"Kalian berdua lebih baik ikut aku!" ucap Lanting Beruga, berkata kepada dua tetua yang menyamar sebagai penguntit tersebut, melihat dua orang itu tidak bergeming, Lanting Beruga mendekati dua orang tersebut dan berbisik kecil.
Setelah mendengar bisikan Lanting Beruga, dua penguntit tersebut menjadi tegang bukan kepalang. Bagaimana Lanting Beruga bisa melihat wajah mereka sementara ditutupi oleh topeng hitam?
Mendengar suara Lanting Beruga, Intan Ayu yang berdiri di belakang pemuda itu tampak menjadi senang, dia sangat yakin di depannya adalah pemuda tersebut.
Dengan rasa gembira, Intan Ayu bergerak hendak melihat Lanting Beruga dari sisi depan, tapi pemuda itu malah memutar dirinya agar Intan Ayu tidak melihat wajahnya.
"Kenapa kau berpaling dariku?" ucap Intan Ayu, menjadi jengkel karana tidak berhasil melihat wajah Lanting Beruga.
"Kau mengenal pemuda ini?" tanya Sanodra.
"Tidak," potong Lanting Beruga, "aku yakin nona muda ini tidak meng
Intan Ayu cemburu? ya, dia memang mulai cemburu karena para gadis di sini memuji Lanting Beruga.Entah sejak kapan rasa cemburu ini muncul di dalam hatinya? dahulu Intan Ayu bahkan tidak masalah jika Lanting Beruga berdekatan dengan beberapa gadis seperti Subansari atau bahkan almarhum saudari kembarnya.Namun hari ini, dia benar-benar cemburu."Apa yang terjadi dengan diriku?" gumam Intan Ayu.Hanya mendengar suara Lanting Beruga saja, membuat hatinya terasa berbunga-bunga, belum lagi jika melihat wajah pemuda itu dengan utuh.Semenjak Lanting Beruga meninggalkan Sursena, ada rasa rindu di dalam diri Intan Ayu terhadap pemuda tersebut.Rasa rindu yang berkecamuk tak tentu, membuat dirinya kadang kala menderita. Rupanya benar rasa rindu adalah petaka.Namun hari ini, ketika dia hendak mencurahkan rasa rindu tersebut, Lanting Beruga malah bersikap dingin yang membuat hatinya menjadi patah."Bodoh ...Lanting Bodoh!" ucap In
Esok harinya, beberapa tetua datang mendekati menara tinggi, memanggil nama Lanting Beruga beberapa kali.Lanting Beruga menoleh ke bawah, menemukan dua tetua yang tadi malam menyamar sebagai penguntit dan beberapa tetua yang lainnya.Melihat hal itu, Lanting Beruga memiringkan kepalanya, sambil memikirkan apakah dua tetua itu menaruh dendam pada dirinya, sehingga membawa teman-teman untuk mengajak bertarung.Lanting Beruga menarik nafas berat, kemudian turun ke hadapan 4 tetua tersebut."Saudara Elang Api ..." ucap salah satu tetua, -tetua yang sempat merasakan energi batin Lanting Beruga-, dia berbicara sedikit ragu, "Kedatanganku hanya ingin meminta maaf kepada dirimu ...""Benar, tidak seharusnya kami mengejek dan merendahkan dirimu, bahkan Ketua Devisi Bayangan tidak melakukannya."Mendengar hal itu, Lanting Beruga menggaruk kepalanya beberapa kali, dia tidak terbiasa mendengar perkataan seperti ini dari orang-orang hebat, lebih l
Hampir 5 atau 7 hari satu kali, Lanting Beruga akan datang mengunjungi Intan Ayu, memberinya sedikit pelajaran atau berbagi beberapa pengalaman yang mungkin bisa membantu gadis tersebut bertumbuh kembang. Pertemanan mereka berdua menjadi semakin dekat seiring waktu, tapi hal ini membuat Sanodra mulai menanam bibit kebencian kepada Lanting Beruga. Satu-satunya orang yang dianggap layak untuk memiliki Intan Ayu adalah dirinya. Sanodra punya segala hal yang dibutuhkan oleh Intan Ayu, harta, status sosial, ketampanan wajah dan hal itu tidak dimiliki oleh Lanting Beruga. 1 bulan dari sekarang, Sanodra akan menjadi salah satu tetua di Serikat Satria, itu akan menambah tinggi status sosial dirinya. Sementara Lanting Beruga akan tetap pada statusnya sebagai tangan kanan Ketua Devisi Bayangan, yang bahkan tidak ada di dalam struktur organisasi Serikat Satria. Namun untuk melawan Lanting Beruga secara langsung tidak mungkin bisa dilakukan oleh San
Perseteruan antara Wakil Pimpinan Serikat Satria dan Ketua Devisi Bayangan hampir saja terjadi jika bukan karena Pimpinan Serikat datang tepat waktu. Pimpinan Serikat berjalan melewati pintu ruangan, langkahnya tenang tapi begitu mantap, sorot matanya sendu tapi mengintimidasi semua orang yang ada dalam persidangan ini. "Maaf terlambat ..." ucap Pimpinan Serikat Satria. "Ngomong-ngomong apa yang terjadi dengan kalian berdua?" Wakil Pimpinan tidak menjawab, dia menarik tekanan yang dipancarkan oleh tubuhnya, langsung duduk tanpa mengatakan apapun. Sementara di sisi lain, Ketua Devisi Bayangan menegak tuak beberapa kali sebelum kemudian menyimpan pedang dalam sarungnya. Dua orang saling menatap untuk beberapa saat, tapi tidak lama kemudian Pimpinan Serikat kembali berbicara pelan tapi menakutkan, membuat dua orang itu tidak berkutik. Wibawa yang mengerikan. "Hemmm ..." Pimpinan Serikat mengelus dagunya sambil memandangi beberapa
Ketua Devisi Informasi tersenyum di dalam hati, sungguh beruntung pikir dirinya bisa menemukan celah Warisan Kuno di tempat seperti ini.Bukan hanya dia adalah mata-mata dari bumi tengah, dia juga akan mendapatkan kesempatan masuk ke dalam Warisan Kuno.Tidak, dia bahkan tidak akan memberikan kesempatan kepada siapapun masuk ke dalam warisan itu selain dari dirinya sendiri.'Harus terlihat baik, tetap membungkuk, jangan melakukan pertentangan, orang bodoh ini akan tertipu seumur hidup mereka.' Demikian gumaman dalam hati Ketua Devisi Bayangan.Di sisi lain, Lanting Beruga memutuskan untuk berisitirahat hari ini. Dia meminta Garuda Kencana untuk mengawasi beberapa peserta, tentu saja Intan Ayu adalah prioritas utama.Sudah beberapa bulan dia tidak berlatih, membuat hidupnya terasa sedikit kaku.Di sisi lain, Intan Ayu mulai berlatih lebih giat lagi dibanding hari-hari sebelumnya.Sesekali dia mulai memahami arti dasar-dasar pemahaman p
Siang hari, upacara pelepasan para tetua telah berakhir dengan sempurna. Pimpinan Serikat Satria memberi kata sambutan sebelum kemudian benar-benar berakhir.Ada jeda satu jam sebelum pertandingan dimulai, dimanfaatkan bagi para peserta untuk meregangkan otot mereka.Di sisi lain, 5 raja dibawa ke sebuah tempat paling terhormat di Istana Serikat Satria.Lanting Beruga mengiringi rombongan itu bersama dua tetua muda, -murid dari Pimpinan Serikat Satria-, beserta 3 tetua yang lain."Hamba memberi hormat kepada Yang Mulia Raja," ucap Lanting Beruga, pemuda itu segera menghampiri Jubarda Agung dan tiga jendrlanya saat memiliki kesempatan. "Murid memberi hormat kepada 3 Guru Jendral."Jubarda Agung merangkul pundak Lanting Beruga dengan erat, tapi tidak mengatakan sepatah katapun saat ini. Mulutnya kehabisan kata-kata untuk mengungkapkan betapa dirinya bangga kepada Lanting Beruga.Setelah kembali ke Sursena, Jubarda Agung berniat mencerita
Pertandingan mulai di laksanakan, hanya ada 50 murid senior yang akan jadi tetua muda di serikat satria.5 raja duduk pada tempat yang telah disediakan, sementara ratusan penonton terdiri dari kalangan murid dan tetua berada di bangku lain.Pertandingan ini di lakukan di halaman Istana Serikat Satria. Seorang Ketua Devisi memiliki kekuatan ber esensi batu, menciptakan sebuah arena pertandingan hanya dalam satu bulan saja.Di sisi lain, Lanting Beruga menemui Ketua Devisi Bayangan di tempat yang sedikit sepi."Apa yang ingin kau katakan, Elang Api?" tanya Ketua Devisi Bayangan Alias Pendekar Mabuk Dari Barat."Ketua, apa alasanmu mengangkatku menjadi Tangan Kananmu?" tanya Lanting Beruga."Eh ...kenapa tiba-tiba kau menanyakan hal semacam itu?" Ketua Devisi Bayangan mengguncang tuak di dalam kendi labu miliknya, tapi rupanya sudah habis. Mengetahui hal itu, Lanting Beruga memberinya sekendi tuak terbaik di tempat ini.Tidak tangg
Seolah tidak ada masalah, Lanting Beruga tetap menjalankan tugasnya sebagai gugus keamanan jalannya pertandingan antar murid senior. Dia berdiri di atas menara tertinggi, membuka mata kirinya untuk mengamati para peserta. Sesekali dia menyapukan pandangan ke sekeliling, atau kadang kala dia memperhatikan Ketua Devisi Informasi yang duduk tenang di antara para Ketua Devisi yang lain. Kecuali Ketua Devisi Bayangan, semua Ketua telah duduk di tempatnya masing-masing. "Dimana pria pemabuk?" tanya salah satu Ketua Devisi. "Hahahah ...sepertinya kau tidak tahu kebiasaan buruk pria itu, tentu saja dia sedang mabuk-mabukan di kedai tuak," timpal Ketua Devisi yang lain. "Dia tidak pernah datang di acara seperti ini, sudah jelas karena tidak ada murid yang akan menjadi tetua di dalam Devisinya. Hahahaha ..." Ketua Devisi Informasi ikut tertawa mendengar hal itu, seolah dirinya adalah serigala yang ikut 'mengembek' di kandang kambing. Ses