Pertarungan antara Hantu batu dan Masahiro terjadi begitu sengit. Dalam beberapa saat saja, kedua orang itu telah bertukar puluhan serangan mematikan.
Sesekali muncul batu besar ke arah Masahiro, kadang kala berbentuk seperti mata bor yang tajam, kadang kala pula berbentuk seperti tombak.
Namun, dengan penguasaan aura alam elemen air, Masahiro berhasil menahan semua serangan itu dengan cukup baik.
Lanting Beruga sedikit takjub melihat kehebatan Masahiro, dan berpikir pemuda itu memang layak menjadi salah satu kandidat Ketua Aliran Barat.
Satu-satunya yang kurang dari Masahiro adalah kecepatannya. Dia tidak lebih cepat dari Akemi, tapi serangannya sangat kuat dan tajam.
Setiap ayunan pedang yang mengirim tebasan air dapat dengan mudah memotong beberapa pohon atau batu di sekitar Masahiro.
"Hujan Batu!" teriak Ki Emon alias Hantu Batu.
Ratusan batu berukuran roda kereta kuda berjatuhan dari langit, mengarah ke tubuh Masahiro.
Selagi Menunggu Lanting Up, silahkan baca Legenda Kitab Surgawi, dijamin seru.
Pergi! banyak orang berteriak saat ini ketika Ketua Aliran Sesat melepaskan tekanan kuat dari tubuhnya.Gelombang kejut itu meratakan wilayah kecil ini, menyapu bersih pohon-pohon yang ada.Tubuhnya memancar aura yang tidak biasa, bersama dengan ledakan cakra yang menggebu-gebu.Dia mulai melayang ke udara, seraya mengangkat satu tangan ke atas. Mendadak, menggumpal energi berwarna biru kehitaman di tengah telapak tangan Ketua Aliran Sesat itu."Hancur!" ucap pria itu.Dia menjatuhkan energi itu ke arah Lanting Beruga, jatuhnya terlihat begitu lambat padahal sangat cepat.Lanting Beruga melompat ke belakang, menghindari serangan tersebut, tapi hal besar terjadi setelah energi biru tua itu menyentuh tanah.BOOOM.Ledakan dahsyat akhirnya terjadi, semuanya terhempas, batu besar lenyap menjadi debu, pohon tinggi hancur lebur.Semua orang berteriak, termasuk pula para petinggi aliran sesat ini.Mura melarikan diri sek
Di sisi lain lagi, Akemi dan Masahiro harus berjuang keras dari serangan kombinasi dua petinggi aliran sesat ini.Ki Emon menyerang dengan ratusan batu yang menerjang benda apapun, sementara temanya berdiri di atas kepala raksasa batu dan melepaskan serangkaian panah yang kuat.Meskipun Akemi berusaha keras untuk mendekati lawannya, akan sulit dilakukan sebab Hantu Batu selalu melindungi temannya.Panah-panah berwarna hijau tua itu benar-benar cepat, atau mungkin perasan Akemi saja? entahlah, yang jelas kombinasi dua petinggi aliran sesat itu benar-benar berbahaya.Bom bom bom.Tiga ledakan terjadi di dalam hutan di dekat cadas ini, itu ulah dari panah-panah tersebut."Semburan Batu!" teriak hantu batu, suaranya menggelegar memekakkan telinga, seperti guntur.Seketika, ada ratusan batu sebesar kereta kuda mengarah ke tubuh Akemi dan Masahiro.Masahiro berhasil menebas beberapa batu yang hampir membuatnya celaka, tapi Akemi nyar
Mendengar hal itu, Lanting Beruga hanya tersenyum tipis dia setuju dengan ucapan Ketua Aliran Sesat ini.Ketua Aliran Sesat kembali melayang di udara, kali ini dia menggunakan dua telapak tangannya ke arah langit, mendadak muncul bola energi berwarna biru kehitaman.Pancaran bola energi itu membuat seisi binantang di dalam hutan lari karena ketakutan.Bumi kembali berguncang, tanah merekah dan ada lebih banyak bebatuan yang terangkat ke atas, seolah kehilangan gaya gravitasinya.Pijaran kuat bola energi itu membuat bulu kuduk para penduduk yang ada di atas permukaan berdiri. Mereka benar-benar khawatir dengan apa yang akan terjadi dengan desa kecil, tampaknya akan terjadi kiamat kecil di sana.Tangisan beberapa anak masih terdengar nyaring di telinga, beriring dengan rentak para hewan ternak yang gelisah di kandang mereka.Udara kala itu bergerak tidak beraturan, terasa sedikit lebih dingin dibandingkan dengan udara di pagi hari.Bola
Masahiro menyadari sesuatu, Ki Emon melarikan diri. Dia berniat mengejar Hantu Batu itu, tapi apalah daya tenaganya kini telah terkuras habis. Yang tersisa hanya sedikit tenaga dalam, digunakan untuk menyembuhkan luka-luka yang diterimanya. Setelah kematian Ketua Aliran Sesat itu, Lanting Beruga nyaris saja jatuh berlutut di permukaan tanah gersang yang berbentuk seperti kawah. Tidak ada apapun di sekitar pemuda tersebut, kecuali tanah kering nan tandus. Semua pohon telah lenyap, bebatuan besar telah hancur, bahkan setengah dari dinding cadas tinggi di sekitarnya telah runtuh. Pemuda itu berjalan mendekati tiga temannya, dengan tubuh terhuyung dan mata kiri yang tertutup. Untuk beberapa waktu kemudian, Lanting Beruga mungkin tidak dapat menggunakan mata kirinya, karena sekarang kepalanya benar-benar terasa begitu sakit. "Apa yang akan kita lakukan?" tanya Mura, ketika empat orang itu kini telah berkumpul di atas permukaan dinding tebin
Kelakukan Lanting Beruga berhasil menarik perhatian lawan-lawannya. Satu persatu dia menculik penjaga gerbang cadas alami, dan melucuti semua pakaiannya.Sisa dari 20 orang pada akhirnya menjadi sibuk dan khawatir, dengan pedang terhunus, mereka mengejar bayangan merah yang masuk ke dalam hutan."Laporkan masalah ini kepada yang lain!" perintah salah satu penjaga kepada temannya.Yang diperintah hanya mengangguk, kemudian bergegas memasuki lorong panjang setelah melewati gerbang utama Kota.Namun, orang itu tidak melaporkan kejadian yang sebenarnya, dia malah berjalan ke sisi lain seraya menundukkan kepala."Huuuhhh..." orang itu menghela nafas panjang, "Seragam ini membuatku sesak," ucapnya, yang tak lain adalah Lanting Beruga. "Dasar penjaga bodoh," dia kemudian tertawa terbahak-bahak.Pemuda itu mulai berkeliaran di dalam kota, seperti bagian dari kota tersebut. Namun, tiba-tiba seorang pendekar menyadari keberadaannya."Apa yang k
Wanita cantik itu menaikan alisnya, sepertinya mengetahui bahasa yang digunakan oleh Lanting Beruga, tapi sayangnya dia sudah begitu kesal. Lanting Beruga diserang dengan membabi buta.Sekalipun pemuda itu tidak menyerang balik, dia sibuk memperingatkan wanita itu untuk mengenakan baju. Sangat memalukan jika sampai orang lain melihat tubuh mulus wanita tersebut, apa lagi jika itu adalah laki-laki.Tunggu! bukankah Lanting juga laki-laki? ah dia tidak masuk dalam perhitungan.Karena tidak melawan, Lanting Beruga terkena pukulan di wajahnya, membuat pemuda itu terjungkal beberapa depa, sebelum kemudian hilang lagi di dalam telaga pemandian.Namun, tiba-tiba sesuatu yang aneh terjadi.7 sumur keramat mengeluarkan air yang melimpah, seolah air di tempat ini hidup dan memiliki nyawa.7 aliran air menyatu ke dalam pemandian keramat, dan hal tak terduga terjadi setelahnya."Tunggu, apa yang terjadi?" wanita itu benar-benar heran. "Semua sumu
Sekarang semua sumur keramat berhenti mengeluarkan air, yang tersisa pada tempat itu hanyalah pohon kehidupan.Namun hal pertama yang dialami oleh Lanting Beruga ketika selesai menyerap sumber daya pelatihan itu adalah, serangan dari 4 Ketua Aliran Sesat.Bony An, tidak ingin membuang-buang kesempatan untuk melumpuhkan Lanting Beruga, ada banyak alasan kenapa wanita cantik itu tidak memaafkan pemuda tersebut.Namun saat ini, level kependekaran Lanting Beruga bukanlah tandingan bagi 4 Ketua Aliran yang baru menjejak level bumi tengah atau level bumi tinggi.Tanpa menggunakan bantuan roh api, Lanting Beruga bisa mengimbangi semua serangan yang dilakukan oleh 4 Ketua Aliran Sesat.Serangan senjata dan jurus-jurus level tinggi dapat ditahan hanya dengan tebasan pedang sisik naga hijau.Sesekali Lanting Beruga menggunakan kekuatan mata asura untuk melemahkan mental lawan-lawannya.Seberkas cahaya terang baru saja menghantam tubuh Lanting B
Ki Emon tidak tahu jika Lanting Beruga sudah menyadari persembunyiannya dari tadi, itu karena mata asura miliki pemuda itu menjadi lebih tajam setelah menyerap 7 sumur keramat. Melihat aliran energi atau melihat di malam hari adalah kekuatan mutlak mata asura Lanting Beruga, tapi siapa sangka mata itu semakin tajam saat ini. Ki Emon keluar dari persembunyian batunya, menunjukan wujud asli dan berjalan mendekati Lanting Beruga. "Aku menaruh dendam terhadap Ketua Aliran Darah Besi ke empat," ucap Ki Emon alias Hantu Batu. "Aku ingin semua Aliran Darah Besi mati ..." tapi kemudian Ki Emon berhenti berbicara. "Orang yang membantai klanmu sudah mati, Ketua Agung ke empat bersama beberapa bawahannya yang setia, sekarang aku hanya ingin mendengar jawabanmu, apa kau ingin menentang Aliran Darah Besi." "Aku menentang Aliran Darah Besi, tapi tidak menentang dirimu," ucap Ki Emon. Semua pembicaraan itu diterjemahkan oleh Bony An. Setelah