Beranda / Pendekar / LANTING BRUGA / Kembalilah, Atau Aku Melawanmu

Share

Kembalilah, Atau Aku Melawanmu

Penulis: Pancur Lidi
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-17 22:28:56

Setelah berhasil menghabisi beberapa puluh siluman yang mengelilingi reruntuhan piramida, Lanting Beruga menatap ke arah tumpukan mayat dimana para kurcaci sedang bersembunyi.

Pemuda itu kemudian pergi sedikit lebih menjauh, hanya untuk memastikan apakah siluman yang sangat banyak ini mengetahui tempat persembunyian mahluk tersebut.

"Sepertinya mereka baik-baik saja," ucap Lanting Beruga, lalu menyambar beberapa mustika yang lain, sebelum kemudian masuk lagi ke dalam goa buatan.

Beberapa waktu kemudian, kilatan cahaya terang di lautan beracun menyala-nyala, dan sepertinya ini adalah tanda berakhirnya pertempuran yang melibatkan dua siluman tersebut.

Lanting Beruga baru saja hendak memulai menyerap mustika ini, tapi niat itu segera diurungkannya. Pemuda itu langsung keluar dari dalam goa, untuk melihat para siluman kepiting, berbaris rapi dan mulai memasuki lautan beracun tersebut.

Hal yang sama dilakukan oleh para siluman kalajengking, mereka berja

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Abd Aziz M
tks thor sampai subuh bacanya...
goodnovel comment avatar
RZiezie Jie
tq thorrrrrrrrrrrrrrrrrr
goodnovel comment avatar
REZKEN
makasih thor atas update tannya ............
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • LANTING BRUGA   Mahluk Kerdil Mencari Tempat Baru

    Dua pendekar itu nyaris berteriak, tapi ketika Lanting Beruga menoleh ke belakang, raja Kurcaci melepaskan senjata di tangan kirinya, lalu bersujud tepat di hadapan pemuda tersebut.Dia terlihat sedang berbicara tapi ucapannya terdengar seperti gumaman,bahkan nyaris seperti ucapan seekor monyet. Entah apa yang dia bicarakan saat ini.Lanting Beruga memiringkan kepala ke samping, benar-benar tidak tahu apa yang diucapkan oleh raja tersebut, hingga dua pendekar menangkap maksud dan tujuan dari mahluk kerdil itu."Sepertinya dia mengucapkan 'terima kasih', benarkan?" ucap salah satu dari pendekar tersebut.Lanting Beruga tersenyum tipis, kemudian mengambil potongan kaki kepiting yang baru saja keluar dari tungku perapian, lalu melempar kaki kepiting tersebut ke arah sang raja kurcaci.Dua anak-anak kurcaci berlari mengambil makanan tersebut, terlihat mereka juga sedang kelaparan saat ini.Sang Raja Kurcaci masih menatap wajah Lanting Beruga den

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-18
  • LANTING BRUGA   Sang Tubuh Dewa

    "Pendekar muda, kau memberi kurcaci pakaian, sementara saat ini kau masih telancang!"salah satu pendekar itu memberanikan diri untuk menguangkapkan keanehan ini. "Pikirkan tentang kantong menyanmu!""Ahkkkk!" Lanting Beruga berteriak, lalu menutupi dua butiran bola yang ada di antara dua kakinya. "Kalian berdua! apa yang kalian pikirkan, aku masih perjaka sialan!""Tuan, pendekar, sebenarnya apa yang kau pikirkan?" salah satu dari pendekar itu malah balik bertanya. "Kami telah membuat pakaian untukmu, tidak terlalu bagus, tapi paling tidak dapat digunakan untuk menutupi bola-bola tersebut."Pakaian yang mereka ciptakan berbahan dasar cangkang kepiting keras, dengan dibentuk sedemikian rupa hingga sangat indah untuk di pandang mata. Salah satu dari dua pendekar itu ternyata pintar menciptakan sebuah pakaian, dan pakaian yang diberikan kepada Lanting Beruga, mirip seperti sebuah zirah perang.Mereka mengukir cangkang tersebut seperti sebuah sisik, dan menja

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-18
  • LANTING BRUGA   Dunia Utara

    Lanting Beruga kini telah berada di lorong yang akan membawa dirinya menuju Bumi Utara. Lorong tersebut tidak berbeda jauh dari lorong yang sebelumnya dia lewati sebelum masuk ke dalam Dunia Bawah, hanya saja, jarak yang dia tempuh tidak selama ketika berada di lorong sebelumnya.Suhu di dalam lorong ini memang terasa sangat dingin, tapi dengan kulit keras yang dimiliki oleh Lanting Beruga, memungkinkan dirinya dapat bertahan melewati lorong tersebut.Setelah lima hari berjalan, menahan lapar dan haus yang teramat sangat, Lanting Beruga akhirnya tiba dipengujung lorong tersebut.Namun, untuk mencapai dunia utara, Lanting Beruag harus menyelam sedikit lebih dalam, dan keluar pada lautan yang lain, yaitu lautan dunia utara.Jika dia tidak dapat melakukan penyelaman, maka ada cara lain yang bisa dilaukan oleh Lanting Beruga, yaitu menunggu kapal selam para nelayan.Namun, menunggu bukanlah solusi yang bagus, karena kemungkinan para nelayan tidak akan

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-18
  • LANTING BRUGA   Gagak Hitam

    Lanting Beruga tertawa terbahak-bahak saat melihat harimau loreng berukuran hanya sebesar kepalan tinjunya atau sedikit lebih besar dari kepalan tinju.Namun, tetap saja hal ini benar-benar aneh bagi Lanting Beruga. Anak harimau saja tidak sebesar kepalan tinju, lalu kenapa harimau dewasa ini tidak lebih besar dari seekor kucing rumahan."Apa ini adalah salah satu keanehan yang terjadi di dunia utara?" tanya Lanting Beruga, masih tertawa terbahak-bahak menyaksikan tingkah harimau itu.Dengan mengendap-endap, harimau tersebut lagi-lagi menyerang kaki Lanting Beruga, tapi kali ini pemuda itu langsung menangkapnya, "aku sedang lapar, tapi memakanmu tidak akan mengenyangkan perutku.""Gerrrrrr."Lanting Beruga masih tertawa lalu melempar harimau tersebut ke sisi lain. Namun baru pula dia hendak melangkahkan kaki, tiba-tiba tepat dihadapan Lanting Beruga terbang seekor capung yang kali ini berukuran cukup besar.Dia menatap Lanting Beruga,

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-18
  • LANTING BRUGA   Rumah Bawah Pohon

    Berjalan beberapa hari lamanya, setelah melewati banyak sekali mahluk aneh yang berada di luar logika Lanting Beruga, atau pula tumbuhan yang ganas, gemar memakan daging mahluk hidup, akhirnya Lanting Beruga tiba di sebuah kota besar.Kota ini berada di tengah-tengah perempatan air sungai yang tenang. Tunggu, artinya, Kota ini berada di tengah muara, atau pula mungkin Kota ini merupakan titik mata air dari empat sungai yang mengalir hingga ke muara tersebut.Yang jelas Kota ini sangat megah lagi makmur, bangunan bertingkat menjulang tinggi, dan tepat di tengah kota tersebut, ada sebuah dataran tinggi, dimana sebuah Istana berdiri."Nak muda." Tiba-tiba Lanting Beruga dikejutkan oleh suara ringkih dari arah samping, ketika pemuda itu menoleh, rupanya orang tua renta, berjalan membungkuk ke arah Lanting Beruga.Dia menggunakan kayu kering untuk menopang tubuhnya agar tidak terhuyung, meskipun sesekali tampaknya pria tua itu akan jatuh karena men

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-20
  • LANTING BRUGA   Kota Air Akelois

    Malam semakin larut dan obrolan yang sulit dicerna ini pada akhirnya sedikit lebih hangat. Lanting Beruga terlihat sedikit konyol di pandangan dua tuan rumah ini, dimana semua orang di Benua Hantam cendrung serius dalam berbicara atau melakukan tindakan."Pak Tua, kau belum menjawab pertanyaanku?" tanya Lanting Beruga, "Apakah putramu sedang sakit? aku memiliki beberapa ramuan yang mungkin berguna bagi dirinya."Pak tua tersebut menggelengkan kepala dengan pelan, raut wajahnya kembali diliputi kesedihan yang mendalam, dan tampaknya dia tidak berniat untuk memberi tahu penyakit pria yang duduk di sampingnya.Ya, pria itu hanya diam dari tadi, bahkan porsi makannya tidak terlalu banyak, hanya mengambil daging beberapa potong saja, lalu kemudian menutup mata dan tertidur di atas kursi.Namun rupanya, dia tidak benar-benar tertidur, pria itu mendengar semua percakapan antara Lanting Beruga dan Pak tua lemah.Karena hal itu, dia kembali membuka mata dan

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-20
  • LANTING BRUGA   Sungai Yang Terkontaminasi Limbah

    Arkatama membuka lilitan perban yang menutupi setengah bagian tubuhnya, memperlihatkan tubuhnya sekarang telah menjadi batu.Dia tidak bisa menggerakkan bagian tubuh tersebut, bahkan pria itu selalu merasa kesakitan setiap waktu. Jikalah tubuh itu tidak dililit perban, Arkatama khawatir bagian tubuh itu akan hancur.Tidak berhenti di sana, Arkatama tidak bisa tidur meskipun satu detik saja. Sepertinya pemilik teknik tersebut berniat membuat korbannya tersiksa hingga ajal menjemput mereka.Melihat hal tersebut, Lanting Beruga mendadak terdiam. Mata kirinya berdenyut kuat di balik penutup mata, mencoba menganalisa batu tersebut, dan dia menemukan sesuatu."Aku merasakan energi kuat pada batu-batu tersebut, yang tersambung ke arah Kota ...." Menurut dugaan Lanting Beruga, aura alam dari pemilik teknik ini masih tersambung ke tubuh Arkatama, karena hal itu batu-batu ini tetap bertahan.Jadi untuk menyelamatkan Arkatama, maka satu-satunya cara ada

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-20
  • LANTING BRUGA   Racun Dan Ikan

    Ketika hari ini Lanting Beruga berniat melakukan perburuan lagi, tiba-tiba terdengar teriakan salah satu rumah bawah akar pohon. Teriakan itu cukup keras, hingga semua orang yang ada di kampung bawah akar pohon berdatangan ke rumah tersebut, termasuk pula Lanting Beruga."Anakku ....anakku ...." terdengar suara teriakan histeris di dalam rumah tersebut.Seorang wanita tua kurus kini sedang memeluk bocah kecil berusia 8 atau mungkin 7 tahunan. Dari dalam mulut bocah malang itu, keluar busa berwarna putih. Jelas dia baru saja keracunan."Apa yang terjadi?" salah satu warga bertanya sambil membawa beberapa perlengkapan obat-obatan ala kadarnya.Ibu bocah itu masih menangis, sambil menceritakan kejadian yang baru saja dialami oleh putra kecilnya.Beberapa waktu yang lalu, dia pergi ke sungai, dan menemukan seekor ikan menggelepar. Karena perasaan lapar yang teramat sangat, bocah kecil itu langsung memanggang ikan tersebut, dan memakan setengah bagian,

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-20

Bab terbaru

  • LANTING BRUGA   TAMAT

    Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N

  • LANTING BRUGA   Keinginan

    Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig

  • LANTING BRUGA   Maaf

    Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg

  • LANTING BRUGA   Terserah

    Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan

  • LANTING BRUGA   Matilah

    Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya

  • LANTING BRUGA   Satu Serangan

    Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.

  • LANTING BRUGA   Terlambat

    Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik

  • LANTING BRUGA   Ingin Menjadi Mahasepuh

    Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.

  • LANTING BRUGA   Apakah Terluka

    Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status