Setelah kematian raja siluman, Lanting Beruga membabat habis semua telur siluman yang ada di sini. Baru setelah tugasnya selesai, dia tersandar di dekat bangkai siluman lebah.
Efek samping dari penggunaan 100% kekuatannya kini mulai terasa oleh Lanting Beruga. Tubuhnya mulai lemah seolah semua sendinya lepas.
Tak berdaya sama sekali, Lanting Beruga tertidur pula pada akhirnya.
Dia terjaga setelah Rambai Kaca membangunkan dirinya beberapa kali.
"Sudah berapa lama aku tertidur?" tanya Lanting Beruga.
"Cukup lama ..." ucap Rambai Kaca, "mungkin 3 sampai 4 hari."
Lanting Beruga mengucek dua matanya, sekarang dirinya terasa lebih haus dari sebelumnya, tapi di tempat ini tidak ada air yang dapat diminum olehnya.
Dengan dibantu Rambai Kaca, Lanting Beruga berjalan menyusuri ruangan lain di balik ruangan yang dipenuhi oleh bangkai siluman ini.
Awalnya, ruang itu tidak dapat dilihat oleh mereka berdua, karena tertutup jaring-jaring laba
2 ribu tahun yang lalu, seorang empu sakti mandraguna berhasil menciptakan sebuah mustika dari tapa beratannya yang memakan waktu puluhan tahun lamanya.Di dalam kita Malyapura, dari negara Swarnadwipa, di jelaskan jika empu sakit tersebut menitipkan mustika tersebut kepada putranya yang merupakan satu dari segelintir orang pendekar yang menjadi level langit dijalur kependekaran.Ketika putra tersebut berhasil mencapai puncak tertinggi dari level kependekaran, dia memutuskan untuk moksa atau melakukan perjalanan spiritual menuju alam kematian.Hingga saat itu terjadi, Mustika Dewa Gunung Suci hilang tanpa kabar. Ratusan dekade kemudian,semua pendekar mencari keberadaan mustika Dewa Gunung Suci tapi hingga saat ini, tida ada satupun yang berhasil menemukannya.Tidak ada yang menduga mustika tersebut akan muncul lagi, bahkan mungkin peramal paling hebat yang ada di lima negara tidak pernah menduga mengenai benda tersebut.Jika dikatakan sebuah pusaka
Berjalan beberapa waktu lamanya, Lanting Beruga dan Rambai Kaca menemukan sebuah desa kecil tidak jauh dari tepian pantai.Namun ada hal yang aneh dengan desa itu, selain dari jemuran ikan kering di atas anyaman bambu. Semua orang tampak menutup pintu saat ini, seolah takut akan sesuatu yang akan datang di desa ini.Beberapa tong air tergeletak di depan pintu mereka, beberapa puntung tidak tersusun rapi di samping rumah, seolah mereka semua buru-buru berlindung di ke dalam rumah.Lanting Beruga menemukan seorang pria tua hendak menutup pintu rumah mereka, tapi segera dicegah oleh Lanting Beruga."Tunggu dulu Kisanak, kenapa kau menutup pintu?"Pria itu masih berusaha menutupnya, tapi hanya dengan satu tangan kiri saja Lanting Beruga bisa menahan pintu tersebut, hingga pak tua itu menyerah."Tolong tuan, jangan bunuh kami!""Hemmm ..." Lanting Beruga menggaruk kepalanya, "Kisanak, apa wajahku terlihat seperti pembunuh?"Mendenga
Sebuah bangunan cukup besar tidak jauh dari desa tadi berdiri di pinggir hutan belantara.Beberapa orang terlihat sedang mengangkat cawan tuak mereka, lalu berteriak gembira sambil menikmati minuman keras tersebut.Yang lain, tampak sedang bermain dadu, memperebutkan beberapa gadis cantik yang di ikat di tiang bangunan.Gadis itu berasal dari banyak desa yang mereka rampok, dijadikan sandara untuk melampiaskan nafsu bejat kelompok ini.Setelah tanpa busana, gadis-gadis itu menangis sambil beratap untuk dibebaskan, tapi mana mungkin manusia keji ini mau melakukannya.Mereka akan dijadikan sandra seumur hidup mereka, atau jika manusia bejat ini sudah cukup bosan, mereka semua akan dijual ke kota sebagai budak.Ah, ada banyak orang yang suka membeli budak selain dari Bangsawan Dunia."Ketua! Ketua!" seorang pria berteriak di luar bangunan ini, salah satu dari pria-pria ini membuka pintu, mendapati petugas yang diutus untuk merampok desa
Jika bukan karena ucapannya, pedang Lanting Beruga mungkin sudah memotong kepala pimpinan bajak laut itu sampai tanggal."Aku berjanji akan membawamu menemui orang itu ..." Pria itu memohon ampunan saat ini, dia akan menjadi petunjuk jalan bagi Lanting Beruga untuk menemukan sebuah peta.Tentu saja peta itu digunakan untuk kembali ke Serikat Satria, misinya kali ini membongkar kedok Ketua Devisi Informasi palsu.Di sisi lain, Rambai Kaca membutuhkan peta itu untuk kembali ke kampung halamannya.Lanting Beruga melepaskan semua ikatan yang membelenggu para gadis desa, mencarikan mereka pakaian yang bisa menutupi setengah bagian tubuh mereka yang terbuka.Ikatan tali mereka dipakai oleh Lanting Beruga untuk membelenggu pimpinan perompak itu."Sebenarnya ikat ini tidak terlalu penting," ucap Lanting Beruga sambil mengeratkan simpul di tangan pria itu. "Meski kau mencoba untuk lari, aku akan menemukan dirimu dengan mudah."Siapa yang menco
Ini adalah gedung tertinggi Kota tersebut, seorang pemimpin Kota baru saja naik jabatan setelah membunuh pemimpin kota terdahulu.Di dalam gedung itu, ada beberapa orang pendekar level pilih tanding sebagai petugas keamanan bangunan ini.Dua orang tampak sedang berdiskusi mengenai rencana-rencana besar mereka untuk menaklukan Sursena.Siapa lagi jika bukan Pangeran Ke Dua Sursena, Rosalawu dan Patihnya Sandara Angin.Setelah pertarungan besar di Sursena, dua orang itu melarikan diri guna bertahan hidup. Pergi sejauh mungkin dari Sursena, tapi rupanya ada rencana licik di kepala Rosalawu.Dia menemukan kota kecil ini, kota miskin yang dianggapnya cocok sebagai tempat persembunyian sementara, tentu pula untuk menghimpun kekuatan ulang, mengambil tahta Sursena dari Jubarda Agung."Kita akan melaksanakan rencana ini 10 tahun lagi ..." ucap Rosalawu. "Sial, kita butuh banyak harta untuk membuat kota ini menjadi benteng terhebat."Harta ben
"Apa yang kau mau dari kami berdua?" tanya Sandar Angin, mencoba memberanikan diri, karena menyadari satu hal, Lanting Beruga tidak memiliki tenaga dalam.Jika memang terjadi pertarungan, mungkin saja lawan mereka yang akan sulit ditangani adalah pria dengan mata dalam yang duduk dengan tuak ditangannya.Lanting Beruga hanya tersenyum kecil, sekarang keinginannya untuk mendapatkan sebuah peta telah berubah lain, dia ingin mendapatkan dua nyawa orang ini.Pimpinan pemberontak telah memberi tahunya segala hal mengenai kota ini, pimpinan baru yang melengserkan pimpinan lama dan upeti yang dipungut sangat memberatkan para rakyat.Lebih membuat Lanting Beruga marah adalah, semua harta ini akan digunakan membentuk sebuah pasukan besar untuk menyerang Sursena.Telah banyak orang mati demi melindungi kerajaan itu, Nyai Anjani, Sekar Ayu dan beberapa pendekar tangguh yang lain rela mengorbankan darah demi ketentraman Sursena, tapi Rosalawu ingin menciptakan
Pada akhirnya, Lanting Beruga berpisah dengan Rambai Kaca, pendekar tanah Swarnadwipa."Jika suatu saat nanti kau membutuhkan bantuan ..." ucap Rambai Kaca sebelum melangkah pergi meninggalkan Lanting Beruga. "Pergilah ke Negeriku, cari namaku! Aku akan datang membantu!"Lanting Beruga tertawa kecil, sambil melambaikan tangannya ke arah Rambai Kaca, "Sampai berjumpa lagi di lain waktu, jaga dirimu baik-baik!"Pemuda itu kemudian pergi meninggalkan kota ini, meninggalkan banyak mayat di dalam bangunan penguasa. Jika rakyat besok pagi melihat atau mencium bau bangkai, mereka akan terkejut jika pimpinan kota ini telah mati dengan cara yang mengerikan.Lanting Beruga melihat ke arah matahari, Rambai Kaca menginstruksikan dirinya untuk pergi ke arah mata hari terbit, dimana pulau Serikat Satria berada.Sebenarnya, pemuda itu bahkan tidak membuka peta sedikitpun, karena akan percuma. Dia tidak bisa membacanya.Malam hari, Lanting Beruga akan berhe
Tugas? tugas apa yang harus dilakukan oleh Lanting Beruga?"Kau punya tugas untuk mengamankan jalannya pertandingan ini!" ucap Ketua Devisi Bayangan."Aku, Ketua?" tanya Lanting Beruga."Ya," jawab Ketua Devisi Bayangan. "Jika dugaanku benar, para penghianat akan menggunakan momen ini untuk melemahkan Serikat Satria."Lanting Beruga tidak menolak pekerjaan itu, lagipula dengan dia menjadi petugas keamanan, Lanting Beruga bisa menyelidiki Ketua Devis Informasi.Jadi mulai hari ini, Lanting Beruga diharuskan untuk berkumpul di Istana Serikat Satria bersama dengan para tetua lain, yang ditunjuk sebagai petugas keamanan.Pada akhirnya, Lanting Beruga pergi bersama dengan dua tetua lain menuju Serikat Satria."Lihat pemuda itu! Apa benar dia adalah wakil tangan kanan Ketua Devisi Bayangan?""Aku tidak terlalu mengenal dirinya, tapi dilihat dari dua tetua lain yang ada di belakang dirinya, mungkin dia adalah orang itu.""Masih