Butuh waktu 10 hari bagi Lanting Beruga untuk mendapatkan 50 keping permata serikat. Dia bekerja siang malam tanpa sekalipun istirahat, karena menurutnya semakin cepat mengumpulkan kepingan permata serikat, semakin cepat pula dia berlatih bela diri.
Beberapa murid senior acap kali mencibir perbuatannya, beberapa yang lain tidak segan-segan mempermalukan pemuda itu, dengan menyuruhnya mencuci pakaian dalam mereka.
Sial sekali, beberapa gadis juga tidak malu melakukannya, dan malah menganggap Lanting Beruga sebagai pemuda bodoh tak berotak.
"Peduli setan," gumam Lanting Beruga, ketika hari ini dia kembali dari pekerjaannya membantu para gadis senior membersihkan pakaian dalam mereka.
Dia menghitung kembali jumlah kepingan permata serikat, dan hari ini semua permata itu telah genap 101 permata.
Dia berencana pergi ke perpustakaan, tapi sebelum itu dia ingin singgah disebuah rumah makan terbaik di tempat ini. Sudah sejak lama dia ingin ke sini dan menc
Camar Laut menyela ucapan Bangau Liar, dia bukan pengecut dan tim 10 bukan sekumpulan orang bodoh seperti yang dikatakannya.Namun hal ini malah mengundang tawa dari semua senior yang ada di dalam rumah makan ini."Jadi kau mau bertarung denganku, junior?" tanya Bangau Liar, "aku akan menurunkan level kependekaranmu untuk melawanmu, jika kau bisa menahan tiga seranganku, aku akan menarik kembali semua ucapanku."Menurunkan level kependekaran artinya Bangau Liar akan bertarung melawan Camar Laut dengan level tanpa tanding, bukan level bumi.Camar Laut setuju."Kau tidak perlu melakukan hal itu," ucap Lanting Beruga, berusaha membujuk Camar Laut untuk tidak terlibat masalah ini terlalu jauh, "Ini adalah masalah yang kuperbuat-""Saudara Elang Api, aku mungkin lemah tapi aku tidak bisa membiarkan orang-orang ini melecehkan tim kita, tidak setelah kau memberiku banyak pelajaran berharga."Camar Laut sudah memutuskan akan bertarung melawan
Tindakan Lanting Beruga malah membuat semua orang untuk sesaat terdiam, termasuk juga Bangau Putih.Namun hening kediaman itu hanya berlangsung sesaat, sebelum kemudian gelegar tawa Bangau Liar pecah, diiringi oleh belasan murid senior yang lain."Kau ingin menggantikan dirinya?" tanya Bangau Liar, "Kau serius? dia saja mungkin tidak bisa menahan satu seranganku, lalu bagaimana dengan dirimu?"Camar Laut bergegas mendekati Lanting Beruga dengan wajah yang dipenuhi dengan banyak makna, "Saudara Elang ...""Husttt ..." Lanting Beruga meletakan jari telunjuknya di bibir kemudian menggelengkan kepala sebagai isyarat agar Camar Laut diam, "kau sudah melakukan yang terbaik, tapi aku tidak bisa membiarkan dirimu terluka karena diriku."Lanting Beruga bejalan ke tengah halaman rumah makan ini, menoleh ke arah banyak murid senior yang menatapnya dengan penuh ejekan, kemudian dia menatap ke arah Bangau Liar yang penuh percaya diri."Aturannya sama, ak
Pow pow.Serangan itu menderu lebih kuat dari sebelumnya, sementara Lanting Beruga tidak memiliki teknik pertahanan sama sekali kecuali hanya tulangnya yang bagus.Satu-satunya cara untuk menahan serangan itu adalah menghancurkannya, tapi itu artinya Lanting Beruga melanggar kesepakatan.Dia tidak suka melanggar janji."Tunggu apa kau serius?" Roh Api berteriak di kepala Lanting Beruga."Apa boleh buat," ucap Lanting Beruga, "Laki-laki yang dipegang adalah janjinya, aku harus bertahan."Roh api menampar jidatnya dengan kuat, benar-benar bodoh pikirnya. Mana ada manusia teguh memegang janjinya, Roh Api telah mempelajari sifat manusia sejak lama dan kebanyakan dari mereka adalah pendusta.Tapi, tidak berlaku dengan Lanting Beruga. Dia berbeda, dan dia memang tidak sama dengan orang lain.Dengan mengeraskan rahangnya, Lanting Beruga menyilangkan dua tangan di depan, pada saat yang sama paruh burung bangau mendarat ditangan Lanting
Esok harinya, tubuh Lanting Beruga telah pulih, hanya meninggalkan bekas luka di bagian dadanya. Setelah membersihkan diri, pemuda itu pergi ke Istana Devisi Penerimaan. "Aku ingin masuk ke perpustakaan," ucap Lanting Beruga, menyerahkan 100 keping permata satria kepada petugas perpustakaan di sana. Petugas itu menyipitkan mata, menghitung kepingan permata yang diberikan oleh Lanting Beruga, dan berpikir darimana pemuda itu mendapatkan banyak permata dalam waktu yang singkat. "Paman apa aku boleh masuk?" tanya Lanting Beruga. "Silahkan ..." ucap petugas itu dengan nada datar, tidak berharap banyak kepada pemuda itu, "Tapi waktumu hanya 10 menit saja, tidak lebih." Peraturan perpustakaan menerapkan waktu 10 menit kepada murid junior, dalam waktu yang singkat itu mereka harus mencari teknik bela diri yang sesuai dan cocok dengan gaya mereka. Jika level murid sudah mencapai tingkat senior, mereka memiliki waktu 30 menit dan
Kabar mengenai Lanting Beruga yang memilih gulungan angkara jagat menyebar luas di wilayah Devisi Bayangan.Tidak ada yang terucap dari mulut mereka kecuali makian dan ejekan, tapi hal itu tidak dipedulikan oleh Lanting Beruga, karena dia lebih mengenal teknik angkara jagat dari siapapun juga di tempat ini.Teknik terkuat yang ada di Sursena.Beberapa hari lamanya, Lanting Beruga tidak meninggalkan kamar kecuali untuk buang air, tugas hariannya dikerjakan oleh Camar Laut dan teman-teman yang lain."Saudara Elang Api mungkin larut dalam pemahaman yang dalam," gumam Cara Laut di sela-sela pekerjaannya."Menurutmu, apakah dia bisa menguasai teknik tersebut?" seorang teman bertanya dengan nada rendah, terdengar tidak percaya kepada Lanting Beruga."Bodoh, berapa banyak rahasia yang sudah kita ketahui mengenai dirinya?" bentak Camar Laut, "Kita baru melihat satu rahasia yaitu tulang level berlian, dan kita semua terkejut."Camar Laut perca
Beberapa hari telah berlalu, Lanting Beruga mulai mempelajari setahap demi setahap teknik angkara jagat yang dia mulai dari puncak teknik awan berarak.Perlahan tapi pasti, Lanting Beruga telah merubah hampir 30% gerakan asli dalam teknik Awan Berarak.Lanting juga mulai menanamkan keinginan pedang dalam setiap gerakan, mencoba menggabungkan kekuatan roh api ke dalam tekniknya saat ini.Setelah 10 hari berlatih, mode baru dari kekuatan roh api terbentuk, meski masih sangat kasar tapi paling tidak mode ke empat ini bisa menjadi alternatif untuk menggantikan aura alam."Aku menamakannya Mode Dewa Api," gumam Lanting Beruga.Dalam mode ini, Lanting Beruga mendapatkan akses untuk menggunakan mode pertama dan ke dua dalam waktu bersamaan, artinya dia mendapatkan kecepatan dan juga kehebatan pedang.Dasarnya mode pertama adalah energi yang mengalir kedalam tubuh, ini membuat dia menjadi lebih cepat berkali-kali lipat dari sebelumnya.
Lanting Beruga akhirnya bisa menarik perhatian Ketua Devisi Pendekar Pemabuk Dari Barat. Mendengar jika pemuda itu berlatih teknik angkara jagat, hari itu juga Ketua Devisi Bayangan secara langsung mendatangi Bangsal tim 40."Kenapa Ketua Devisi ke tempat kumuh ini?" seorang tetua bertanya kepada tetua yang lain."Apa lagi, dia pasti ingin melihat pemuda gila itu ..." yang mereka maksud adalah Lanting Beruga.Dua orang tetua berjalan di belakang Ketua Devisi, saling berbicara mengenai hal apa yang akan dilakukan oleh Ketua Devisi Bayangan kepada Lanting Beruga.Satunya beranggapan jika Lanting mungkin akan dibanting oleh Ketua Devisi, satu lagi mengatakan jika kemungkinan besar pemuda bodoh itu akan diusir dari Devisi Bayangan."Dimana bocah bodoh itu?" tanya Ketua Devisi ketika bertemu dengan Camar Laut."Di ...dia, ada di sana, Ketua ..." Camar Laut tidak pernah bertatap muka dengan Ketua Devisi sebelumnya kecuali hanya dari jauh, ja
Dewa Pedang? Ketua Devisi menyipitkan matanya, dia menarik pedang yang ada di pinggang dan meletakan tepat di batang leher Lanting Beruga.Pada saat yang sama, Lanting Beruga merasakan getaran keinginan membunuh yang terpancar dari tubuh pria itu. Benar-benar begitu pekat.Beberapa tetua yang berada di dekat Ketua Devisi segera menjauh, yang lain menelan ludah karena takut.Dari semua Ketua Devisi yang ada di dalam Serikat Satria, Pemabuk Dari Barat memiliki prestasi pembunuhan paling banyak dan paling keji."Bocah, katakan sekali lagi!"Lanting Beruga mencucurkan keringat dingin, dia tidak tahu mengenai aura alam yang terpancar dari tubuh Ketua Devisi ini, tapi sungguh dia merasakan keinginan membunuh orang mabuk ini.Benar yang dikatakan oleh orang lain, Ketua Devisi Bayangan tidak bisa ditebak.Namun, intimidasi itu tidak langsung melunturkan tekad dan jiwa Lanting Beruga.Seraya mencengkram pedangnya, Lanting Beruga b
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m