Bahwan Bony An yang lain berjibaku tidak jauh dari lokasi pertarungan Lanting Beruga melawan Set. Karena hal itu, dia acap kali merasakan kematian berada paling dekat dengan dirinya dibanding dengan orang lain.
Sesekali kilatan cahaya terang yang dihasilkan dari pertarungan Lanting melawan Set, membuat pria itu terpental beberapa jauhnya, begitu pula dengan lawannya yang berada di level naga emas.
Meskipun dirinya tidak memiliki tubuh besar seperti bawahan Bony An yang lain, dan bisa dibilang bertubuh kecil dan kerempeng, tapi pria tersebut memiliki gerakan yang lumayan gesit dengan teknik pedang yang dikuasainya.
Sesekali dia berhasil mendorong lawan hingga tertekan, tapi kadang kala pula imbas pertarungan antara Lanting Beruga dan Set membuat dirinya kehilangan momen untuk membunuh lawannya.
"Sial, dua orang gila ini membuat dataran tinggi hampir terbelah!" gumam pria tersebut, setelah terlempar beberapa puluh depa jauhnya karena hempasan dari raksasa b
Kini telah menjelang siang lagi, pertarungan masih terjadi, sekarang dataran tinggi tidak berbentuk lagi karena pertarungan tersebut.Bony An dan lawannya telah menyingkir dari wilayah tersebut, di ikuti oleh dua bawahannya yang lain, sementara sekarang Lanting Beruga dan Set masih berjibaku di atas reruntuhan bebatuan.Nafas pemuda itu sedikit terputus-putus saat ini, jika bukan karena staminanya yang luar biasa kuat, barang kali dia sudah mati 10 kali dalam pertarungan tersebut.Pemuda itu telah menggunakan 65$ kekuatan roh api, dan Set masih belum bisa dikalahkan hingga saat ini. Teknik yang dimiliki oleh Set memang merepotkan, dengan bentuk raksasa berlian yang sangat keras.Butuh tenaga besar untuk melukai batu tersebut.Roh Api menawarkan untuk menggunakan kekuatannya lebih dari 65% dengan syarat pengambil alih kesadaran Lanting Beruga, tapi pemuda itu menolak.Cukup ketika melawan Ares, tubuhnya di ambil alih oleh Roh Api, atau pula m
Setelah bertarung tiada henti selama dua hari dua malam lamanya, sekarang Bony An dan semua teman-temannya yang lain, kecuali Lanting Beruga, mulai memasuki pase terakhir dalam pertarungan itu.Sudah begitu banyak darah yang ditumpahkan, atau pula tempat yang dihancurkan oleh tiga orang aliran darah besi itu.Pria besar menghempaskan tubuh musuh terakhirnya pada dua pohon tinggi yang ada di dekatnya, sebelum kemudian dia jatuh terlentang karena kehabisan energi.Di sisi lain pula, Bony An melepaskan serangan sekali lagi, sebuah serangan yang akan menguras seluruh aura alam dan tenaga dalam yang dimilikinya.Serangan tersebut akhirnya berhasil membuat lawannya kalah, dan kini terlempar entah berapa ratus depa jauhnya, dia sendiri tidak tahu.Setelah melepaskan serangan tersebut, Bony An duduk di atas gundukan permukaan tanah. Pakaian wanita itu sebenarnya sudah dipenuhi oleh koyakan, beberapa robekan itu terlalu lebar hingga pula mengoyak pakaian da
Lanting Beruga berjalan pada jalan pedangnya sendiri, yang mungkin berbeda dengan jalan pedang pendekar pedang yang lain. Jalan pedang ini adalah prinsip hidupnya, dan telah mengakar di dalam jiwa, menyatu pula dengan pedangnya.'Sebuah pedang memiliki hati, dan hati pedang adalah hati pemilik pedang itu sendiri.'Karena prinsip ini, memungkinkan pedang Lanting Beruga akan menumpul jika berhadapan dengan lawan yang enggan bertarung, melepaskan senjata mereka dan menyerah, atau pula lawan yang sebenarnya tidak harus dikalahkan."Aku rasa, kau bukan orang jahat seperti Ares," ucap Lanting Beruga, "Apa tujuanmu dengan menjadi Petinggi Serikat Naga?""Ini adalah rahasiaku, Bocah!" ucap Set, seraya tersenyum penuh arti. "Sekarang apa tujuanmu setelah pertarungan ini berakhir?""Impianku adalah menjadi dewa pedang," jawab Lanting Beruga."Hahahaha ...., impianmu jauh lebih besar dari pada impianku, kau akan melawan Bangsawan Dunia kare
Setelah menyelesaikan segala urusan dari sisa-sisa pertempuran, kini Kekaisaran Tang mulai berbenah ulang. Ada banyak korban jiwa dari pertempuran tersebut, dan ini akan jadi sejarah kelam bagi Kekaisaran Tang.Ada banyak sekali makam dibuat untuk menguburkan para mayat, sementara pendekar aliran hitam dibakar di dataran rumput yang masih menebar bau anyir dan bau busuk.Sementara itu, di aula rapat mereka sedang membahas mengenai hal-hal penting ke depannya.Putri Sin Tang duduk di sebelah Sang Ratu, dan mulai memimpin jalannya rapat tersebut.Ada beberapa poin yang dihasilkan dari rapat itu, pertama Kekaisaran Tang dengan ini menyatakan berdamai dengan Aliran Darah Besi dari segala konflik atau perang dingin yang selama ini telah berlarut-larut.Ini pula sebagai ucapan terima kasih atas bantuan Lanting Beruga karena menyelesaikan masalah yang terjadi dengan Kekaisaran Tang.Sebagai bentuk penghargaan tersebut, Lanting Ber
Lanting Beruga menemukan sebuah ruang rahasia yang ada di dalam markas tersebut, sebuah tempat yang digunakan untuk menyimpan banyak sumber daya pelatihan yang cukup langka. Beberapa sumber daya pelatihan memiliki harga yang sangat mahal, hingga mencapi 20 juta keping emas.Tentu pula pemuda itu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan tersebut, tapi sayangnya tanda api di telapak tangannya hampir penuh, jadi Lanting Beruga hanya mengambil sumber daya yang sangat penting seperti penyembuhan luka dalam atau luka pisik, dan beberapa sumber daya lain yang berguna untuk menawar racun berbahaya.Di dalam ruangan yang luas, dengan dinding berlapis batu alami berwarna putih dan coklat, Lanting Beruga juga menemukan sebuah peti lain di dalam ruangan tersebut, yang berisi serpihan petunjuk mengenai keberadaan Roh Bumi.Setelah berhasil mendapatkan petunjuk tersebut, Lanting Beruga pergi meninggalkan marsa utama aliran sesat. Dia menuju beberapa markas cabang untuk mendapatka
Rupanya prasasti tersebut tidak terdapat dalam sebuah batu, kertas atau logam, tapi pada dinding tempat ini. Namun, Lanting Beruga tidak dapat mengambil prasasti tersebut jika ternyata sengaja di ukir pada dinding.Jadi dia mengeluarkan beberapa kertas, dan mulai menulisnya ulang dengan menggunakan arang. Sangat lama Lanting Beruga melakukan hal tersebut, karena jelas dia punya otak yang bodoh, dan lagipula tulisan tangannya tidak terlalu bagus. Dapat dibaca saja sudah sangat untung."Sial," gumam Lanting Beruga, merobek kertas yang baru saja di tulis, "Kertas ini sangat jelek, tidak sesuai dengan gaya tulisanku yang indah."Pemuda itu telah merobek 20 kali kertas, dan sekarang dia menggunakan kertas terakhir. Arang yang diambilnya dari tungku perapian dilemparnya ke samping.Dia akhirnya mengeluarkan pedang sisik naga hijau sebagai alat tulisnya.Dengan darah dirinya sendiri, Lanting Beruga mulai mengukir setiap huruf yang ada pada dinding t
Dengan suara yang serak, Tian Cia bertanya kepada Lanting Beruga, "Apa yang kau lakukan di tempat ini?"Namun Lanting Beruga tidak menjawab, hingga pria itu menggunakan bahasa isyarat untuk bertanya sekali lagi.Lanting Beruga menggaruk kepalanya sebelum kemudian balik bertanya, "lalu apa yang kalian berdua lakukan di tempat ini, mengenai benda yang kalian bawa, apa itu adalah prasasti roh bumi? serahkan benda itu kepadaku!"Tian Cia dan Prajurit Elit saling tatap untuk sementara waktu, kemudian ke duanya menatap balik Lanting Beruga, "ini hanyalah sumber daya pelatihan, kami membutuhkan ramuan untuk menyembuhkan luka dalam.""Aku ingin melihat ramuan itu!" ucap Lanting Beruga lagi. "Kalian tidak keberatan menunjukannya padaku, bukan?"Tian Cia dan Prajurit Elit sekali lagi saling bertatap wajah, lalu keduanya saling mengisyaratkan untuk melarikan diri dari hadapan Lanting Beruga, tapi niat mereka telah diantisipasi oleh Lanting Beruga."Kal
Roh api menjelaskan jika letak Roh Bumi berada pada segel di arah utara, dan ini sesuai dugaan Lanting Beruga.Kemungkinan pula 3 roh lain berada di bumi utara, meskipun Lanting Beruga belum mengetahui apakah salah satu dari roh itu sudah dimiliki orang lain atau masih berada dalam segel dewa Semaranta.Lanting Beruga memiliki setengah roh air yang disimpan di dalam cawan dewa banyu, dan Roh Logam berada di tangan Ayahnya sendiri, Roh Logam pada pedang Bramasta.Jadi sudah diputuskan, Lanting Beruga akan pergi ke arah Utara.Pada hari yang sama, ketika seluruh petunjuk telah dikumpulkan, pemuda itu kembali menuju Aliran Darah Besi. Dia akan membicarakan hal ini kepada Ketua Agung dan tentu pula beberapa petinggi aliran tersebut.Sepertinya, dia tidak akan bisa melanjutkan jabatannya sebagai aliran barat.Di hari yang lain, Lanting Beruga telah kembali ke Aliran Darah Besi dan disambut baik oleh semua orang di kelompok tersebut."Elang
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m