Pada akhirnya, Lanting Beruga berpisah dengan Rambai Kaca, pendekar tanah Swarnadwipa.
"Jika suatu saat nanti kau membutuhkan bantuan ..." ucap Rambai Kaca sebelum melangkah pergi meninggalkan Lanting Beruga. "Pergilah ke Negeriku, cari namaku! Aku akan datang membantu!"
Lanting Beruga tertawa kecil, sambil melambaikan tangannya ke arah Rambai Kaca, "Sampai berjumpa lagi di lain waktu, jaga dirimu baik-baik!"
Pemuda itu kemudian pergi meninggalkan kota ini, meninggalkan banyak mayat di dalam bangunan penguasa. Jika rakyat besok pagi melihat atau mencium bau bangkai, mereka akan terkejut jika pimpinan kota ini telah mati dengan cara yang mengerikan.
Lanting Beruga melihat ke arah matahari, Rambai Kaca menginstruksikan dirinya untuk pergi ke arah mata hari terbit, dimana pulau Serikat Satria berada.
Sebenarnya, pemuda itu bahkan tidak membuka peta sedikitpun, karena akan percuma. Dia tidak bisa membacanya.
Malam hari, Lanting Beruga akan berhe
Tugas? tugas apa yang harus dilakukan oleh Lanting Beruga?"Kau punya tugas untuk mengamankan jalannya pertandingan ini!" ucap Ketua Devisi Bayangan."Aku, Ketua?" tanya Lanting Beruga."Ya," jawab Ketua Devisi Bayangan. "Jika dugaanku benar, para penghianat akan menggunakan momen ini untuk melemahkan Serikat Satria."Lanting Beruga tidak menolak pekerjaan itu, lagipula dengan dia menjadi petugas keamanan, Lanting Beruga bisa menyelidiki Ketua Devis Informasi.Jadi mulai hari ini, Lanting Beruga diharuskan untuk berkumpul di Istana Serikat Satria bersama dengan para tetua lain, yang ditunjuk sebagai petugas keamanan.Pada akhirnya, Lanting Beruga pergi bersama dengan dua tetua lain menuju Serikat Satria."Lihat pemuda itu! Apa benar dia adalah wakil tangan kanan Ketua Devisi Bayangan?""Aku tidak terlalu mengenal dirinya, tapi dilihat dari dua tetua lain yang ada di belakang dirinya, mungkin dia adalah orang itu.""Masih
Mengawasi murid senior selama 3 bulan penuh bukan perkara mudah, ada banyak titik perkumpulan murid-murid itu, tapi Lanting Beruga tidak kehilangan akal.Dia keluar dari Istana memperhatikan sekelilingnya lalu menemukan sebuah ide yang cukup bagus.Istana ini memiliki satu menara paling tinggi yang diletakan tepat tengah-tengah pulau ini. Menara itu jarang dijaga oleh pendekar keamanan, jadi Lanting Beruga bisa menggunakan menara itu sebagai tempat utama untuk mengintai.Dia melesat ke atas, berdiri di tempat itu yang ukurannya tidak terlalu luas, tapi cukup untuk bisa tidur dan duduk dikala waktu luang.Lanting Beruga membuka mata kirinya, memperhatikan sekali lewat Serikat Satria kemudian pandangannya jatuh ke sisi lain wilayah ini.Sebuah halaman terbentang luas di samping Istana Serikat Satria, beberapa puluh Bangsal atau bangunan berdiri di tempat itu.Menjelang pertandingan, semua peserta akan diminta untuk tidur dan menetap di Bangsal
Lanting Beruga tidak akan membiarkan satu tugas seperti ini gagal, meski mungkin dia harus bertahan di tempat ini selama 3 bulan lamanya.Dia akan turun dari menara ketika panggilan alam datang, tapi hal itu tidak semata-mata dia akan melalaikan tugasnya. Dia meminta Garuda Kencana mengawasi setiap pergerakan para peserta, lalu melaporkan semua hal yang terjadi kepada dirinya.Begitu seterusnya sampai 10 hari lamanya, Lanting Beruga masih berada di tempatnya semula.Lalu hal ini malah membuat beberapa tetua menjadi kesal. Mereka berencana mempermainkan Lanting Beruga dengan membiarkan pemuda itu melakukan tugasnya seorang diri, tapi yang terjadi diluar dugaan mereka. Lanting Beruga malah terbiasa dengan tugas ini, dan tampaknya tidak terbebani sama sekali, meskipun pemuda itu tidak diberi makanan atau minuman."Mau kemana dirimu?" tanya tetua muda, salah satu dari murid Pimpinan Serikat Satria.Seorang tetua tersenyum penuh makna lalu berkata
"Kalian berdua lebih baik ikut aku!" ucap Lanting Beruga, berkata kepada dua tetua yang menyamar sebagai penguntit tersebut, melihat dua orang itu tidak bergeming, Lanting Beruga mendekati dua orang tersebut dan berbisik kecil.Setelah mendengar bisikan Lanting Beruga, dua penguntit tersebut menjadi tegang bukan kepalang. Bagaimana Lanting Beruga bisa melihat wajah mereka sementara ditutupi oleh topeng hitam?Mendengar suara Lanting Beruga, Intan Ayu yang berdiri di belakang pemuda itu tampak menjadi senang, dia sangat yakin di depannya adalah pemuda tersebut.Dengan rasa gembira, Intan Ayu bergerak hendak melihat Lanting Beruga dari sisi depan, tapi pemuda itu malah memutar dirinya agar Intan Ayu tidak melihat wajahnya."Kenapa kau berpaling dariku?" ucap Intan Ayu, menjadi jengkel karana tidak berhasil melihat wajah Lanting Beruga."Kau mengenal pemuda ini?" tanya Sanodra."Tidak," potong Lanting Beruga, "aku yakin nona muda ini tidak meng
Intan Ayu cemburu? ya, dia memang mulai cemburu karena para gadis di sini memuji Lanting Beruga.Entah sejak kapan rasa cemburu ini muncul di dalam hatinya? dahulu Intan Ayu bahkan tidak masalah jika Lanting Beruga berdekatan dengan beberapa gadis seperti Subansari atau bahkan almarhum saudari kembarnya.Namun hari ini, dia benar-benar cemburu."Apa yang terjadi dengan diriku?" gumam Intan Ayu.Hanya mendengar suara Lanting Beruga saja, membuat hatinya terasa berbunga-bunga, belum lagi jika melihat wajah pemuda itu dengan utuh.Semenjak Lanting Beruga meninggalkan Sursena, ada rasa rindu di dalam diri Intan Ayu terhadap pemuda tersebut.Rasa rindu yang berkecamuk tak tentu, membuat dirinya kadang kala menderita. Rupanya benar rasa rindu adalah petaka.Namun hari ini, ketika dia hendak mencurahkan rasa rindu tersebut, Lanting Beruga malah bersikap dingin yang membuat hatinya menjadi patah."Bodoh ...Lanting Bodoh!" ucap In
Esok harinya, beberapa tetua datang mendekati menara tinggi, memanggil nama Lanting Beruga beberapa kali.Lanting Beruga menoleh ke bawah, menemukan dua tetua yang tadi malam menyamar sebagai penguntit dan beberapa tetua yang lainnya.Melihat hal itu, Lanting Beruga memiringkan kepalanya, sambil memikirkan apakah dua tetua itu menaruh dendam pada dirinya, sehingga membawa teman-teman untuk mengajak bertarung.Lanting Beruga menarik nafas berat, kemudian turun ke hadapan 4 tetua tersebut."Saudara Elang Api ..." ucap salah satu tetua, -tetua yang sempat merasakan energi batin Lanting Beruga-, dia berbicara sedikit ragu, "Kedatanganku hanya ingin meminta maaf kepada dirimu ...""Benar, tidak seharusnya kami mengejek dan merendahkan dirimu, bahkan Ketua Devisi Bayangan tidak melakukannya."Mendengar hal itu, Lanting Beruga menggaruk kepalanya beberapa kali, dia tidak terbiasa mendengar perkataan seperti ini dari orang-orang hebat, lebih l
Hampir 5 atau 7 hari satu kali, Lanting Beruga akan datang mengunjungi Intan Ayu, memberinya sedikit pelajaran atau berbagi beberapa pengalaman yang mungkin bisa membantu gadis tersebut bertumbuh kembang. Pertemanan mereka berdua menjadi semakin dekat seiring waktu, tapi hal ini membuat Sanodra mulai menanam bibit kebencian kepada Lanting Beruga. Satu-satunya orang yang dianggap layak untuk memiliki Intan Ayu adalah dirinya. Sanodra punya segala hal yang dibutuhkan oleh Intan Ayu, harta, status sosial, ketampanan wajah dan hal itu tidak dimiliki oleh Lanting Beruga. 1 bulan dari sekarang, Sanodra akan menjadi salah satu tetua di Serikat Satria, itu akan menambah tinggi status sosial dirinya. Sementara Lanting Beruga akan tetap pada statusnya sebagai tangan kanan Ketua Devisi Bayangan, yang bahkan tidak ada di dalam struktur organisasi Serikat Satria. Namun untuk melawan Lanting Beruga secara langsung tidak mungkin bisa dilakukan oleh San
Perseteruan antara Wakil Pimpinan Serikat Satria dan Ketua Devisi Bayangan hampir saja terjadi jika bukan karena Pimpinan Serikat datang tepat waktu. Pimpinan Serikat berjalan melewati pintu ruangan, langkahnya tenang tapi begitu mantap, sorot matanya sendu tapi mengintimidasi semua orang yang ada dalam persidangan ini. "Maaf terlambat ..." ucap Pimpinan Serikat Satria. "Ngomong-ngomong apa yang terjadi dengan kalian berdua?" Wakil Pimpinan tidak menjawab, dia menarik tekanan yang dipancarkan oleh tubuhnya, langsung duduk tanpa mengatakan apapun. Sementara di sisi lain, Ketua Devisi Bayangan menegak tuak beberapa kali sebelum kemudian menyimpan pedang dalam sarungnya. Dua orang saling menatap untuk beberapa saat, tapi tidak lama kemudian Pimpinan Serikat kembali berbicara pelan tapi menakutkan, membuat dua orang itu tidak berkutik. Wibawa yang mengerikan. "Hemmm ..." Pimpinan Serikat mengelus dagunya sambil memandangi beberapa