"Hoi ....Neon ...!" terdengar seorang pria jangkung sedang berteriak ke sana kemari,mencari Pimpinan Keluarga Gagak Hitam. "Neon ...? dimana dirimu?"
Pria jangkung itu memiliki postur tubuh yang sedikit aneh, dia memiliki kaki yang panjang, tapi hanya sebelah, jadi dia berjalan pincang. Untuk mengantisipasi kakinya itu, pria tersebut membuat sebuah sepatu dengan alas yang tinggi, untuk mengurangi langkah pincangnya.
Pria jangkung aneh itu merupakan salah satu Eksekutif Keluarga Gagak Hitam, dia dijuluki sebagai Pendekar Kaki Beton. Sesuai dengan julukannya, tampaknya pria itu menguasai seni bela diri dengan teknik tendangan kaki.
Konon, meskipun kakinya terlihat tidak seimbang, Pendekar Kaki Beton dapat merubuhkan sebuah gedung bertingkat tinggi dengan sekali tendangan saja.
Si Kaki Beton sedang mencari keberadaan Neon sejak beberapa jam tadi, tampaknya ada hal penting yang ingin dia sampaikan kepada Pimpinan Keluarga Gagak Hitam tersebut, tapi sayang Neo
Neon memerintahkan semua orang untuk bekerja lebih giat lagi, dan tidak boleh istirahat meski hanya satu menit saja. Jam kerja biasanya mencapai 20 jam, hanya 4 jam untuk istirahat, tapi kali ini Neon ingin semuanya selesai sebelum utusan Sekte Abu-Abu datang ke tempat ini.Lecutan cambuk para algojo menjadi pemacu semangat para pekerja di pabrik tersebut. Sesekali akan terdengar suara teriakan yang menyayat telinga, kemudian suara rintihan yang begitu pilu.Sementara itu, para anak-anak usia belasan tahun bekerja di ruangan lain. Mereka bertugas merapikan semua sumber daya pelatihan, meletakan di alam kotak besar lalu di angkut ke dalam gudang. Tangan-tangan kecil anak ini tampaknya dipenuhi dengan luka, beberapa dari mereka mungkin telah mengalami patah di beberapa jari tangan, tapi para petugas ini tidak peduli dengan hal itu.Bruk. Satu anak jatuh ke lantai, setelah bekerja keras tanpa henti.Algojo datang mendekati anak itu, memberinya sedikit
Hampir saja muntah Lanting Beruga di dalam kapal tersebut, jika bukan perjalanan ini tidak memakan waktu yang terlalu lama. Kiranya lebih dari satu jam, barang kali dia akan mengeluarkan seluruh isi dalam perutnya saat ini juga.Pemuda itu keluar dari dalam kapal dengan jalan yang terhuyung, hampir saja dia jatuh ke dalam air yang terkontaminasi oleh limba pabrik.Setelah beberapa saat kemudian, mereka merendahkan tubuh, berjalan mendekati pusat penjaga gerbang.Ada puluhan pendekar di sana, sementara kelompok yang ada bersama dengan Lanting Beruga tidak lebih dari 50 orang, itupun karena sudah ditambah oleh Keluarga Camar Putih.Pasukan yang sesungguhnya ada di dalam kota tersebut, tapi untuk masuk ke dalam kota, maka mereka harus melumpuhkan penjaggan di gerbang tersebut."Aku akan memancing mereka keluar dari markas, kalian bertugas mengawasi menara pengintai-"Belum selesai mereka bicara, Lanting Beruga telah hilang dari tempatnya, menin
Lanting Beruga berjala di antara banyak manusia atau warga di kota ini. Sekali pintas, tidak ada kesedihan di raut wajah mereka semua.Ibu-ibu masih tertawa bersama anak-anak mereka, atau pula terlihat pemuda pemudi yang bercengkrama riang sepanjang jalan.Kota ini benar-benar terlihat begitu tentram, tidak ada tanda-tanda kekacauan di kota tersebut.Ketika Lanting Beruga duduk di pinggir kedai makanan, dan membeli beberapa kue kering untuk mengisi perut, dia mengetahui jika semu orang di tempat ini adalah warga yang taat terhadap perintah Neon.Hal ini dibuktikan oleh kedatangan beberapa petugas yang meminta upeti harian kepada pedagang tersebut, dan terjadi percecokan di antara mereka.Utusan itu hampir saja mendaratkan pukulan ke wajah pedagang, jika bukan karena Lanting Beruga menghentikan pukulan tersebut.Pakaian yang dikenakan oleh Lanting Beruga tampaknya menunjukan status pangkat pendekar tersebut di Kota ini, jadi pendekar ya
Tunduk kepada musuh adalah pantangan bagi Lanting Beruga. Mana mungkin dia memberi penghormatan kepada pria tersebut, tapi bukan hanya itu alasan kenapa dirinya masih berdiri di hadapan pria tersebut, tapi ada alasan khusus.Mata Lanting Beruga berbinar-binar saat melihat sepasang sayap yang melekat di pundak pria itu, dan ini benar-benar membuat Lanting Beruga merasa takjub."Dimana kau mendapatkan sayap tersebut?" tanya Lanting Beruga, bertanya penuh semangat.Dia bahkan terlalu berani memeriksa tubuh pria itu, menggerakkan sayap-sayap tanpa sopan santun. Hal ini membuat eksekutif tersebut semakin kesal.Dia berniat mencengkram kepala Lanting Beruga, tapi gerakan pemuda itu cukup gesit."Hebat sekali, aku ingin memiliki sayap seperti ini!" ucap Lanting Beruga, masih menarik narik sayap tersebut. "Apa kau bisa terbang sampai ke langit? wah mantap!""Kau ingin mempermalukan diriku di hadapan orang banyak?!" pria itu berteriak keras, ya
"Damon, akhirnya kau datang! bagaimana keadaan Arkatama?" salah satu pria, pemimpin pasukan yang ada di dalam Kota Air Ekelois, begitu semangat ketika melihat Damon pria yang sebelumnya adalah teman Arkatama, dan juga membawa Lanting Beruga ke tempat ini, akhirnya datang pula ke ruangan rahasia di dalam rumah salah satu pelayan kota tersebut.Damon menceritakan kondisi Arkatama yang tidak baik-baik saja. Dalam beberapa minggu ke depan, Arkatama mungkin akan menemui ajalnya, jika pemilik teknik kutukan batu yang bernama Yunan, tidak dibunuh.Membunuh Yunan memang cukup sulit, pasalnya pria tersebut selalu berada di dalam Kastil dan dikelilingi oleh beberapa Eksekutif tinggi yang lain. Namun, bukan berarti mereka tidak dapat menemukan pria jahat tersebut, ketika para tahanan dibebaskan dan pabrik Sumber Daya dihancurkan, maka sekte Abu-Abu akan menghancurkan keluarga Gagak Hitam itu."Jadi, apa kita sudah siap?" pria itu bertanya lagi."Kita sudah sia
Pada akhirnya, dua penjaga itu mulai merasa pusing setelah beberapa teguk menelan minuman keras tersebut.Dunia mulai terlihat bergelombang, atau kadang mereka melihat wajah Damon yang membengkak lalu menciut lagi seperti boneka.Langit tampaknya akan runtuh saat ini, dan suasana mulai berguncang, seolah dua orang itu sedang berdiri di atas kapal yang terombang-ambing di tengah lautan."Kalian menyukainya?" tanya Damon, kemudian merangkul dua orang itu dan masuk ke dalam penjara. Dengan cepat, pria itu menggunakan kekuatan aura alam untuk mematahkan tulang leher dua penjaga.Dia berhasil mengambil kunci yang ada di kalung salah satu pria tersebut, dan pada saat yang sama dua pendekar di bawah pimpinan Damon segera masuk dan menanggalkan pakaian para penjaga itu.Sekarang, mereka berdua telah menjelma sebagai penjaga pintu penjara utama.Pada saat yang sama pula, puluhan pendekar masuk ke dalam penjara Kota, dan melewati pintu pertama.
Di dalam kastil Gagak Hitam, Para petinggi atau eksekutif Keluarga Gagak Hitam masih berkumpul, membahas mengenai gempa yang terjadi di dataran tinggi tersebut.Namun tiba-tiba, pria bersayap masuk ke dalam ruangan tersebut dengan sayap yang terkulai ke bawah."Omiros, apa yang terjadi dengan dirimu?" Rea segera bangkit dari tempat duduknya, berlari ke arah Omiros yang terlihat masih meringis kesakitan.Omiros langsung menceritakan mengenai hal yang terjadi dengan dirinya, dan gempa yang dirasakan hampir seluruh penduduk Kota Air Akelois.Seorang prajurit adalah pemberontak, dan sialnya dia memiliki kekuatan yang begitu hebat, hingga berhasil membuat Omiros mengalami luka yang cukup parah."Jangan-jangan para pemberontak?" ucap Rea. "Besok adalah hari dimana Serikat Abu-Abu akan datang untuk mengambil sumber daya pelatihan, aku yakin para pemberontak ingin mengacaukan ....""Jangan-jangan mereka ingin mengincar Pabrik Sumber Daya?" eksekutif
Pria itu bertubuh tinggi besar, dua kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan Lanting Beruga. Dua punya mata yang dalam, rambut keras dan lengah lebih besar jika dibandingkan dengan betis kakinya sendiri.Ketika dia berjalan, akan terdengar suara hentakan yang cukup keras, dimana dasar tempat ini akan retak oleh kaki pria itu.Lanting Beruga menyipitkan matanya, memperhatikan setiap gerakan orang tinggi besar ini, yang terlihat begitu kaku.Dan anehnya, mata tajam itu sama sekali tidak berkedip sedikitpun. Apakah mungkin manusia tidak berkedip? Lanting Beruga mulai penasaran.Mata kirinya terbuka pelan, dan mulai memperhatikan dengan seksama sosok manusia tinggi di yang baru saja menarik tubuhnya."Kau bukan manusia?" ucap Lanting Beruga. "Kau adalah patung yang dapat bergerak?"Prajurit itu tertawa keras, dari dalam mulutnya yang besar, muncul ratusan jarum beracun yang menderu ke arah Lanting Beruga.Dengan mode pertama, Lant
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m