Siang hari, upacara pelepasan para tetua telah berakhir dengan sempurna. Pimpinan Serikat Satria memberi kata sambutan sebelum kemudian benar-benar berakhir.
Ada jeda satu jam sebelum pertandingan dimulai, dimanfaatkan bagi para peserta untuk meregangkan otot mereka.
Di sisi lain, 5 raja dibawa ke sebuah tempat paling terhormat di Istana Serikat Satria.
Lanting Beruga mengiringi rombongan itu bersama dua tetua muda, -murid dari Pimpinan Serikat Satria-, beserta 3 tetua yang lain.
"Hamba memberi hormat kepada Yang Mulia Raja," ucap Lanting Beruga, pemuda itu segera menghampiri Jubarda Agung dan tiga jendrlanya saat memiliki kesempatan. "Murid memberi hormat kepada 3 Guru Jendral."
Jubarda Agung merangkul pundak Lanting Beruga dengan erat, tapi tidak mengatakan sepatah katapun saat ini. Mulutnya kehabisan kata-kata untuk mengungkapkan betapa dirinya bangga kepada Lanting Beruga.
Setelah kembali ke Sursena, Jubarda Agung berniat mencerita
Pertandingan mulai di laksanakan, hanya ada 50 murid senior yang akan jadi tetua muda di serikat satria.5 raja duduk pada tempat yang telah disediakan, sementara ratusan penonton terdiri dari kalangan murid dan tetua berada di bangku lain.Pertandingan ini di lakukan di halaman Istana Serikat Satria. Seorang Ketua Devisi memiliki kekuatan ber esensi batu, menciptakan sebuah arena pertandingan hanya dalam satu bulan saja.Di sisi lain, Lanting Beruga menemui Ketua Devisi Bayangan di tempat yang sedikit sepi."Apa yang ingin kau katakan, Elang Api?" tanya Ketua Devisi Bayangan Alias Pendekar Mabuk Dari Barat."Ketua, apa alasanmu mengangkatku menjadi Tangan Kananmu?" tanya Lanting Beruga."Eh ...kenapa tiba-tiba kau menanyakan hal semacam itu?" Ketua Devisi Bayangan mengguncang tuak di dalam kendi labu miliknya, tapi rupanya sudah habis. Mengetahui hal itu, Lanting Beruga memberinya sekendi tuak terbaik di tempat ini.Tidak tangg
Seolah tidak ada masalah, Lanting Beruga tetap menjalankan tugasnya sebagai gugus keamanan jalannya pertandingan antar murid senior. Dia berdiri di atas menara tertinggi, membuka mata kirinya untuk mengamati para peserta. Sesekali dia menyapukan pandangan ke sekeliling, atau kadang kala dia memperhatikan Ketua Devisi Informasi yang duduk tenang di antara para Ketua Devisi yang lain. Kecuali Ketua Devisi Bayangan, semua Ketua telah duduk di tempatnya masing-masing. "Dimana pria pemabuk?" tanya salah satu Ketua Devisi. "Hahahah ...sepertinya kau tidak tahu kebiasaan buruk pria itu, tentu saja dia sedang mabuk-mabukan di kedai tuak," timpal Ketua Devisi yang lain. "Dia tidak pernah datang di acara seperti ini, sudah jelas karena tidak ada murid yang akan menjadi tetua di dalam Devisinya. Hahahaha ..." Ketua Devisi Informasi ikut tertawa mendengar hal itu, seolah dirinya adalah serigala yang ikut 'mengembek' di kandang kambing. Ses
Mereka mulai melihat beberapa orang mendekati pulau Land, titik pendaratan pertama untuk menuju ke Serikat Satria atau ke lima negara yang lain.Orang yang pertama kali melihat hal ini adalah Merpati Putih. Hanya ada tiga 7 orang yang datang dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh mendekati pulau Land, tapi belum dapat dipastikan apakah itu adalah musuh dari Dataran Bumi tengah yang disebut sebagai Kelompok Darah Besi, atau orang yang kebetulan lewat ke tempat ini."Tetua, apa kau melihatnya?" ucap Merpati Putih, menunjuk ke arah depan."Ya, sepertinya kita akan kedatangan tamu tak diundang, dugaan Elang Api rupanya benar."Namun yang aneh adalah hanya ada 7 orang saja yang datang. Jika mereka tidak membawa sebuah pasukan besar, itu artinya 7 orang itu adalah petinggi utama Darah Besi.Dengan 7 orang saja datang ke tempat ini untuk menantang Serikat Satria, sudah bisa dipastikan level kependekaran mereka sangat tinggi, jika tidak mana mungkin mer
Juru Bintan Kehancuran sebenarnya sebuah jurus yang berbeda dari teknik pedang emas, atau teknik dasar ilmu pedang yang dimiliki oleh Intan Ayu. Jurus Bintang Kehancuran murni menggunakan aura alam sebagai pemicunya, sementara Teknik Pedang Emas dapat dipakai menggunakan tenaga dalam.Namun jurus bintang kehancuran, cukup mirip dengan teknik pedang emas. Seseorang yang memahami teknik pedang emas dengan baik, tidak akan kesulitan untuk menguasai Jurus Bintang Kehancuran, karena pokus pertama adalah pengendalian energi.Lanting Beruga tidak tertarik dengan Jurus Bintang Kehancuran, meskipun jurus itu lebih kuat dari teknik pedang emas.Menurut pemuda itu, Teknik pedang berarak dan teknik pedang emas adalah pondasi yang kuat untuk menguasai teknik pedang angkara jagat. Jadi jika dia harus memilih, Lanting Beruga akan tetap memilih Teknik Pedang Emas daripada jurus bintang kehancuran.Itu kerena teknik pedang emas, teknik awan berarak dan teknik pedang bayan
Waktu telah berlalu begitu cepat, pertandingan hanya menyisakan beberapa murid senior terbaik di tahun ini, tapi dari mereka semua masih harus ada yang tersisih, karena slot tetua muda hanya 50 orang saja.Intan Ayu telah melakukan 3 kali pertandingan, dan menang dengan cukup mudah. Setelah di pertandingan awal dia menggunakan jurus bintang kehancuran, gadis itu mulai ditakuti oleh banyak lawan maupun kawan.Di sisi lain, Sanodra telah mengalahkan 5 orang murid senior selama dalam pertandingan ini, 3 diantara mereka mengaku kalah dan menyerah, sementara dua yang lain harus mengalami luka yang cukup parah.Ada beberapa murid lain yang dapat mengalahkan lawan-lawannya dengan cukup mudah, tapi hanya Sanodra saja yang dapat menyingkirkan musuhnya dengan satu serangan saja. Luar biasa menakutkan.3 murid senior terbaik selain Intan Ayu dan Sanodra, terlihat cukup tenang saat ini. Mereka sangat yakin bisa menjadi tetua muda tahun ini, dengan syarat menghindari
Hari semakin malam, pertandingan sudah hampir mencapai puncaknya. Nama 5 orang muncul sebagai peserta terbaik musim ini.Dia adalah, Sanodra, Intan Ayu, Bala Putri, Siung Rima dan seorang murid dari devisi pengobatan bernama Santanu.Lanting Beruga kembali memeriksa semua hal di sekitar dirinya, mata kirinya sesekali berdenyut kuat, tapi belum dapat melihat apakah yang akan terjadi setelah ini.Pow Pow.Semakin malam, mata kiri itu semakin berdenyut seolah akan melompat dari kelopaknya. Apakah itu artinya Warisan Kuno akan muncul, entahlah Lanting Beruga belum melihat tanda-tandanya.Di sisi lain, Ketua Devisi Informasi telah pergi meninggalkan bangku penonton, membuat kecurigaan para anggota bayangan mulai terbukti."Pertandingan selanjutnya, Siung Rima melawan Sanodra ..."Tiba-tiba nama Siung Rima dan Sanodra kembali muncul, padahal dua orang itu telah menyelesaikan pertarungan mereka.60 peserta yang tersisa, 50 diant
Semuanya bingung mendengar ucapan Siung Rima, apa yang telah dikatakan pemuda itu sebenarnya? siapa yang akan hancur?Belum terjawab pertanyaan tersebut, Wasit di tengah lapangan mengeluarkan suara siulan keras yang terdengar sampai ke seluruh penjuru istana ini.Satu detik setalah siulan tersebut, sebuah lentera terang kembali muncul di atas langit, kembang api yang menarik.Untuk sesaat semua orang terpaku melihat hal itu, langit dipenuhi oleh warna-warni cahaya yang menarik. Namun juga mematikan.Lanting Beruga menyipitkan matanya, jelas menyadari sesuatu yang buruk akan terjadi, sekarang.Jadi dia segera beranjak dari menara tertinggi, turun menukik ke arah arena pertandingan.Sial, pemuda itu sedikit terlambat saat ini. Sudah lebih dari belasan murid Serikat Satria dibantai oleh Siung Rima.Dia juga dibantu oleh tetua yang bertugas sebagai wasit pertandingan."Siapa kalian sebenarnya?" Pimpinan Serikat Satria mulai m
Ketua Devisi Informasi alias Rubah Perunggu tidak berniat membiarkan 5 raja ini hidup setelah malam ini. Mereka telah merencanakan hal ini cukup lama, untuk membunuh 5 raja dalam satu kali serangan. Ibarat sekali melempar 5 buah jatuh dari tangkainya. Aliran Darah Besi telah memperhitungkan segala sesuatu dengan begitu matang, memperkirakan jumlah total kekuatan musuh yang akan mereka hadapi, sementara Warisan Kuno merupakan nilai tambah dalam rencana ini. Ketua Devisi Informasi menghentakkan kaki ke dasar, sebelum kemudian tubuhnya melesat ke atas awang-awang, tepat saat dirinya berada di atas udara, pria itu melepaskan serangkaian serangan bertubi-tubi ke arah 5 raja. "Formasi berlindung!" teriak Ketua Devisi Informasi. Puluhan tetua membentuk sebuah formasi lingkaran, kemudian saling menyatukan telapak tangan, dalam hitungan detik kemudian cahaya kemerahan muncul menyelimuti mereka semua. Dari dekat cahaya itu akan terlihat seperti sebuah kub
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m