Berjalan beberapa hari lamanya, setelah melewati banyak sekali mahluk aneh yang berada di luar logika Lanting Beruga, atau pula tumbuhan yang ganas, gemar memakan daging mahluk hidup, akhirnya Lanting Beruga tiba di sebuah kota besar.
Kota ini berada di tengah-tengah perempatan air sungai yang tenang. Tunggu, artinya, Kota ini berada di tengah muara, atau pula mungkin Kota ini merupakan titik mata air dari empat sungai yang mengalir hingga ke muara tersebut.
Yang jelas Kota ini sangat megah lagi makmur, bangunan bertingkat menjulang tinggi, dan tepat di tengah kota tersebut, ada sebuah dataran tinggi, dimana sebuah Istana berdiri.
"Nak muda." Tiba-tiba Lanting Beruga dikejutkan oleh suara ringkih dari arah samping, ketika pemuda itu menoleh, rupanya orang tua renta, berjalan membungkuk ke arah Lanting Beruga.
Dia menggunakan kayu kering untuk menopang tubuhnya agar tidak terhuyung, meskipun sesekali tampaknya pria tua itu akan jatuh karena men
Malam semakin larut dan obrolan yang sulit dicerna ini pada akhirnya sedikit lebih hangat. Lanting Beruga terlihat sedikit konyol di pandangan dua tuan rumah ini, dimana semua orang di Benua Hantam cendrung serius dalam berbicara atau melakukan tindakan."Pak Tua, kau belum menjawab pertanyaanku?" tanya Lanting Beruga, "Apakah putramu sedang sakit? aku memiliki beberapa ramuan yang mungkin berguna bagi dirinya."Pak tua tersebut menggelengkan kepala dengan pelan, raut wajahnya kembali diliputi kesedihan yang mendalam, dan tampaknya dia tidak berniat untuk memberi tahu penyakit pria yang duduk di sampingnya.Ya, pria itu hanya diam dari tadi, bahkan porsi makannya tidak terlalu banyak, hanya mengambil daging beberapa potong saja, lalu kemudian menutup mata dan tertidur di atas kursi.Namun rupanya, dia tidak benar-benar tertidur, pria itu mendengar semua percakapan antara Lanting Beruga dan Pak tua lemah.Karena hal itu, dia kembali membuka mata dan
Arkatama membuka lilitan perban yang menutupi setengah bagian tubuhnya, memperlihatkan tubuhnya sekarang telah menjadi batu.Dia tidak bisa menggerakkan bagian tubuh tersebut, bahkan pria itu selalu merasa kesakitan setiap waktu. Jikalah tubuh itu tidak dililit perban, Arkatama khawatir bagian tubuh itu akan hancur.Tidak berhenti di sana, Arkatama tidak bisa tidur meskipun satu detik saja. Sepertinya pemilik teknik tersebut berniat membuat korbannya tersiksa hingga ajal menjemput mereka.Melihat hal tersebut, Lanting Beruga mendadak terdiam. Mata kirinya berdenyut kuat di balik penutup mata, mencoba menganalisa batu tersebut, dan dia menemukan sesuatu."Aku merasakan energi kuat pada batu-batu tersebut, yang tersambung ke arah Kota ...." Menurut dugaan Lanting Beruga, aura alam dari pemilik teknik ini masih tersambung ke tubuh Arkatama, karena hal itu batu-batu ini tetap bertahan.Jadi untuk menyelamatkan Arkatama, maka satu-satunya cara ada
Ketika hari ini Lanting Beruga berniat melakukan perburuan lagi, tiba-tiba terdengar teriakan salah satu rumah bawah akar pohon. Teriakan itu cukup keras, hingga semua orang yang ada di kampung bawah akar pohon berdatangan ke rumah tersebut, termasuk pula Lanting Beruga."Anakku ....anakku ...." terdengar suara teriakan histeris di dalam rumah tersebut.Seorang wanita tua kurus kini sedang memeluk bocah kecil berusia 8 atau mungkin 7 tahunan. Dari dalam mulut bocah malang itu, keluar busa berwarna putih. Jelas dia baru saja keracunan."Apa yang terjadi?" salah satu warga bertanya sambil membawa beberapa perlengkapan obat-obatan ala kadarnya.Ibu bocah itu masih menangis, sambil menceritakan kejadian yang baru saja dialami oleh putra kecilnya.Beberapa waktu yang lalu, dia pergi ke sungai, dan menemukan seekor ikan menggelepar. Karena perasaan lapar yang teramat sangat, bocah kecil itu langsung memanggang ikan tersebut, dan memakan setengah bagian,
Semenjak berhasil mengobati bocah itu, Lanting Beruga di tempat ini dipanggil sebagai Dokter. Ah, pemuda itu tidak tahu apapun mengenai dunia medis atau apapun sebutan yang mengarah ke sana, yang dia tahu hanyalah beberapa sumber daya pelatihan dapat menyembuhkan penyakit seorang manusia.Ketika beberapa hari berada di sini, tiba-tiba desa ini kedatangan seorang pendekar yang berada pada level bumi tinggi. Dia menanyakan keberadaan Arkatama yang sedang di rawat di salah satu rumah bawah pohon.Pak tua, tampaknya mengenali pendekar tersebut. Tidak hanya sekali dia datang ke sini, tapi seingat pak tua sudah tiga kali pendekar itu datang menjenguk Arkatama."Bagaimana kondisimu?" tanya pria tersebut, setelah berada di dalam rumah bawah pohon."Kau bisa melihatnya bukan?" Arkatama balik bertanya, "Aku sudah seperti orang yang akan mati."Pria itu lantas menanyakan siapa gerangan pemuda yang asing yang berada di rumah ini, dan kenapa dia ada di sini.
Ada banyak alasan kenapa Lanting Beruga menyetujui bergabung bersama dengan orang-orang gila ini. Pertama, dia tidak bisa meniggalkan sebuah tempat, ketika ada kekacauan dalam tempat tersebut.Dewa Pedang bukanlah semata-mata orang yang kuat, yang hebat dalam memainkan pedang, lalu membunuh lawan-lawannya, bukan seperti itu. Menurut Lanting Beruga, Dewa Pedang adalah orang yang dapat melindungi orang lain dengan pedangnya.Yang ke dua, untuk menjadi dewa pedang tersebut, Lanting Beruga sepertinya harus mengalahkan orang-orang yang berusaha menghadang langkah kakinya, dan ini juga termasuk Sekte Abu-Abu.Jadi setelah mencapai dunia utara, Lanting Beruga kini memiliki sebuah tujuan pasti, yaitu menghancurkan Sekte Abu-Abu, terutama yang menyimpang dari jalan kebenaran.Dan Lanting Beruga sangat yakin, jika Sekte Abu-Abu, memegang salah satu prasasti atau petunjuk yang mengarah pada salah satu pusaka hebat. Dia ingin merebut petunjuk tersebut.Ya, Lan
Beberapa orang kini datang ke wilayah tersebut, di sebuah rumah yang tersembunyi di bawah akar kayu yang rindang. Pintu rahasia rumah itu sulit untuk di temukan, dengan beberapa pola aneh yang tampaknya begitu rumit.Rumah itu bukan rumah seperti yang pernah dilihat oleh Lanting Beruga, karena jelas ukuran rumah tersebut begitu besar.Jendela rumah tersebut adalah air terjun yang mengalir ke sungai tercemar dengan hiasan lumut dan tanaman sulur."Jadi di sini kalian berdiam diri," salah satu dari orang yang baru saja datang itu memperhatikan setiap sisi rumah bawah pohon tersebut. Menurutnya, tempat persembunyian ini benar-benar sangat menarik.Dia masuk melewati akar yang ada di permukaan pohon, dimana pada akar tersebut ada sebuah pintu batu yang jelas tidak terlihat seperti pintu, dan hanya terlihat seperti sebuah batu.Di dekat pintu itu, ada batu lain pula
"Hoi ....Neon ...!" terdengar seorang pria jangkung sedang berteriak ke sana kemari,mencari Pimpinan Keluarga Gagak Hitam. "Neon ...? dimana dirimu?"Pria jangkung itu memiliki postur tubuh yang sedikit aneh, dia memiliki kaki yang panjang, tapi hanya sebelah, jadi dia berjalan pincang. Untuk mengantisipasi kakinya itu, pria tersebut membuat sebuah sepatu dengan alas yang tinggi, untuk mengurangi langkah pincangnya.Pria jangkung aneh itu merupakan salah satu Eksekutif Keluarga Gagak Hitam, dia dijuluki sebagai Pendekar Kaki Beton. Sesuai dengan julukannya, tampaknya pria itu menguasai seni bela diri dengan teknik tendangan kaki.Konon, meskipun kakinya terlihat tidak seimbang, Pendekar Kaki Beton dapat merubuhkan sebuah gedung bertingkat tinggi dengan sekali tendangan saja.Si Kaki Beton sedang mencari keberadaan Neon sejak beberapa jam tadi, tampaknya ada hal penting yang ingin dia sampaikan kepada Pimpinan Keluarga Gagak Hitam tersebut, tapi sayang Neo
Neon memerintahkan semua orang untuk bekerja lebih giat lagi, dan tidak boleh istirahat meski hanya satu menit saja. Jam kerja biasanya mencapai 20 jam, hanya 4 jam untuk istirahat, tapi kali ini Neon ingin semuanya selesai sebelum utusan Sekte Abu-Abu datang ke tempat ini.Lecutan cambuk para algojo menjadi pemacu semangat para pekerja di pabrik tersebut. Sesekali akan terdengar suara teriakan yang menyayat telinga, kemudian suara rintihan yang begitu pilu.Sementara itu, para anak-anak usia belasan tahun bekerja di ruangan lain. Mereka bertugas merapikan semua sumber daya pelatihan, meletakan di alam kotak besar lalu di angkut ke dalam gudang. Tangan-tangan kecil anak ini tampaknya dipenuhi dengan luka, beberapa dari mereka mungkin telah mengalami patah di beberapa jari tangan, tapi para petugas ini tidak peduli dengan hal itu.Bruk. Satu anak jatuh ke lantai, setelah bekerja keras tanpa henti.Algojo datang mendekati anak itu, memberinya sedikit