Waktu telah berlalu begitu cepat, pertandingan hanya menyisakan beberapa murid senior terbaik di tahun ini, tapi dari mereka semua masih harus ada yang tersisih, karena slot tetua muda hanya 50 orang saja.
Intan Ayu telah melakukan 3 kali pertandingan, dan menang dengan cukup mudah. Setelah di pertandingan awal dia menggunakan jurus bintang kehancuran, gadis itu mulai ditakuti oleh banyak lawan maupun kawan.
Di sisi lain, Sanodra telah mengalahkan 5 orang murid senior selama dalam pertandingan ini, 3 diantara mereka mengaku kalah dan menyerah, sementara dua yang lain harus mengalami luka yang cukup parah.
Ada beberapa murid lain yang dapat mengalahkan lawan-lawannya dengan cukup mudah, tapi hanya Sanodra saja yang dapat menyingkirkan musuhnya dengan satu serangan saja. Luar biasa menakutkan.
3 murid senior terbaik selain Intan Ayu dan Sanodra, terlihat cukup tenang saat ini. Mereka sangat yakin bisa menjadi tetua muda tahun ini, dengan syarat menghindari
Hari semakin malam, pertandingan sudah hampir mencapai puncaknya. Nama 5 orang muncul sebagai peserta terbaik musim ini.Dia adalah, Sanodra, Intan Ayu, Bala Putri, Siung Rima dan seorang murid dari devisi pengobatan bernama Santanu.Lanting Beruga kembali memeriksa semua hal di sekitar dirinya, mata kirinya sesekali berdenyut kuat, tapi belum dapat melihat apakah yang akan terjadi setelah ini.Pow Pow.Semakin malam, mata kiri itu semakin berdenyut seolah akan melompat dari kelopaknya. Apakah itu artinya Warisan Kuno akan muncul, entahlah Lanting Beruga belum melihat tanda-tandanya.Di sisi lain, Ketua Devisi Informasi telah pergi meninggalkan bangku penonton, membuat kecurigaan para anggota bayangan mulai terbukti."Pertandingan selanjutnya, Siung Rima melawan Sanodra ..."Tiba-tiba nama Siung Rima dan Sanodra kembali muncul, padahal dua orang itu telah menyelesaikan pertarungan mereka.60 peserta yang tersisa, 50 diant
Semuanya bingung mendengar ucapan Siung Rima, apa yang telah dikatakan pemuda itu sebenarnya? siapa yang akan hancur?Belum terjawab pertanyaan tersebut, Wasit di tengah lapangan mengeluarkan suara siulan keras yang terdengar sampai ke seluruh penjuru istana ini.Satu detik setalah siulan tersebut, sebuah lentera terang kembali muncul di atas langit, kembang api yang menarik.Untuk sesaat semua orang terpaku melihat hal itu, langit dipenuhi oleh warna-warni cahaya yang menarik. Namun juga mematikan.Lanting Beruga menyipitkan matanya, jelas menyadari sesuatu yang buruk akan terjadi, sekarang.Jadi dia segera beranjak dari menara tertinggi, turun menukik ke arah arena pertandingan.Sial, pemuda itu sedikit terlambat saat ini. Sudah lebih dari belasan murid Serikat Satria dibantai oleh Siung Rima.Dia juga dibantu oleh tetua yang bertugas sebagai wasit pertandingan."Siapa kalian sebenarnya?" Pimpinan Serikat Satria mulai m
Ketua Devisi Informasi alias Rubah Perunggu tidak berniat membiarkan 5 raja ini hidup setelah malam ini. Mereka telah merencanakan hal ini cukup lama, untuk membunuh 5 raja dalam satu kali serangan. Ibarat sekali melempar 5 buah jatuh dari tangkainya. Aliran Darah Besi telah memperhitungkan segala sesuatu dengan begitu matang, memperkirakan jumlah total kekuatan musuh yang akan mereka hadapi, sementara Warisan Kuno merupakan nilai tambah dalam rencana ini. Ketua Devisi Informasi menghentakkan kaki ke dasar, sebelum kemudian tubuhnya melesat ke atas awang-awang, tepat saat dirinya berada di atas udara, pria itu melepaskan serangkaian serangan bertubi-tubi ke arah 5 raja. "Formasi berlindung!" teriak Ketua Devisi Informasi. Puluhan tetua membentuk sebuah formasi lingkaran, kemudian saling menyatukan telapak tangan, dalam hitungan detik kemudian cahaya kemerahan muncul menyelimuti mereka semua. Dari dekat cahaya itu akan terlihat seperti sebuah kub
Kondisi Istana Devisi penerimaan benar-benar hancur total saat ini. Setelah mendapatkan sinyal dari Siung Rima, 7 orang iblis kehancuran menyerang Devisi Penerimaan dengan kekuatan tak tertandingi.Jumlah para tetua yang tewas di sana hampir mencapai 5 orang, tapi ada lebih dari 200 orang petugas mengalami luka parah, beberapa yang lainnya tinggal menuggu ajal, sementara selebihnya telah meninggal dunia.Murid dari Devisi Bayangan yang tersisa, tidak menduga 7 orang itu dapat meratakan Istana penerimaan dengan sangat mudah. Bahkan 5 tetua yang devisi bayangan tidak sebanding dengan mereka.Beberapa tetua devisi penerimaan telah melarikan diri, tapi tetap saja ada lebih banyak dari mereka yang mati.Merpati Putih mencabut satu batang besi dari betisnya, sambil berteriak keras. Dia menyumpal mulutnya dengan kain penuh darah, kemudian tersandar tidak jauh dari mayat para tetua."Bagaimana keadaan kalian?" Merpati Putih bertanya pada beberapa temannya
Bagi sebagian banyak Bangsawan Dunia, setiap hal yang terjadi terhadap para rakyat jelata, bukan urusan mereka. Orang-orang ini jelas tidak peduli dengan hal-hal semacam itu, bahkan jika seluruh peradaban manusia runtuh sekalipun, merek tetap akan diam membisu.Mereka hanya percaya bahwa klan mereka sendiri yang layak duduk di atas bumi ini, bukan manusia rendahan.Demikian pula dengan Serikat Naga yang mereka bentuk, tidak peduli dengan situasi dunia yang bergejolak, yang mereka pikirkan adalah Bangsawan Dunia hidup dengan aman.Jikapun Bangsawan Dunia ini tiba-tiba menjalin kerja sama terhadap beberapa negara, atu organisasi besar lainnya, hal ini dilakukan semata-mata untuk mendapatkan keuntungan."Dunia ini hanya untuk keturunan para dewa, yang lain hanya budak ..." ucap Bangsawan Dunia itu, sambil sekali lagi menendang jasad wanita di sampingnya.Di sisi lain.Para tetua yang telah termakan bujuk rayuan Rubah Perunggu mulai menyer
Suara teriakan mulai terdengar, lalu semuanya menjadi hening dalam seketika.Lanting Beruga menyeka darah yang menodai pakaiannya, dia memperhatikan 24 murid yang tewas bersimbah darah.Beberapa dari mereka mengalami luka yang begitu parah, beberapa yang lain kehilangan kepala. Mata dingin Lanting Beruga mengisyaratkan kebencian, tanpa belas kasih dia membunuh semuanya.Dia mungkin akan memaafkan segala kesalahan, tapi tidak dengan penghianatan. Perjalanan hidup Lanting Beruga sudah cukup banyak dalam menelan pahitnya penghianatan. Jika bukan karena penghianatan, tidak Sursena dan Serikat Satria menjadi begitu kacau."Apa kalian baik-baik saja?" tanya Lanting Beruga, tersenyum kecil ke arah Guru Dewangga dan teman-temannya yang lain. "Oh, Yang Mulia Raja, sekarang cepatlah masuk ke dalam Istana!"Sebagian dari mereka masih terpaku melihat kekuatan Lanting Beruga, seolah mereka melihat halusinasi. Beberapa bulan yang lalu, Lanting Beruga masih
Hanya Intan Ayu yang menekuk bibirnya ke bawah, hampir saja dia menampar Lanting Beruga karena kesal.'Apa kau menikmati tubuh gadis ini, Lanting?' batin Intan Ayu menggerutu kemudian tanpa berkata apapun lagi, dia menutup pintu Istana Serikat Satria.Lanting Beruga membuka matanya lebar-lebar, kemudian menggaruk kepalanya karena jelas tidak tahu kenapa Intan Ayu bersikap demikian terhadapnya."Perasaan aku tidka melakukan kesalahan, aneh ..." gumam dirinya.Lanting Beruga menggelengkan kepala, tapi sedetik kemudian matanya kembali dingin seperti sedia kala.Pemuda itu melihat ada belasan murid sesat sedang menghajar beberapa murid junior Serikat Satria.Bagaimana mungkin Lanting Beruga membiarkan hal seperti itu.Dengan pedang yang kini telah berwarna kemerahan, pemuda itu bergerak meninggalkan bayangan merah.Ketiak 3 murid sesat mengayunkan senjata mereka tepat ke arah batang leher murid junior, Lanting Beruga melewati pedan
Tetua itu kembali menyerang Lanting Beruga dengan jurus dan teknik level tinggi yang dia kuasai. beberapa serangan hampir mendarat di tubuh pemuda itu, beberapa yang lain menyasar ke tempat lain.Dalam beberapa menit saja, mereka telah berganti puluhan serangan. Sesekali tetua sesat berusaha menyudutkan Lanting Beruga, tapi tak jarang pemuda itu membalikan ke adaan.Seberkas cahaya menyilaukan bergerak ke tubuh Lanting Beruga, membuat pemuda itu bergeser tempat beberapa langkah ke belakang.Permukaan tanah yang dia pijakan menciptakan siring yang dangkal.Setelah melakukan serangan tersebut, tetua sesat merasa dirinya sudah berhasil menekan Lanting Beruga, padahal belum.Karena kesal, dia melepaskan serangkaian serangan jarak jauh, yang datang beruntun, tapi kali ini Lanting Beruga tidak bisa tinggal diam, dia mengeraskan rahang dan genggaman pedang, pada saat yang sama cahaya kemerahan mulai menyelimuti pedangnya.Bast bast.Pemuda i