Batu-batu itu benar-benar berat, tidak seperti batu alam pada umumnya, dan sekarang Lanting Beruga terkubur di dalam bebatuan itu.
Dia bukan siluman, bukan. Dia adalah pendekar level bumi sedang yang memiliki teknik langka, yang sulit dipelajari.
Hanya klan batu yang memiliki teknik tersebut, dan dia adalah orang terakhir yang hidup dari klan batu.
Sebagai salah satu orang kuat yang mengincar Aliran Barat, sudah sepantasnya dia menjadi orang yang harus diwaspadai oleh Lanting Beruga dan teman-temannya.
Melihat kuburan batu telah menutupi tubuh Lanting Beruga, pria itu akhirnya menampakan diri.
Dia keluar dari selimut batu raksasa yang menutupi dirinya.
Terlihat seorang pria berambut panjang, dengan tubuh kekar penuh dengan otot dan mata kecil yang dalam. Di sini dia dijuluki sebagai Hantu Batu.
Hantu Batu merupakan orang terkuat nomor dua di tempat ini, lebih kuat dari dua orang yang dibantai Lanting Beruga di luar tembok Maras
Garuda Kencana membawa Lanting pergi menjauh, tapi serangan yang datang memburu mereka berdua.Lemparan batu sebesar rumah mengarah ke tubuh Garuda Kencana, nyaris sekali menghantam mereka, tapi Garuda Kencan berhasil menghindari serangan tersebut.Dia terbang ke arah atas, melewati cadas tinggi.Wush.Satu batu kembali datang, menyenggol sedikit bulu ekor Garuda Kencana, membuat keseimbangan laju terbang menjadi terganggu.Lanting Beruga dan Garuda Kencana jatuh di dalam hutan, terseok dan terhempas beberapa kali.Setelah mengalami benturan cukup banyak, Lanting Beruga segera memeriksa tubuh Garuda Kencana."Kau baik-baik saja?" tanya Lanting Beruga."Klik ..." suara Garuda Kencana terdengar lirih dan serak.Lanting Beruga duduk tersandar di permukaan tanah, mata kirinya masih waspada, kalau-kalau ada serangan yang kembali datang.Tidak ada, tampaknya Hantu Batu tidak mengejar dirinya lagi.Hujan masih beg
50 tahun yang lalu, di Klan Batu yang berdiri di atas gunung batu hitam dikelilingi oleh cadas-cadas tinggi, terbakar oleh serangan musuh yang datang tak terduga, dengan pasukan tak terhitung jumlahnya.Kala itu terdengar jerit ketakutan Klan Batu ketika petinggi-petinggi Darah Besi datang tak kenal ampun.Apa yang ada dihancurkan, semua yang bernyawa dimatikan, atau ditangkap untuk dijadikan tawanan."Ketua Klan Batu, serahkan Kitab Aura Batu Hitam kepada kami, hanya dengan itu semua klanmu akan diampuni ..." suara Ketua Agung Aliran Darah Besi begitu mengintimidasi.Kala itu, Ketua Agung ke empat mendengar kabar mengenai teknik langka yang sakti mandraguna. Itu adalah Kitab Aura Batu Hitam, yang dimiliki oleh Klan Batu.Ketua Agung 4 berniat mendapatkan kitab tersebut, dan mempelajarinya secara langsung.Dikirim puluhan tim rahasia untuk menemukan lokasi keberadaan Klan Besi, dan pada akhirnya timbullah mala petaka hari ini."Kau ti
Serangan yang diciptakan oleh Garuda Kencana berhasil memicu semua lawan untuk keluar dari dalam goa mereka.Teriakan dan umpatan keluar dari mulut para pendekar, memaki Lanting Beruga yang terbang bersama Garuda Kencana.Setiap bulu perak yang dilancarkan oleh siluman burung berkaki empat itu, mampu melukai pendekar yang berada di bawah level tanpa tanding."Berlindung!" teriak para pendekar rendahan itu.Sementara di sisi lain lagi, Mura dan dua temannya nyaris saja muntah darah melihat tindakan Ketua Aliran Barat yang bodoh itu.Mereka sedang menyusun rencana untuk menyerang pasukan musuh, tapi belum pula selesai rencana itu mereka buat, Lanting Beruga lebih dahulu menyerang mereka."Oi ..., kalian ada di sana?!" teriak Lanting Beruga.Semua musuh serentak melihat ke arah dinding cadas, dimana Mura dan dua temannya yang lain sedang bersembunyi."Kalian tidak tersesat!" teriak Lanting Beruga."Sial, kenapa dia berteria
Pertarungan antara Hantu batu dan Masahiro terjadi begitu sengit. Dalam beberapa saat saja, kedua orang itu telah bertukar puluhan serangan mematikan. Sesekali muncul batu besar ke arah Masahiro, kadang kala berbentuk seperti mata bor yang tajam, kadang kala pula berbentuk seperti tombak. Namun, dengan penguasaan aura alam elemen air, Masahiro berhasil menahan semua serangan itu dengan cukup baik. Lanting Beruga sedikit takjub melihat kehebatan Masahiro, dan berpikir pemuda itu memang layak menjadi salah satu kandidat Ketua Aliran Barat. Satu-satunya yang kurang dari Masahiro adalah kecepatannya. Dia tidak lebih cepat dari Akemi, tapi serangannya sangat kuat dan tajam. Setiap ayunan pedang yang mengirim tebasan air dapat dengan mudah memotong beberapa pohon atau batu di sekitar Masahiro. "Hujan Batu!" teriak Ki Emon alias Hantu Batu. Ratusan batu berukuran roda kereta kuda berjatuhan dari langit, mengarah ke tubuh Masahiro.
Pergi! banyak orang berteriak saat ini ketika Ketua Aliran Sesat melepaskan tekanan kuat dari tubuhnya.Gelombang kejut itu meratakan wilayah kecil ini, menyapu bersih pohon-pohon yang ada.Tubuhnya memancar aura yang tidak biasa, bersama dengan ledakan cakra yang menggebu-gebu.Dia mulai melayang ke udara, seraya mengangkat satu tangan ke atas. Mendadak, menggumpal energi berwarna biru kehitaman di tengah telapak tangan Ketua Aliran Sesat itu."Hancur!" ucap pria itu.Dia menjatuhkan energi itu ke arah Lanting Beruga, jatuhnya terlihat begitu lambat padahal sangat cepat.Lanting Beruga melompat ke belakang, menghindari serangan tersebut, tapi hal besar terjadi setelah energi biru tua itu menyentuh tanah.BOOOM.Ledakan dahsyat akhirnya terjadi, semuanya terhempas, batu besar lenyap menjadi debu, pohon tinggi hancur lebur.Semua orang berteriak, termasuk pula para petinggi aliran sesat ini.Mura melarikan diri sek
Di sisi lain lagi, Akemi dan Masahiro harus berjuang keras dari serangan kombinasi dua petinggi aliran sesat ini.Ki Emon menyerang dengan ratusan batu yang menerjang benda apapun, sementara temanya berdiri di atas kepala raksasa batu dan melepaskan serangkaian panah yang kuat.Meskipun Akemi berusaha keras untuk mendekati lawannya, akan sulit dilakukan sebab Hantu Batu selalu melindungi temannya.Panah-panah berwarna hijau tua itu benar-benar cepat, atau mungkin perasan Akemi saja? entahlah, yang jelas kombinasi dua petinggi aliran sesat itu benar-benar berbahaya.Bom bom bom.Tiga ledakan terjadi di dalam hutan di dekat cadas ini, itu ulah dari panah-panah tersebut."Semburan Batu!" teriak hantu batu, suaranya menggelegar memekakkan telinga, seperti guntur.Seketika, ada ratusan batu sebesar kereta kuda mengarah ke tubuh Akemi dan Masahiro.Masahiro berhasil menebas beberapa batu yang hampir membuatnya celaka, tapi Akemi nyar
Mendengar hal itu, Lanting Beruga hanya tersenyum tipis dia setuju dengan ucapan Ketua Aliran Sesat ini.Ketua Aliran Sesat kembali melayang di udara, kali ini dia menggunakan dua telapak tangannya ke arah langit, mendadak muncul bola energi berwarna biru kehitaman.Pancaran bola energi itu membuat seisi binantang di dalam hutan lari karena ketakutan.Bumi kembali berguncang, tanah merekah dan ada lebih banyak bebatuan yang terangkat ke atas, seolah kehilangan gaya gravitasinya.Pijaran kuat bola energi itu membuat bulu kuduk para penduduk yang ada di atas permukaan berdiri. Mereka benar-benar khawatir dengan apa yang akan terjadi dengan desa kecil, tampaknya akan terjadi kiamat kecil di sana.Tangisan beberapa anak masih terdengar nyaring di telinga, beriring dengan rentak para hewan ternak yang gelisah di kandang mereka.Udara kala itu bergerak tidak beraturan, terasa sedikit lebih dingin dibandingkan dengan udara di pagi hari.Bola
Masahiro menyadari sesuatu, Ki Emon melarikan diri. Dia berniat mengejar Hantu Batu itu, tapi apalah daya tenaganya kini telah terkuras habis. Yang tersisa hanya sedikit tenaga dalam, digunakan untuk menyembuhkan luka-luka yang diterimanya. Setelah kematian Ketua Aliran Sesat itu, Lanting Beruga nyaris saja jatuh berlutut di permukaan tanah gersang yang berbentuk seperti kawah. Tidak ada apapun di sekitar pemuda tersebut, kecuali tanah kering nan tandus. Semua pohon telah lenyap, bebatuan besar telah hancur, bahkan setengah dari dinding cadas tinggi di sekitarnya telah runtuh. Pemuda itu berjalan mendekati tiga temannya, dengan tubuh terhuyung dan mata kiri yang tertutup. Untuk beberapa waktu kemudian, Lanting Beruga mungkin tidak dapat menggunakan mata kirinya, karena sekarang kepalanya benar-benar terasa begitu sakit. "Apa yang akan kita lakukan?" tanya Mura, ketika empat orang itu kini telah berkumpul di atas permukaan dinding tebin