Sementara itu, situasi di seluruh Aliran Darah Besi mulai tidak stabil semenjak Lanting Beruga membuat onar di Kota Pertengahan.
Apalagi mulai muncul rumor yang menyatakan jika sosok Lanting Beruga, sengaja melakukan kekacauan itu hanya untuk menjatuhkan Aliran Darah Besi.
Beberapa petinggi Aliran Markas Pusat mendesak agar Ketua Agung mencari keberadaan Lanting Beruga, untuk dimintai pertanggung jawabannya.
Desakan ini didasari oleh surat peringatan dari Serikat Naga, yang berisi perintah penyerahan pemuda tersebut.
Jika dalam 3 bulan setelah surat peringatan itu dikirimkan dan tidak ada tanggapan dari Aliran Darah Besi, amak Serikat Naga akan menghancurkan Aliran Darah Besi dimana pun mereka berada.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya para petinggi aliran darah besi. "Kita selalu melakukan rapat seperti ini, membahas mengenai pemuda itu, tapi akan tetap percuma jika dirinya tidak berada di sini."
"Kita ini membicarakan orang y
Mendengar ucapan tersebut, semua orang mendadak tercengang. Ada yang menggaruk kupingnya, hanya untuk memastikan pendengaran mereka tidak bermasalah. Pemuda itu masih dibahas hari ini dan menimbulkan perselisihan di antara banyak para petinggi Aliran Darah Besi, lalu kini datang informasi mengejutkan mengenai pemuda itu pula. "Jangan berbohong!" Bentak Ketua Aliran Utara. "Kau bisa dihukum gantung, karena membawa informasi palsu!" "Kami telah disumpah untuk berkata yang sebenarnya," ucap mata-mata tersebut, "Ketua Aliran Barat memimpin pasukan Utara untuk menyerang prajurit dan pendekar Kekaisaran Tang, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Pertarungan itu hanya terjadi beberapa jam saja, sebelum semua kekuatan Kekaisaran Tang hancur luluh lantah oleh Ketua Aliran Barat." Semakin di pahami semakin otak mereka sulit mencerna informasi yang dijelaskan oleh mata-mata tersebut. Tentu ada banyak pertanyaan yang menyelimuti pikiran mereka
Lanting Beruga belum memutuskan akan kembali ke markas utama untuk beberapa hari ke depan, ini sebelum kondisi wilayah utara menjadi cukup baik. Paling tidak, para penjaga wilayah barat telah mampu mengusir prajurit dan pendekar dari Kekaisaran Tang.Pemuda itu juga telah mengirim dua orang utusan untuk menyampaikan pesan kepada Ketua Agung, mengenai keadaanya di wilayah utara.Jika dalam beberapa hari ke depan, tidak ada serangan dari Kekaisaran Tang, maka dia akan kembali ke Markas Utama dan bertanggung jawab atas kekacauan yang telah dibuatnya.Bagaimanapun, saat ini hal terpenting bagi Lanting Beruga adalah melindungi batas wilayah Aliran Darah Besi.Hari ini dia berdiri di atas menara pengintai yang dibuat ala kadarnya dengan susunan bambu dan kayu.Mata asuranya menatap ke depan, mencoba memastikan musuh tidak akan menyerang dalam beberapa hari ke depan. Ini bisa membuatnya sedikit bersantai dan melanjutkan latihan.Perbuatan Mata Asur
Tidak ada sahutan dari mata itu, hanya diam membisu dengan sesekali denyutan pelan dari mata asura. Denyutan itu terlihat seperti lubang di atas kepala Lanting, mengecil dan membesar. Entah sudah berapa kali Lanting Beruga bertanya, tetap saja mata itu tidak memberikan jawaban, dan hal ini membuat dia mulai kesal. Pemuda itu menghempaskan punggungnya di tepi telaga, sambil menggerutu panjang pendek. Sial, dia telah berada di alam bawah sadar dengan cukup lama. Telah dua hari dia melakukan meditasi di alam sadar, dan membuat beberapa pendekar aliran utara mulai bertanya-tanya. "Ketua Aliran Barat masih melakukan latihan tertutup?" salah satu dari petinggi bertanya pada salah satu pelayan yang bertugas menyiapkan makanan untuk pemuda tersebut. Biasanya, setiap makanan yang dibawa setiap lepas sore, akan langsung habis dimakan oleh pemuda itu, tapi beberapa hari ini makanan itu tidak terjamah sedikitpun. "Apa makanan yang kau buat tidak e
Setelah 7 hari lamanya, melakukan meditasi tertutup, akhirnya Lanting Beruga membuka mata tanpa mendapat kepastian apapun dari mata asura miliknya. Sepertinya pemahamannya tidak cukup besar untuk menjalin hubungan dengan mata itu, seperti hubungannya terhadap Roh Api. "Sepertinya, harus mengalami sesuatu hal yang membuat mata asura kembali melakukan reaksi liar seperti kemarin," gumam Lanting Beruga. "Tampaknya hanya dengan cara itulah, aku bisa menjalin ikatan baik antara aku dan mataku sendiri." Setelah menyelesaikan kalimat itu, Lanting Beruga tertawa sendirian seperti orang gila. Bagaimana tidak, di dunia ini mungkin hanya dirinya seorang yang berusaha menjalin ikatan dengan mata yang jelas-jelas ada di kepalanya sendiri. Ada beberapa hal yang ada di tubuhnya, tapi bukan milikinya. Bukankah ini terdengar aneh? ah jalan menjadi dewa pedang rupanya sangat sulit, pikir Lanting Beruga. Dengan otak setengah cerdas dan kebanyak bodohnya, mana mungkin meniti amb
Lebih lanjut Lanting Beruga meminta izin untuk pergi ke negri Kekaisaran Tang, untuk menemui pimpinan mereka. Menurutnya, ini adalah langkah terbaik agar ke dua belah pihak menemukan titik terang. Apakah permusuhan ini akan terus berlanjut, sementara Serikat Naga adalah ancaman yang sebesarnya untuk dunia ini. Lebih lagi mengenai Jiwa Dewa Yang tersesat, yang masih menjadi misteri hingga hari ini. Ada banyak masalah yang harus diselesaikan, ditambah lagi 4 roh yang masih menjadi perdebatan di antara pendekar-pendekar papan atas. "Apa kau serius?" tanya Ketua Aliran Selatan. "Pergi sendirian menuju Kekaisaran Tang, sepertinya tindakan itu sangat berbahaya dan beresiko tinggi." "Secara langsung aku tidak akan menemui Pemimpin negri tersebut, aku ingin mempelajarinya dengan perlahan," jawab Lanting Beruga. Lanting Beruga juga teringat akan Pemimpin Serikat Satria yang pergi ke negri tersebut, untuk melakukan aliansi dengan Serikat Satria, tapi ta
Pria yang dipanggil Ling Cun, bukan pendekar hebat yang berada di level tanpa tanding puncak, dia hanya pendekar yang baru memijak level tanpa tanding. Menjadikan seni bela diri sebagai pertunjukan hanya bertujuan semata-mata untuk menghibur para penonton dan meminta upah seperak dua perak dari mereka. Tidak memberi, Ling Cun juga tidak marah. Putranya Tang Cun masih berusia 9 tahun, diberi bekal seni bela diri pedang lentur, tanpa tenaga dalam yang mumpuni. Namun atraksi yang ditunjukan Tang Cun cukup hebat, dapat membuat beberapa orang dewasa takjub dengan gerakannya. Namun, di desa Bukit Bambu, beberapa kelompok tidak menyukai Ling Cun dan anaknya. Pertunjukan mereka membuat para pendekar itu merasa tersaingi, dan sebab itulah, mereka meminta upah bagi hasil dari setiap pertunjukan yang dilakukan oleh Ling Cun dan putranya di tempat ini. Kehadiran Pria dengan pedang besar yang mirip seperti kapak itu membuat semua penonton kabur karen
Sang Long tertawa terbahak-bahak, sambil mendekati Ling Cun dengan mengayunkan goloknya ke sembarang arah.Ketika dia hendak menanggalkan dua tangan Ling Cun, bocah kecil yang tadi masih meringis kesakitan, langsung menyambar pedangnya yang terlempar dan berhasil melukai wajah Sang Long.Serangan itu sangat cepat, Sang Long cukup hebat menghindari serangan itu, tapi tetap saja ujung mata pedang bocah itu masih berhasil mengiris tipis bawah dagunya.Luka itu membuat darah mengalir beberapa tetes, membuat Sang Long mulai kehilangan keramahannya. Senyum dan tawa yang selalu menghiasi bibir berkarat itu langsung lenyap, di iringi dengan tatapan tajam dengan keinginan membunuh yang sangat besar."Sepertinya, sebelum dua tangan ayahmu yang kuambil, kepalamulah yang harus dipenggal!""Sang Long hentikan!" teriak Ling Cun, "Dia masih anak-anak, jangan kau sakiti putraku! jika kau ingin membalaskan luka itu, bunuh saja aku, Sang Long!""Aku memang be
Mereka tinggal di ujung jalanan desa, cukup jauh dari pasar tadi, dengan rumah yang berdiri di atas batu cukup besar. Ling Cun memahat batu itu hingga berbentuk seperti anak tangga yang mempermudahkan Tang Cun untuk turun naik ke rumah mereka. Lanting Beruga tidak tahu kenapa mereka berdua mendirikan sebuah tempat di atas batu besar, tapi mungkin pula karena batu ini bukan milik siapapun, sementara harga tanah cukup mahal untuk dibeli. Rumah yang mereka miliki tidak besar, hanya ada satu bilik kamar, dan satu ruang keluarga yang menyatu langsung dengan dapur. "Dimana aku harus meletakkan Ayahmu?" tanya Lanting Beruga, butuh cukup lama agar Tang Cun memahami apa yang baru saja dikatakan oleh Lanting Beruga. "Oh, di sini! baiklah!" Lanting Beruga meletakkan Ling Cun di atas pembaringan yang terbuat dari susunan bambu. Sebuah bantal dari kapas telah menyambut kepala pria tersebut. Pada saat yang sama, Tang Cun bergegas mengambil air dari