Pow pow.
Serangan itu menderu lebih kuat dari sebelumnya, sementara Lanting Beruga tidak memiliki teknik pertahanan sama sekali kecuali hanya tulangnya yang bagus.
Satu-satunya cara untuk menahan serangan itu adalah menghancurkannya, tapi itu artinya Lanting Beruga melanggar kesepakatan.
Dia tidak suka melanggar janji.
"Tunggu apa kau serius?" Roh Api berteriak di kepala Lanting Beruga.
"Apa boleh buat," ucap Lanting Beruga, "Laki-laki yang dipegang adalah janjinya, aku harus bertahan."
Roh api menampar jidatnya dengan kuat, benar-benar bodoh pikirnya. Mana ada manusia teguh memegang janjinya, Roh Api telah mempelajari sifat manusia sejak lama dan kebanyakan dari mereka adalah pendusta.
Tapi, tidak berlaku dengan Lanting Beruga. Dia berbeda, dan dia memang tidak sama dengan orang lain.
Dengan mengeraskan rahangnya, Lanting Beruga menyilangkan dua tangan di depan, pada saat yang sama paruh burung bangau mendarat ditangan Lanting
Esok harinya, tubuh Lanting Beruga telah pulih, hanya meninggalkan bekas luka di bagian dadanya. Setelah membersihkan diri, pemuda itu pergi ke Istana Devisi Penerimaan. "Aku ingin masuk ke perpustakaan," ucap Lanting Beruga, menyerahkan 100 keping permata satria kepada petugas perpustakaan di sana. Petugas itu menyipitkan mata, menghitung kepingan permata yang diberikan oleh Lanting Beruga, dan berpikir darimana pemuda itu mendapatkan banyak permata dalam waktu yang singkat. "Paman apa aku boleh masuk?" tanya Lanting Beruga. "Silahkan ..." ucap petugas itu dengan nada datar, tidak berharap banyak kepada pemuda itu, "Tapi waktumu hanya 10 menit saja, tidak lebih." Peraturan perpustakaan menerapkan waktu 10 menit kepada murid junior, dalam waktu yang singkat itu mereka harus mencari teknik bela diri yang sesuai dan cocok dengan gaya mereka. Jika level murid sudah mencapai tingkat senior, mereka memiliki waktu 30 menit dan
Kabar mengenai Lanting Beruga yang memilih gulungan angkara jagat menyebar luas di wilayah Devisi Bayangan.Tidak ada yang terucap dari mulut mereka kecuali makian dan ejekan, tapi hal itu tidak dipedulikan oleh Lanting Beruga, karena dia lebih mengenal teknik angkara jagat dari siapapun juga di tempat ini.Teknik terkuat yang ada di Sursena.Beberapa hari lamanya, Lanting Beruga tidak meninggalkan kamar kecuali untuk buang air, tugas hariannya dikerjakan oleh Camar Laut dan teman-teman yang lain."Saudara Elang Api mungkin larut dalam pemahaman yang dalam," gumam Cara Laut di sela-sela pekerjaannya."Menurutmu, apakah dia bisa menguasai teknik tersebut?" seorang teman bertanya dengan nada rendah, terdengar tidak percaya kepada Lanting Beruga."Bodoh, berapa banyak rahasia yang sudah kita ketahui mengenai dirinya?" bentak Camar Laut, "Kita baru melihat satu rahasia yaitu tulang level berlian, dan kita semua terkejut."Camar Laut perca
Beberapa hari telah berlalu, Lanting Beruga mulai mempelajari setahap demi setahap teknik angkara jagat yang dia mulai dari puncak teknik awan berarak.Perlahan tapi pasti, Lanting Beruga telah merubah hampir 30% gerakan asli dalam teknik Awan Berarak.Lanting juga mulai menanamkan keinginan pedang dalam setiap gerakan, mencoba menggabungkan kekuatan roh api ke dalam tekniknya saat ini.Setelah 10 hari berlatih, mode baru dari kekuatan roh api terbentuk, meski masih sangat kasar tapi paling tidak mode ke empat ini bisa menjadi alternatif untuk menggantikan aura alam."Aku menamakannya Mode Dewa Api," gumam Lanting Beruga.Dalam mode ini, Lanting Beruga mendapatkan akses untuk menggunakan mode pertama dan ke dua dalam waktu bersamaan, artinya dia mendapatkan kecepatan dan juga kehebatan pedang.Dasarnya mode pertama adalah energi yang mengalir kedalam tubuh, ini membuat dia menjadi lebih cepat berkali-kali lipat dari sebelumnya.
Lanting Beruga akhirnya bisa menarik perhatian Ketua Devisi Pendekar Pemabuk Dari Barat. Mendengar jika pemuda itu berlatih teknik angkara jagat, hari itu juga Ketua Devisi Bayangan secara langsung mendatangi Bangsal tim 40."Kenapa Ketua Devisi ke tempat kumuh ini?" seorang tetua bertanya kepada tetua yang lain."Apa lagi, dia pasti ingin melihat pemuda gila itu ..." yang mereka maksud adalah Lanting Beruga.Dua orang tetua berjalan di belakang Ketua Devisi, saling berbicara mengenai hal apa yang akan dilakukan oleh Ketua Devisi Bayangan kepada Lanting Beruga.Satunya beranggapan jika Lanting mungkin akan dibanting oleh Ketua Devisi, satu lagi mengatakan jika kemungkinan besar pemuda bodoh itu akan diusir dari Devisi Bayangan."Dimana bocah bodoh itu?" tanya Ketua Devisi ketika bertemu dengan Camar Laut."Di ...dia, ada di sana, Ketua ..." Camar Laut tidak pernah bertatap muka dengan Ketua Devisi sebelumnya kecuali hanya dari jauh, ja
Dewa Pedang? Ketua Devisi menyipitkan matanya, dia menarik pedang yang ada di pinggang dan meletakan tepat di batang leher Lanting Beruga.Pada saat yang sama, Lanting Beruga merasakan getaran keinginan membunuh yang terpancar dari tubuh pria itu. Benar-benar begitu pekat.Beberapa tetua yang berada di dekat Ketua Devisi segera menjauh, yang lain menelan ludah karena takut.Dari semua Ketua Devisi yang ada di dalam Serikat Satria, Pemabuk Dari Barat memiliki prestasi pembunuhan paling banyak dan paling keji."Bocah, katakan sekali lagi!"Lanting Beruga mencucurkan keringat dingin, dia tidak tahu mengenai aura alam yang terpancar dari tubuh Ketua Devisi ini, tapi sungguh dia merasakan keinginan membunuh orang mabuk ini.Benar yang dikatakan oleh orang lain, Ketua Devisi Bayangan tidak bisa ditebak.Namun, intimidasi itu tidak langsung melunturkan tekad dan jiwa Lanting Beruga.Seraya mencengkram pedangnya, Lanting Beruga b
Di dalam ruangannya, Lanting Beruga menemui Ketua Devisi, tapi tidak seperti ruangan-ruangan pribadi Ketua Devisi yang lain, ruangan ini cukup sederhana meskipun memang luas.Tidak ada benda-benda istimewa di dalam ruangan ini, hanya ada beberapa tong tuak yang diletakan bersusun di sudut lantai.Kursi sang ketua juga tidak terlalu mewah, terkesan sangat sederhana padahal jika dia mau dia bisa membeli apapun dengan gajinya sebagai Ketua Devisi.Satu-satunya yang berharga bagi orang itu hanya pedang yang ada di pinggangnya."Tuak!" ucap Ketua Devisi."Tidak," jawab Lanting Beruga, "air putih saja."Pria itu tertawa mendengar ucapan Lanting Beruga, biasanya pemuda yang telah beranjak dewasa mulai penasaran dengan tuak dan wanita. Namun dua hal itu tidak terlalu menarik bagi Lanting Beruga.Ketua Devisi meletakan pedang di atas meja. "Aku hanya memiliki satu benda berharga, yaitu pedang ini."Pedang itu mungkin bukan sebuah pusaka
Tanda-tanda yang ada di dalam gulungan kecil itu benar-benar ada di dalam diri Lanting Beruga.Seorang yang tidak memiliki tenaga dalam akan lahir, pada saat itu tubuhnya akan dijadikan wadah dari sebuah roh pusaka.Ketika dia bergerak, bayangan merah akan muncul di belakangnya.Orang itu, memiliki dua mata yang berbeda, dan akan memilih jalan paling sulit dari semua jalan yang orang lain pilih.Dari tanda-tanda ini, Ketua Devisi sangat yakin Lanting Beruga adalah wadah dari pusaka tersebut, hanya saja dia tidak menduga jika Lanting Beruga bisa mengendalikan kekuatan roh itu.Pada akhirnya Lanting Beruga berlatih di dalam Istana Bayangan dengan pasilitas latihan paling baik di tempat ini.Tidak ada satu orangpun yang mau mengusik pemuda tersebut, tidak ada, bahkan para tetua terbaik sekalipun."Angkara Jagat, Dewa Api." Lanting Beruga berteriak, ketika mengayunkan pedangnya.Meski mungkin hanya sebuah istana saja, tapi di
Beberapa tetua mencoba mendobrak pintu ruang latihan, tapi tidak berhasil menghancurkannya."Bocah kurang ajar, buka pintunya cepat!""Elang Api, keluar kau!" teriak Bangau Liar. "Kami akan membunuhmu hari ini!""Orang Gila seperti dirimu tidak layak hidup, kau harus mati karena telah menghina para tetua."Berkali-kali pintu ruangan itu dihantam oleh pukulan-pukulan yang mengandung kekuatan dahysat, tapi tetap tidak berhasil menghancurkannya.Ketua Devisi telah melindungi pintu ruangan itu dengan kekuatannya, sehingga tidak ada satupun tetua di sini yang bisa menghancurkan tempat itu."Bagaimana caramu memberinya makan?" tanya Bangau Liar, menarik lagi kerah baju Camar Laut, tapi sayang pemuda itu sudah menghembuskan nafasnya.Camar Laut sudah meninggal tepat setelah dia benar-benar menutup matanya."Tidak berguna ..." Bangau Liar membanting tubuh Camar Laut sekali lagi, menginjak kepalanya hingga separuh tulang kepalanya retak