Dengan suara yang serak, Tian Cia bertanya kepada Lanting Beruga, "Apa yang kau lakukan di tempat ini?"
Namun Lanting Beruga tidak menjawab, hingga pria itu menggunakan bahasa isyarat untuk bertanya sekali lagi.
Lanting Beruga menggaruk kepalanya sebelum kemudian balik bertanya, "lalu apa yang kalian berdua lakukan di tempat ini, mengenai benda yang kalian bawa, apa itu adalah prasasti roh bumi? serahkan benda itu kepadaku!"
Tian Cia dan Prajurit Elit saling tatap untuk sementara waktu, kemudian ke duanya menatap balik Lanting Beruga, "ini hanyalah sumber daya pelatihan, kami membutuhkan ramuan untuk menyembuhkan luka dalam."
"Aku ingin melihat ramuan itu!" ucap Lanting Beruga lagi. "Kalian tidak keberatan menunjukannya padaku, bukan?"
Tian Cia dan Prajurit Elit sekali lagi saling bertatap wajah, lalu keduanya saling mengisyaratkan untuk melarikan diri dari hadapan Lanting Beruga, tapi niat mereka telah diantisipasi oleh Lanting Beruga.
"Kal
Roh api menjelaskan jika letak Roh Bumi berada pada segel di arah utara, dan ini sesuai dugaan Lanting Beruga.Kemungkinan pula 3 roh lain berada di bumi utara, meskipun Lanting Beruga belum mengetahui apakah salah satu dari roh itu sudah dimiliki orang lain atau masih berada dalam segel dewa Semaranta.Lanting Beruga memiliki setengah roh air yang disimpan di dalam cawan dewa banyu, dan Roh Logam berada di tangan Ayahnya sendiri, Roh Logam pada pedang Bramasta.Jadi sudah diputuskan, Lanting Beruga akan pergi ke arah Utara.Pada hari yang sama, ketika seluruh petunjuk telah dikumpulkan, pemuda itu kembali menuju Aliran Darah Besi. Dia akan membicarakan hal ini kepada Ketua Agung dan tentu pula beberapa petinggi aliran tersebut.Sepertinya, dia tidak akan bisa melanjutkan jabatannya sebagai aliran barat.Di hari yang lain, Lanting Beruga telah kembali ke Aliran Darah Besi dan disambut baik oleh semua orang di kelompok tersebut."Elang
Kota Terakhir, adalah pulau kecil yang terletak paling utara dari Wilayah Bumi Tengah.Setelah Kota ini, kalian akan melihat ada sebuah dinding es alami yang terbentang tinggi hingga melewati awan putih di angkasa.Dinding bukan hanya sebagai batas terakhir antara bumi tengah dengan bumi utara, tapi juga merupakan tembok alami yang melindungi Bangsawan Dunia dari manusia biasa.Jarak antara Kota Rerakhir dengan tembok tersebut membutuhkan satu hari perjalanan dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh, sangat jauh tapi malah terlihat begitu dekat.Jika kalian pergi ke sana, tidak akan nampak dasar dari dinding es tersebut, kecuali setelah mendekatinya. Dari kota Terakhir, kalian hanya akan melihat pertengahan dari dinding es tersebut, yang kadang kala ditutupi oleh awan hitam.Ah, sayang sekali tidak banyak pendekar yang berniat mendekati Dinding tersebut, kecuali mereka yang telah mencapai level langit pada jalur kependekaran.Di balik
Orang yang bernama Neji sudah tua, berambut panjang yang setengah beruban setengah lagi berwarna hitam. Dia tinggal di ujung Kota Terakhir, menempati sebuah rumah bordil yang menampung banyak sekali wanita penghibur.Setiap hari, akan ada puluhan pelanggan datang ke rumah tersebut, rata-rata mereka adalah para pendekar, atau pula pria hidung belang.Wajar saja, di sini semua wanita begitu cantik, meskipun ada banyak wanita penghibur yang berusia lebih dari 40 tahun.Putih dan mulus dengan mata hijau yang terlihat indah. Beberapa orang menganggap tempat ini adalah surga bagi para lelaki, karena menyediakan banyak wanita cantik seperti peri. Namun, kecantikan mereka tidak sebanding dengan Bony An, yang dijuluki sebagai Bidadari Abadi.Kedatangan Lanting Beruga di rumah bordil itu disambut oleh hampir 7 wanita penghibur. Mereka semua menggunakan mantel tebal, tapi dengan bagian dada yang menantang."Anak muda, sepertinya kau adalah orang b
Ada setumpuk besar makanan di hadapan Lanting Beruga saat ini. Neji menawarkan beberapa wanita untuk melayani dirinya, tapi pemuda itu malah menolak."Aku ingin ke Wilayah Utara," ucap Lanting Beruga. "Kau harus membantu diriku untuk melakukan perjalanan ini!"Mendengar hal tersebut, Neji langsung tersedak nafasnya sendiri, dia terbatuk beberapa kali, menyambar satu cawan air dan menegaknya beberapa kali."Apa aku tidak salah dengar?" tanya Neji, "Tuan Elang Api akan ke sana?""Kenapa memangnya?" tanya Lanting Beruga, suara yang keluar dari dalam mulut pemuda itu terdengar tidak begitu jelas, karena sedang mengunyah daging rusa. "Apa kau meragukan diriku?""Bukan, bukan itu maksudku Tuang Elang Api ...," Neji menggaruk dagunya beberapa kali, kemudian berkata, "Selesaikan makanannya dahulu, kita akan membicarakan hal ini kemudian!"Lanting Beruga setuju, dia melahap habis semua makanan yang terhidang di atas meja, tanpa tersisa, bahkan tidak
"Aku akan pergi menuju Bumi Utara!"Tiba-tiba terdengar beberapa kelompok pendekar sedang berbicara di tepi pantai tersebut, mereka terlihat seperti kumpulan para pendekar level lemah, yang mungin berasal dari sekte kecil di wilayah Kekaisaran Tang.Atau pula mereka ini adalah pendekar pengembara yang secara resmi tidak bergabung ke dalam sekte manapun. Jumlah mereka 15 orang, dan pemimpin dari kelompok ini hanya berada di level tanpa tanding.Mereka telah mengenakan pakaian yang dirancang khusus untuk menahan suhu dingin ketika berada di dalam lorong dinding es ini.Tidak beberapa lama kemudian, sorang pelayan muncul menggunakan kapal selam yang terlihat seperti buah labu.Dengan kapal selam tersebut, 15 orang ini akan pergi ke sana, tapi nelayan hanya akan mengantar hingga lorong dinding es yang ada di bawah dasar air. Jadi setelah mencapai lorong tersebut, semuanya akan kembali kepada pendekar tersebut.Bentuk pakaian yang mereka gu
Lanting Beruga jelas tidak mendengar teriakan Garuda Kencana, tapi mata asura dapat melihat sosok burung berkaki empat itu melayang di atas permukaan laut.Ketika kapal selam keluar, Garuda Kencana hinggap tepat di atas kapal itu.Lanting Beruga keluar dari kapal dengan buru-buru, lalu mengeluarkan semua isi perutnya, setelah kondisinya sedikit lebih baik, barulah pemuda itu bertanya kepada Garuda Kencana."Klik klik klik!" ucap Garuda Kenca."Bukankah kau tidak ingin ikut denganku?" tanya Lanting Beruga. "Dinding itu memancarkan aura yang dapat membunuh siluman, sangat berbahaya bagi dirimu!""Klik Klik Klik ..." Garuda Kencana berkicau lagi, sambil menunjuk ke arah telapak tangan Lanting Beruga, pada tanda api yang ada di telapak tangan tersebut."Tidak-tidak," ucap Lanting Beruga, "Aku tidak mungkin melakukan hal tersebut, itu adalah tindakan bodoh!"Garuda Kencana berniat masuk ke dalam tanda api yang ada di telapak tangan pemuda
Lanting Beruga acap kali melihat beberapa ikan besar terjebak pada arus, membuat air liurnya mulai menetes saat ini. Meskipun sesekali dia merasakan perurtnya bergejolak, tapi perasaan lapar melihat ikan-ikan besar di hadapannya membuat perasaan itu sering kali sirna.Namun, Neji selalu berusaha untuk mencegah tindakan bodoh Lanting Beruga untuk keluar dari dalam kapal selam ini."Kau mungkin masih dapat selamat, tapi pikirkan diriku,bodoh!" teriak Neji. "Sial, apa dia memang orang yang sama dengan yang kutemui tadi pagi, sifatnya berubah drastis ketika melihat ikan-ikan di dalam laut ini.""Neni, Gurita besar!" teriak Lanting Beruga."Hentikan tindakan bodoh dirimu, Sialan!!!"Dari semua orang yang pernah di antar oleh Neji, hanya Lanting Beruga yang memiliki tingkah bodoh yang acap kali membuat dirinya merasa berdebar-debar. Sungguh, nama besar seorang pendekar tidak menjamin tindakannya di dalam kehidupan sehari-hari, buktinya Lantin
Lanting Beruga kini mulai berjalan sempoyongan, setelah 10 harli lamanya berada di dalam lorong es ini. Ini buka karena dirinya kedinginan tapi pula karena perutnya yang semakin kelaparan. Sialnya, dia tidak sempat membawa makanan.Lanting Beruga berharap bertemu dengan 15 pendekar yang mendahului dirinya, tapi harapan itu hanya tinggal harapan belaka, tidak ada satupun dari mereka yang nampak oleh mata Lanting Beruga.Hampir 20 hari lamanya, kondisi Lanting Beruga mulai memprihatinkan, matanya mulai berkunang-kunang saat ini. Namun di hari itu pula, tiba-tiba kaki Lanting Beruga mulai memijak permukaan yang sedikit miring.Keadaan yang licin membuat Lanting Beruga tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya dengan baik, sementara itu tubuhnya semakin melesat ke bawah.Entah apa yang ada di bawah sana, Lanting Beruga tidak tahu, karena sekarang matanya malah semakin berkunang-kunang.Wush....Jalan itu mulai berliku, kemudian mendaki sedikit lebih ti