Beberapa hari telah berlalu, Lanting Beruga mulai mempelajari setahap demi setahap teknik angkara jagat yang dia mulai dari puncak teknik awan berarak.
Perlahan tapi pasti, Lanting Beruga telah merubah hampir 30% gerakan asli dalam teknik Awan Berarak.
Lanting juga mulai menanamkan keinginan pedang dalam setiap gerakan, mencoba menggabungkan kekuatan roh api ke dalam tekniknya saat ini.
Setelah 10 hari berlatih, mode baru dari kekuatan roh api terbentuk, meski masih sangat kasar tapi paling tidak mode ke empat ini bisa menjadi alternatif untuk menggantikan aura alam.
"Aku menamakannya Mode Dewa Api," gumam Lanting Beruga.
Dalam mode ini, Lanting Beruga mendapatkan akses untuk menggunakan mode pertama dan ke dua dalam waktu bersamaan, artinya dia mendapatkan kecepatan dan juga kehebatan pedang.
Dasarnya mode pertama adalah energi yang mengalir kedalam tubuh, ini membuat dia menjadi lebih cepat berkali-kali lipat dari sebelumnya.
Lanting Beruga akhirnya bisa menarik perhatian Ketua Devisi Pendekar Pemabuk Dari Barat. Mendengar jika pemuda itu berlatih teknik angkara jagat, hari itu juga Ketua Devisi Bayangan secara langsung mendatangi Bangsal tim 40."Kenapa Ketua Devisi ke tempat kumuh ini?" seorang tetua bertanya kepada tetua yang lain."Apa lagi, dia pasti ingin melihat pemuda gila itu ..." yang mereka maksud adalah Lanting Beruga.Dua orang tetua berjalan di belakang Ketua Devisi, saling berbicara mengenai hal apa yang akan dilakukan oleh Ketua Devisi Bayangan kepada Lanting Beruga.Satunya beranggapan jika Lanting mungkin akan dibanting oleh Ketua Devisi, satu lagi mengatakan jika kemungkinan besar pemuda bodoh itu akan diusir dari Devisi Bayangan."Dimana bocah bodoh itu?" tanya Ketua Devisi ketika bertemu dengan Camar Laut."Di ...dia, ada di sana, Ketua ..." Camar Laut tidak pernah bertatap muka dengan Ketua Devisi sebelumnya kecuali hanya dari jauh, ja
Dewa Pedang? Ketua Devisi menyipitkan matanya, dia menarik pedang yang ada di pinggang dan meletakan tepat di batang leher Lanting Beruga.Pada saat yang sama, Lanting Beruga merasakan getaran keinginan membunuh yang terpancar dari tubuh pria itu. Benar-benar begitu pekat.Beberapa tetua yang berada di dekat Ketua Devisi segera menjauh, yang lain menelan ludah karena takut.Dari semua Ketua Devisi yang ada di dalam Serikat Satria, Pemabuk Dari Barat memiliki prestasi pembunuhan paling banyak dan paling keji."Bocah, katakan sekali lagi!"Lanting Beruga mencucurkan keringat dingin, dia tidak tahu mengenai aura alam yang terpancar dari tubuh Ketua Devisi ini, tapi sungguh dia merasakan keinginan membunuh orang mabuk ini.Benar yang dikatakan oleh orang lain, Ketua Devisi Bayangan tidak bisa ditebak.Namun, intimidasi itu tidak langsung melunturkan tekad dan jiwa Lanting Beruga.Seraya mencengkram pedangnya, Lanting Beruga b
Di dalam ruangannya, Lanting Beruga menemui Ketua Devisi, tapi tidak seperti ruangan-ruangan pribadi Ketua Devisi yang lain, ruangan ini cukup sederhana meskipun memang luas.Tidak ada benda-benda istimewa di dalam ruangan ini, hanya ada beberapa tong tuak yang diletakan bersusun di sudut lantai.Kursi sang ketua juga tidak terlalu mewah, terkesan sangat sederhana padahal jika dia mau dia bisa membeli apapun dengan gajinya sebagai Ketua Devisi.Satu-satunya yang berharga bagi orang itu hanya pedang yang ada di pinggangnya."Tuak!" ucap Ketua Devisi."Tidak," jawab Lanting Beruga, "air putih saja."Pria itu tertawa mendengar ucapan Lanting Beruga, biasanya pemuda yang telah beranjak dewasa mulai penasaran dengan tuak dan wanita. Namun dua hal itu tidak terlalu menarik bagi Lanting Beruga.Ketua Devisi meletakan pedang di atas meja. "Aku hanya memiliki satu benda berharga, yaitu pedang ini."Pedang itu mungkin bukan sebuah pusaka
Tanda-tanda yang ada di dalam gulungan kecil itu benar-benar ada di dalam diri Lanting Beruga.Seorang yang tidak memiliki tenaga dalam akan lahir, pada saat itu tubuhnya akan dijadikan wadah dari sebuah roh pusaka.Ketika dia bergerak, bayangan merah akan muncul di belakangnya.Orang itu, memiliki dua mata yang berbeda, dan akan memilih jalan paling sulit dari semua jalan yang orang lain pilih.Dari tanda-tanda ini, Ketua Devisi sangat yakin Lanting Beruga adalah wadah dari pusaka tersebut, hanya saja dia tidak menduga jika Lanting Beruga bisa mengendalikan kekuatan roh itu.Pada akhirnya Lanting Beruga berlatih di dalam Istana Bayangan dengan pasilitas latihan paling baik di tempat ini.Tidak ada satu orangpun yang mau mengusik pemuda tersebut, tidak ada, bahkan para tetua terbaik sekalipun."Angkara Jagat, Dewa Api." Lanting Beruga berteriak, ketika mengayunkan pedangnya.Meski mungkin hanya sebuah istana saja, tapi di
Beberapa tetua mencoba mendobrak pintu ruang latihan, tapi tidak berhasil menghancurkannya."Bocah kurang ajar, buka pintunya cepat!""Elang Api, keluar kau!" teriak Bangau Liar. "Kami akan membunuhmu hari ini!""Orang Gila seperti dirimu tidak layak hidup, kau harus mati karena telah menghina para tetua."Berkali-kali pintu ruangan itu dihantam oleh pukulan-pukulan yang mengandung kekuatan dahysat, tapi tetap tidak berhasil menghancurkannya.Ketua Devisi telah melindungi pintu ruangan itu dengan kekuatannya, sehingga tidak ada satupun tetua di sini yang bisa menghancurkan tempat itu."Bagaimana caramu memberinya makan?" tanya Bangau Liar, menarik lagi kerah baju Camar Laut, tapi sayang pemuda itu sudah menghembuskan nafasnya.Camar Laut sudah meninggal tepat setelah dia benar-benar menutup matanya."Tidak berguna ..." Bangau Liar membanting tubuh Camar Laut sekali lagi, menginjak kepalanya hingga separuh tulang kepalanya retak
Lanting Beruga menatap ke arah tetua itu dengan dingin, mata merahnya tidak henti melepaskan energi batin yang mencoba merobek jiwa-jiwa lawannya.Untuk sesaat Tetua itu menjadi sedikit tegang, tangan bergetar dan mata yang membuka lebar."Aku adalah tangan kanan Ketua Devisi ..." ucap Lanting Beruga, suaranya bernada rendah tapi maknanya begitu dalam, "apa kalian semua ingin menantangku?""Kau harus bertanggung jawab karena membuat Bangau Liar menjadi seperti ini?!" tetua yang lain membentak Lanting Beruga."Kalau begitu bagaimana tanggung jawab kalian karena telah membunuh temanku?" Lanting Beruga balik bertanya, seraya memandangi tubuh Camar Laut yang telah berpulang ke alam baka. "Kalian tidak malu?"Lanting Beruga membalas perlakukan Bangau Liar dengan merusak jiwanya, tidak akan mati tapi orang yang mengalami kerusaskan jiwa amat parah akan menjadi gila.Ya, Bangau Liar tidak akan tertolong bahkan dengan pengobatan terbaik di Serikat i
Situasi saat ini menjadi tegang, udara di sekitar tempat ini mendadak menjadi lembab, dan awan di langit berubah menjadi gelap.Tetua Ardhana menatap Lanting Beruga dengan penuh kebencian, sebelum kemudian dia menyerang pemuda itu dengan tebasan tangannya saja.Meski hanya tebasan tangan, tapi rupanya mampu memanggil kekuatan seperti sebuah sayap burung yang begitu besar.Sayap burung yang tercipta dari aura alam sedikit lebih mirip dengan teknik milik Bangau Liar, tapi memiliki tingkat kerusakan lebih hebat karena menggunakan aura alam dengan jumlah besar.Seolah sayap burung itu bergerak lambat, padahal begitu cepat.Pow Pow.Mata Lanting Beruga terbuka lebar, menganalisa kekuatan itu secepat yang bisa dilakukannya.Dalam ke adaan seperti ini, menghindar tidak mungkin bisa dilakukan, Lanting Beruga masih akan terkena imbas serangan.Jadi dengan cepat dia bisa menyimpulkan untuk menghancurkan serangan itu, tapi masalahnya baga
"Dia dapat mengimbangi kekuatan Tetua Ardhana?"Seorang tetua yang lain berkata dengan nada bergetar seolah tidak percaya. Apakah dia salah lihat, tentu saja tidak. Lanting Beruga mungkin tidak bisa mengalahkan seorang tetua meski level tulangnya sudah diperkuat, tapi lain hal jika dia juga menggunakan mata kirinya.Kekuatan dasar dari mata kiri adalah melihat hal yang tidak bisa dilihat oleh mata manusia. Di tangan Lanting Beruga, mata kiri itu malah bisa melihat celah dan kelemahan dari susunan energi dalam sebuah jurus para pendekar."Menyerang ketika lawan lengah, dan bertahan ketika mereka menyerang."Metode tarik ulur diterapkan oleh Lanting Beruga saat ini, jika dia memaksa diri untuk fokus menyerang, sudah pasti dia kalah.Aura alam bukan sesuatu yang bisa dihancurkan dengan mudah."Apakah dia bisa mengalahkan Tetua Ardhana?" tanya murid senior yang lain."Bagaimana jika dia bisa mengalahkannya.""Maka dia bukan h