Tugas? tugas apa yang harus dilakukan oleh Lanting Beruga?
"Kau punya tugas untuk mengamankan jalannya pertandingan ini!" ucap Ketua Devisi Bayangan.
"Aku, Ketua?" tanya Lanting Beruga.
"Ya," jawab Ketua Devisi Bayangan. "Jika dugaanku benar, para penghianat akan menggunakan momen ini untuk melemahkan Serikat Satria."
Lanting Beruga tidak menolak pekerjaan itu, lagipula dengan dia menjadi petugas keamanan, Lanting Beruga bisa menyelidiki Ketua Devis Informasi.
Jadi mulai hari ini, Lanting Beruga diharuskan untuk berkumpul di Istana Serikat Satria bersama dengan para tetua lain, yang ditunjuk sebagai petugas keamanan.
Pada akhirnya, Lanting Beruga pergi bersama dengan dua tetua lain menuju Serikat Satria.
"Lihat pemuda itu! Apa benar dia adalah wakil tangan kanan Ketua Devisi Bayangan?"
"Aku tidak terlalu mengenal dirinya, tapi dilihat dari dua tetua lain yang ada di belakang dirinya, mungkin dia adalah orang itu."
"Masih
Mengawasi murid senior selama 3 bulan penuh bukan perkara mudah, ada banyak titik perkumpulan murid-murid itu, tapi Lanting Beruga tidak kehilangan akal.Dia keluar dari Istana memperhatikan sekelilingnya lalu menemukan sebuah ide yang cukup bagus.Istana ini memiliki satu menara paling tinggi yang diletakan tepat tengah-tengah pulau ini. Menara itu jarang dijaga oleh pendekar keamanan, jadi Lanting Beruga bisa menggunakan menara itu sebagai tempat utama untuk mengintai.Dia melesat ke atas, berdiri di tempat itu yang ukurannya tidak terlalu luas, tapi cukup untuk bisa tidur dan duduk dikala waktu luang.Lanting Beruga membuka mata kirinya, memperhatikan sekali lewat Serikat Satria kemudian pandangannya jatuh ke sisi lain wilayah ini.Sebuah halaman terbentang luas di samping Istana Serikat Satria, beberapa puluh Bangsal atau bangunan berdiri di tempat itu.Menjelang pertandingan, semua peserta akan diminta untuk tidur dan menetap di Bangsal
Lanting Beruga tidak akan membiarkan satu tugas seperti ini gagal, meski mungkin dia harus bertahan di tempat ini selama 3 bulan lamanya.Dia akan turun dari menara ketika panggilan alam datang, tapi hal itu tidak semata-mata dia akan melalaikan tugasnya. Dia meminta Garuda Kencana mengawasi setiap pergerakan para peserta, lalu melaporkan semua hal yang terjadi kepada dirinya.Begitu seterusnya sampai 10 hari lamanya, Lanting Beruga masih berada di tempatnya semula.Lalu hal ini malah membuat beberapa tetua menjadi kesal. Mereka berencana mempermainkan Lanting Beruga dengan membiarkan pemuda itu melakukan tugasnya seorang diri, tapi yang terjadi diluar dugaan mereka. Lanting Beruga malah terbiasa dengan tugas ini, dan tampaknya tidak terbebani sama sekali, meskipun pemuda itu tidak diberi makanan atau minuman."Mau kemana dirimu?" tanya tetua muda, salah satu dari murid Pimpinan Serikat Satria.Seorang tetua tersenyum penuh makna lalu berkata
"Kalian berdua lebih baik ikut aku!" ucap Lanting Beruga, berkata kepada dua tetua yang menyamar sebagai penguntit tersebut, melihat dua orang itu tidak bergeming, Lanting Beruga mendekati dua orang tersebut dan berbisik kecil.Setelah mendengar bisikan Lanting Beruga, dua penguntit tersebut menjadi tegang bukan kepalang. Bagaimana Lanting Beruga bisa melihat wajah mereka sementara ditutupi oleh topeng hitam?Mendengar suara Lanting Beruga, Intan Ayu yang berdiri di belakang pemuda itu tampak menjadi senang, dia sangat yakin di depannya adalah pemuda tersebut.Dengan rasa gembira, Intan Ayu bergerak hendak melihat Lanting Beruga dari sisi depan, tapi pemuda itu malah memutar dirinya agar Intan Ayu tidak melihat wajahnya."Kenapa kau berpaling dariku?" ucap Intan Ayu, menjadi jengkel karana tidak berhasil melihat wajah Lanting Beruga."Kau mengenal pemuda ini?" tanya Sanodra."Tidak," potong Lanting Beruga, "aku yakin nona muda ini tidak meng
Intan Ayu cemburu? ya, dia memang mulai cemburu karena para gadis di sini memuji Lanting Beruga.Entah sejak kapan rasa cemburu ini muncul di dalam hatinya? dahulu Intan Ayu bahkan tidak masalah jika Lanting Beruga berdekatan dengan beberapa gadis seperti Subansari atau bahkan almarhum saudari kembarnya.Namun hari ini, dia benar-benar cemburu."Apa yang terjadi dengan diriku?" gumam Intan Ayu.Hanya mendengar suara Lanting Beruga saja, membuat hatinya terasa berbunga-bunga, belum lagi jika melihat wajah pemuda itu dengan utuh.Semenjak Lanting Beruga meninggalkan Sursena, ada rasa rindu di dalam diri Intan Ayu terhadap pemuda tersebut.Rasa rindu yang berkecamuk tak tentu, membuat dirinya kadang kala menderita. Rupanya benar rasa rindu adalah petaka.Namun hari ini, ketika dia hendak mencurahkan rasa rindu tersebut, Lanting Beruga malah bersikap dingin yang membuat hatinya menjadi patah."Bodoh ...Lanting Bodoh!" ucap In
Esok harinya, beberapa tetua datang mendekati menara tinggi, memanggil nama Lanting Beruga beberapa kali.Lanting Beruga menoleh ke bawah, menemukan dua tetua yang tadi malam menyamar sebagai penguntit dan beberapa tetua yang lainnya.Melihat hal itu, Lanting Beruga memiringkan kepalanya, sambil memikirkan apakah dua tetua itu menaruh dendam pada dirinya, sehingga membawa teman-teman untuk mengajak bertarung.Lanting Beruga menarik nafas berat, kemudian turun ke hadapan 4 tetua tersebut."Saudara Elang Api ..." ucap salah satu tetua, -tetua yang sempat merasakan energi batin Lanting Beruga-, dia berbicara sedikit ragu, "Kedatanganku hanya ingin meminta maaf kepada dirimu ...""Benar, tidak seharusnya kami mengejek dan merendahkan dirimu, bahkan Ketua Devisi Bayangan tidak melakukannya."Mendengar hal itu, Lanting Beruga menggaruk kepalanya beberapa kali, dia tidak terbiasa mendengar perkataan seperti ini dari orang-orang hebat, lebih l
Hampir 5 atau 7 hari satu kali, Lanting Beruga akan datang mengunjungi Intan Ayu, memberinya sedikit pelajaran atau berbagi beberapa pengalaman yang mungkin bisa membantu gadis tersebut bertumbuh kembang. Pertemanan mereka berdua menjadi semakin dekat seiring waktu, tapi hal ini membuat Sanodra mulai menanam bibit kebencian kepada Lanting Beruga. Satu-satunya orang yang dianggap layak untuk memiliki Intan Ayu adalah dirinya. Sanodra punya segala hal yang dibutuhkan oleh Intan Ayu, harta, status sosial, ketampanan wajah dan hal itu tidak dimiliki oleh Lanting Beruga. 1 bulan dari sekarang, Sanodra akan menjadi salah satu tetua di Serikat Satria, itu akan menambah tinggi status sosial dirinya. Sementara Lanting Beruga akan tetap pada statusnya sebagai tangan kanan Ketua Devisi Bayangan, yang bahkan tidak ada di dalam struktur organisasi Serikat Satria. Namun untuk melawan Lanting Beruga secara langsung tidak mungkin bisa dilakukan oleh San
Perseteruan antara Wakil Pimpinan Serikat Satria dan Ketua Devisi Bayangan hampir saja terjadi jika bukan karena Pimpinan Serikat datang tepat waktu. Pimpinan Serikat berjalan melewati pintu ruangan, langkahnya tenang tapi begitu mantap, sorot matanya sendu tapi mengintimidasi semua orang yang ada dalam persidangan ini. "Maaf terlambat ..." ucap Pimpinan Serikat Satria. "Ngomong-ngomong apa yang terjadi dengan kalian berdua?" Wakil Pimpinan tidak menjawab, dia menarik tekanan yang dipancarkan oleh tubuhnya, langsung duduk tanpa mengatakan apapun. Sementara di sisi lain, Ketua Devisi Bayangan menegak tuak beberapa kali sebelum kemudian menyimpan pedang dalam sarungnya. Dua orang saling menatap untuk beberapa saat, tapi tidak lama kemudian Pimpinan Serikat kembali berbicara pelan tapi menakutkan, membuat dua orang itu tidak berkutik. Wibawa yang mengerikan. "Hemmm ..." Pimpinan Serikat mengelus dagunya sambil memandangi beberapa
Ketua Devisi Informasi tersenyum di dalam hati, sungguh beruntung pikir dirinya bisa menemukan celah Warisan Kuno di tempat seperti ini.Bukan hanya dia adalah mata-mata dari bumi tengah, dia juga akan mendapatkan kesempatan masuk ke dalam Warisan Kuno.Tidak, dia bahkan tidak akan memberikan kesempatan kepada siapapun masuk ke dalam warisan itu selain dari dirinya sendiri.'Harus terlihat baik, tetap membungkuk, jangan melakukan pertentangan, orang bodoh ini akan tertipu seumur hidup mereka.' Demikian gumaman dalam hati Ketua Devisi Bayangan.Di sisi lain, Lanting Beruga memutuskan untuk berisitirahat hari ini. Dia meminta Garuda Kencana untuk mengawasi beberapa peserta, tentu saja Intan Ayu adalah prioritas utama.Sudah beberapa bulan dia tidak berlatih, membuat hidupnya terasa sedikit kaku.Di sisi lain, Intan Ayu mulai berlatih lebih giat lagi dibanding hari-hari sebelumnya.Sesekali dia mulai memahami arti dasar-dasar pemahaman p
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m