Acara Lelang kembali di lanjutkan setelah acara makan selesai, tapi wajah Lanting Beruga tidak begitu baik karena tidak ada satupun makanan yang boleh dia telan.
Meskipun dia ragu racun itu dapat melumpuhkannya, tapi tetap saja Mura tidak mengizinkan Lanting Beruga mengambil meski hanya satu makan tersebut.
Alasan Lanting Beruga tidak perlu takut ialah, karena dia tidak memiliki level kependekaran yang pasti, dan tentu pula karena dia tidak memiliki aura alam.
Namun, untuk menghindari hal buruk yang akan terjadi kemudian hari, Mura tetap melarang Lanting Beruga.
Makanan itu rupanya hanya dihidangkan bagi para pendekar diluar Serikat Naga. Nyatanya Serikat Naga makanan untuk Serikat Naga baik-baik saja.
"Terima kasih telah menikmati hidangan yang kami siapkan," ucap pria berpakaian hitam di tengah-tengah halaman gedung lelang. "Kami harap masa depanmu sangat cerah."
Mura menaikan alisnya, mulai jengkel dengan ucapan pria tersebut
110 juta keping emas, sebuah penawaran yang begitu tinggi bahkan melebihi Bangsawan Dunia.Tindakan Lanting Beruga jelas menarik perhatian semua orang yang ada di dalam gedung lelang, termasuk Ares.Biasanya Ares selalu menutup matanya, tapi kali ini tidak kuasa menahan rasa penasaran ketika mendengar angka 110 juta dari seorang pembeli.Satrio Langit tertawa kecil, sudah menduga apa yang akan dibeli oleh Lanting Beruga di dalam lelang ini.Sebagai teman dekat, Satrio Langit tentu saja paham mengenai tubuh Lanting Beruga yang tidak memiliki tenaga dalam ataupun aura alam."Dia benar-benar melakukannya!" ucap Satrio Langit, "Hahahah ...bodoh, berapa banyak uang yang dia bawa?"Satrio Langit tidak peduli dengan sumber daya pelatihan yang dibeli oleh Lanting Beruga, yang dia butuhkan hanyalah serpihan senjata kuno.Namun, situasi sedikit memburuk karena tindakan Lanting Beruga. Bangsawan Dunia tidak terima ada manusia biasa mengungguli h
Benar dia adalah orang yang tadi menyarankan Lanting Beruga untuk membeli sumber daya pelatihan. Dia datang mengenakan pakaian sederhana dan duduk di sebelah Lanting Beruga.Dia adalah Penyelenggara acara lelang ini. Pemilik darah campuran yang dijuluki sebagai Sang Jenius.Usianya tidak terlalu tua, sekitar 40 tahun atau 45 tahun paling tua.Dari yang Lanting Beruga dengan, pria ini begitu kejam, tapi sinar diwajahnya menampakan kesederhanaan dan cukup ramah."Pantas saja kau bisa menggunakan bahasa Sundaland," gumam Lanting Beruga."Aku bisa menggunakan semua bahasa," timpalnya dengan senyum kecil yang ramah.Lanting Beruga masih ingin bertanya mengenai banyak hal, tapi waktu semakin sempit dan mepet, acara lelang serpihan senjata kuno hampir saja dimulai, dan Lanting Beruga belum memiliki uang pengganti untuk menawar barang tersebut.Mata panah lohan! Penyelenggara mulai memeriksa keaslian mata panah tersebut. Beberapa kali dia men
Pupus sudah harapan Lanting Beruga untuk mendapatkan serpihan senjata kuno itu. Dia tidak menduga tawaran Bangsawan Dunia begitu besar.Berapa banyak uang yang dibawa oleh orang gendut itu? Lanting Beruga tidak percaya.Jika Lanting Beruga memiliki 200 juta keping emas saat ini, belum tentu dia dapat membeli serpihan senjata kuno itu."Adakah yang akan menawarnya?" tanya pria berpakaian hitam, dia menunggu cukup lama, tapi semua peserta lelang tidak menjawab. "Baiklah, barang ini terjual kepada Bangsawan Dunia!"Bony An menatap ke arah Lanting Beruga, melihat kekecewaan terpasang di wajah pemuda tersebut.Bony An hanya memiliki 100 juta keping emas, tentu pula tidak dapat membeli serpihan senjata kuno tersebut untuk diberikan kepada Lanting Beruga.Kekaisaran Tang memasang wajah suram, meski mereka memiliki uang tapi tidak di sini, hari ini dan ditempat ini.Acara Lelang akhirnya berhenti tepat tengah malam. Semua keluar dari acara le
Bony An tersenyum simpul, merasa tidak bersalah karena telah membunuh Bangsawan Dunia. Dia bahkan berniat membunuh Ares dengan kekuatan kutukan dua bola matanya.. Bony An segera menyingkapkan pahanya, berniat membuat Ares terpesona, tapi wanita itu tidak menduga kutukannya tidak berpengaruh terhadap Ares. Sungguh apa yang telah terjadi sebenarnya, Bony An tidak tahu. Selain Lanting Beruga, tampaknya ada satu manusia yang tidak dapat ditaklukan dengan kutukan bola matanya. "Wanita sialan, apa yang kau lakukan?!" teriak Ares, menarik rantai yang membelenggu tubuh Bony An dengan sekuat tenaga. Tubuh Wanita itu terseret ke depan, pada saat ketika tubuh itu melayang di udara, Ares dengan telapak tangan yang berselimut petir berwarna putih, menghantam ulu hati Bony An. Wanita itu tidak dapat menghindari serangan itu dalam posisi leher yang dirantai. Serangan telak berhasil membuat Bony An mengeluarkan darah yang cukup banyak. Sebuah
Lanting Beruga datang tepat waktu sebelum Ares akan membunuh Bony An dengan serangan terakhir yang dimilikinya.Jika bukan karena Lanting Beruga, tentu saja wanita itu sudah menjadi mayat saat ini.Bukan karena terharu karena nyawanya baru saja selamat dari kematian, Bony An malah terharu karena Lanting Beruga menyelamatkan dirinya.Misalkan yang menyelamatkan itu bukan Lanting Beruga, mungkin Bony An tidak akan segembira ini."Lanting, kenapa kau-""Mundurlah!" ucap Lanting Beruga, "Mulai dari sekarang serahkan semuanya kepadaku," pemuda itu lantas tersenyum kecil, "tenang saja, setelah urusanku selesai, aku akan menemui dirimu!""Apa kau pikir bisa pergi dari tempat ini setelah berhadapan denganku?" tanya Ares, suaranya terdengar dingin dan tatapannya begitu tajam ke arah Lanting Beruga."Maaf pak tua berambut jagung," ucap Lanting Beruga. "Aku tidak bisa membiarkan dirimu melukai wanita ini.""Dia telah membunuh Bangsa
Sementara itu, Mura dibuat pusing oleh tindakan Lanting Beruga yang terang-terangan menyerang Ares sang Ksatria Perang, tak tertandingi. Dia mungkin tidak terlalu khawatir dengan pertarungan tersebut, Lanting Beruga kemungkinan akan lolos dari kematian, tapi tindakan Lanting itu akan menarik perhatian semua Serikat Naga terhadap Aliran Darah Besi. Ini bahaya. Ares telah membunuh sisa-sisa iblis pembawa mala petaka yang dipimpin oleh Yanca, dan Serikat Naga tidak mempermasalahkan hal itu karena tidak ada korban jiwa di pihak mereka. Namun sekarang, masalahnya yang mati adalah Bangsawan Dunia. Bukan hanya Serikat Naga, Bangsawan Dunia pasti menaruh dendam terhadap Aliran Darah Besi. "Mura, apa yang harus kita lakukan saat ini?" Ketua Aliran Selatan sedang membaca situasi saat ini. Pertarungan terpampang jelas di depan mata, tapi dua orang itu belum bertindak untuk menyerang Serikat Naga. Mura si kutu buku tidak menemukan pengalaman menge
Mura dan Ketua Aliran Selatan dihadang oleh beberapa orang pendekar dari Serikat Naga, sebelum keduanya berhasil mendekati lokasi penginapan yang telah hancur oleh pertarungan Lanting Beruga dan Ares."Dua orang ini adalah teman pemuda di sana," salah satu dari mereka berkata kepada teman-temannya. "Jangan biarkan kedua orang ini selamat, bunuh siapapun yang berasal dari Aliran Darah Besi!"Ketua Aliran Selatan menarik nafasnya dalam-dalam sebelum kemudian dia mengepalkan tangan kanan yang berselimut sarung tangan berwarna kehitaman.Telapak tangan kiri terdapat sarung tangan dewa kematian yang didapatkannya dari acara lelang barusan."Mari kita coba kekuatan sarung tangan ini!" ucap Ketua Aliran Selatan.Dia mengalirkan beberapa banyak aura alam pada sarung tangan dewa kematian, membuat sarung tangan itu terasa cukup berat.Ada sensasi aneh menyelimuti lengan kiri Ketua Aliran Selatan, seperti keram dan juga hangat.Ini tandanya, sar
Sebuah pukulan baru saja mendarat tepat wajah Mura. Pukulan yang sangat keras, membuat darah keluar dari mulut pemuda tersebut.Entah beberapa jauhnya di terlempar ke samping, menghantam beberapa rumah warga, menghancurkan dinding bangunan tersebut, lalu berguling di permukaan tanah kering bebatuan.Mura merasakan kepalanya begitu sakit, beberapa giginya mungkin goyah saat ini. Jelas dia tidak menduga serangan lawannya begitu cepat dan sangat mendadak.Mura gagal mengantisipasi serangan tersebut.Dia berdiri lagi, mencengkram gagang pedang dengan kuat. Matanya menyapu pandangan gelap malam ini. Hanya cahaya api yang membakar rumah, bahkan bulan seolah enggan menatap pertarungan di Kota Pertengahan.Baru pula memasang kuda-kuda, sekelabatan senjata menyerang ke arah Mura. Lagi-lagi, pemuda itu terkena serangan lawannya.Lengan kiri pemuda itu kini tertancap pisau kecil yang cukup dalam."Sial, aku lengah!" Mura menggerutu kesal, meskip