat tulang tengkorak siluman-siluman itu pecah berhamburan.Sesekali dia berteriak keras, menyerang penuh dengan semangat membara.Kemarahan menjadi satu dengan tekadnya yang kuat, membuat pria itu menjadi lebih gila dari sebelumnya.Sesekali dia terpukul beberapa depa jauhnya, terhempas di dinding penjara atau bahkan berguling di permukaan dasar, tapi hal itu tidak menyurutkan ambisinya untuk menang.Tubuhnya jangan ditanya lagi, penuh dengan lendir dan darah para siluman.Plak.Pukulannya kali ini masuk terlalu dalam di kepala satu siluman yang menyerupai wajah serigala tapi bisa berdiri seperti manusia."Tidak terlalu keras, Hahahaha!" Rambai Kaca tertawa terbahak-bahak, seraya memukul kepala itu bertubi-tubi. "Makan ini siluman keparat!"Dua ekor siluman yang lain menatap Rambai Kaca d
Setelah kematian raja siluman, Lanting Beruga membabat habis semua telur siluman yang ada di sini. Baru setelah tugasnya selesai, dia tersandar di dekat bangkai siluman lebah.Efek samping dari penggunaan 100% kekuatannya kini mulai terasa oleh Lanting Beruga. Tubuhnya mulai lemah seolah semua sendinya lepas.Tak berdaya sama sekali, Lanting Beruga tertidur pula pada akhirnya.Dia terjaga setelah Rambai Kaca membangunkan dirinya beberapa kali."Sudah berapa lama aku tertidur?" tanya Lanting Beruga."Cukup lama ..." ucap Rambai Kaca, "mungkin 3 sampai 4 hari."Lanting Beruga mengucek dua matanya, sekarang dirinya terasa lebih haus dari sebelumnya, tapi di tempat ini tidak ada air yang dapat diminum olehnya.Dengan dibantu Rambai Kaca, Lanting Beruga berjalan menyusuri ruangan lain di balik ruangan yang dipenuhi oleh bangkai siluman ini.Awalnya, ruang itu tidak dapat dilihat oleh mereka berdua, karena tertutup jaring-jaring laba
2 ribu tahun yang lalu, seorang empu sakti mandraguna berhasil menciptakan sebuah mustika dari tapa beratannya yang memakan waktu puluhan tahun lamanya.Di dalam kita Malyapura, dari negara Swarnadwipa, di jelaskan jika empu sakit tersebut menitipkan mustika tersebut kepada putranya yang merupakan satu dari segelintir orang pendekar yang menjadi level langit dijalur kependekaran.Ketika putra tersebut berhasil mencapai puncak tertinggi dari level kependekaran, dia memutuskan untuk moksa atau melakukan perjalanan spiritual menuju alam kematian.Hingga saat itu terjadi, Mustika Dewa Gunung Suci hilang tanpa kabar. Ratusan dekade kemudian,semua pendekar mencari keberadaan mustika Dewa Gunung Suci tapi hingga saat ini, tida ada satupun yang berhasil menemukannya.Tidak ada yang menduga mustika tersebut akan muncul lagi, bahkan mungkin peramal paling hebat yang ada di lima negara tidak pernah menduga mengenai benda tersebut.Jika dikatakan sebuah pusaka
Berjalan beberapa waktu lamanya, Lanting Beruga dan Rambai Kaca menemukan sebuah desa kecil tidak jauh dari tepian pantai.Namun ada hal yang aneh dengan desa itu, selain dari jemuran ikan kering di atas anyaman bambu. Semua orang tampak menutup pintu saat ini, seolah takut akan sesuatu yang akan datang di desa ini.Beberapa tong air tergeletak di depan pintu mereka, beberapa puntung tidak tersusun rapi di samping rumah, seolah mereka semua buru-buru berlindung di ke dalam rumah.Lanting Beruga menemukan seorang pria tua hendak menutup pintu rumah mereka, tapi segera dicegah oleh Lanting Beruga."Tunggu dulu Kisanak, kenapa kau menutup pintu?"Pria itu masih berusaha menutupnya, tapi hanya dengan satu tangan kiri saja Lanting Beruga bisa menahan pintu tersebut, hingga pak tua itu menyerah."Tolong tuan, jangan bunuh kami!""Hemmm ..." Lanting Beruga menggaruk kepalanya, "Kisanak, apa wajahku terlihat seperti pembunuh?"Mendenga