100 pendekar aliran putih berniat membantu Tetua Kong, tapi ancaman dari seribu pendekar aliran hitam membuat mereka tidak berkutik.
Siapa yang berani melawan, mereka akan dihancurkan, dibunuh dan barang kali akan dicincang. Jadi sekarang, satu-satunya yang mungkin dapat orang-orang ini lakukan adalah, menyerahkan diri dan dipenjara bersama.
3 prajurit terbaik, -di kerajaan Sursena, mereka dijuluki sebagai Senopati Anom-, melihat ke arah lubang besar yang tercipta karena hempasan tubuh Tetua Kong. Mereka kemudian tersenyum sinis.
Sementara itu Tetua Jingmi mulai mengutuk tindakan yang dilakukan oleh Tien Cia.
"Begitu rendah dirimu," ucap Tetua Jingmi, "Tetua Kong telah menyelamatkanmu pada pertempuran dahulu, dan hari ini kau menghianati dirinya!"
Senyum penghinaan tersungging dari bibir rusak Tien Cia. Dia merasa tidak bersalah karena telah melukai Tetua Kong, dan menganggap hal itu sebagai kecerdasan.
Jika Tetua Kong memilih untuk be
Rerkomendasi novel menarik lainnya, Legenda Kitab Surgawi.
Lanting Beruga kembali tersenyum ramah, tapi senyum itu mendadak lenyap dari bibirnya ketika dia memandang 2 pendekar elit yang ada di lantai ke dua.Mata kiri pemuda itu tampak bersinar redup, bahkan sebelum energi batin disalurkan melewati mata itu, tubuh dua prajurit elit sudah lebih dahulu merasa merinding."Pria buruk rupa tadi, aku tidak membunuhnya, karena dia memberiku makan gratis!" ucap Lanting Beruga, "Tapi aku tidak akan menahan diriku untuk kalian semua!""A' Apa yang kalian lakukan?!" teriak salah satu prajurit elit. "Bunuh pemuda itu sekarang!"Lanting Beruga tersenyum seraya berbalik badan menatap ratusan musuh yang telah mengelilingi penginapan ini. Dengan langkah mantap dia keluar dari dala bangunan itu, dengan pedang yang diseret ke lantai.Percikan api menyala karena benturan antara mata pedang dan beberapa logam yang ada di lantai bangunan."Serang dia bodoh!" teriak prajurit elit.Namun, pada saat yang sama tubuh
Tepiskan dahulu pertempuran yang melibatkan Lanting Beruga melawan ribuan prajurit Kekaisaran Tang, sekarang di tempat lain, pasukan aliansi aliran hitam mulai bergerak meninggalkan markas besar mereka.Ada 5 ribu lebih pasukan tersebut, berjalan berbondong-bondong menuju Kekaisaran Tang.Namun 5 pemimpin mereka belum menampakan diri di antara ribuan pendekar aliran hitam itu. Entah apa yang mereka rencanakan, tapi yang jelas gerakan aliran hitam ini akan membawa mala petaka besar di Kekaisaran Tang."Semua pendekar yang kita miliki telah bergerak bersama pangeran Jianhen Tang," ucap salah satu dari lima ketua aliran sesat itu. "Mengerahkan begitu banyak pasukan, aku pikir Pangeran Jianhen sudah benar-benar gila.""Semakin gila dirinya, semakin kita mendapatkan keuntungan," timpal pria bertubuh besar, dan kini sedang menunggangi serigala berkepala tiga.Mata serigala itu memancarkan sinar hijau tua yang dapat membuat semua musuh mati karena ketakut
"Apakah sudah ada kabar dari Putri Sin Tang?" tanya salah satu pendekar level bumi rendah yang memiliki rambut putih perak dengan pedang berwarna emas yang tanpa memiliki sarungnya.Pria itu sudah tua, tapi wajahnya terlihat seperti anak muda yang baru berusia belasan tahun. Dengan ukuran tubuhnya yang pendek, orang lain akan mengira dia benar-benar anak kecil.Namun, kemampuan pendekar itu tidak dapat dianggap remeh. Teknik Seribu Tebasan Udara yang dikuasainya, memungkinkan dia mampu membunuh pasukan dalam jumlah yang begitu banyak."Kita belum mendapatkan informasi apapun dari Putri Sin Tang," timpal pria berparas wanita yang sekarang sedang duduk sambil mengasah bilah pedangnya. "Lagipula, belum ada informasi mengenai jadwal penyerangan Kekaisaran Tang, untuk saat ini kita lebih baik bersantai terlebih dahulu.""Kau selalu seperti ini" timpal Pendekar Berambut perak lagi. "Apa kau tidak memikirkan jika situasi kita saat ini tidak baik-baik saja,
Di sisi lain lagi, Lanting Beruga dan pasukan para pendekar aliran putih tampaknya mulai menguasai medan pertempuran ini. Jumlah lawan mungkin masih sangat banyak, tapi mereka mulai kehilangan mental, hingga dengan mudah dapat dilumpuhkan oleh pendekar aliran putih. Dengan Lanting Beruga sebagai pemimpin dari pasukan tersebut, hampir tidak ada kematian yang begitu banyak dari pihak aliran putih itu. Setiap pendekar aliran putih yang hampir saja mati, Lanting Beruga sudah datang tepat waktu, dan menghabisi prajurit tersebut. "Mata Asura!" ucap Lanting Beruga, suaranya terdengar datar dan pelan, tapi efek dari mata itu membuat lima pendekar yang berada di level puncak tanpa tanding mendadak terhenti. 6 pendekar yang lain melihat temannya dalam bahaya, langsung melepaskan pukulan energi ke arah Lanting Beruga. Kilauan cahaya terang menerjang udara kering yang membawa aroma anyir, tapi serangan mereka tidak berhasil membuat Lanting Beruga terpukul
Lima buah rumah baru saja menjadi puing-puing reruntuhan akibat pertarungan antara Tetua Kong melawan salah satu dari prajurit elit.Meskipun dirinya sudah cukup tua, dan mungkin paling tua jika dibandingkan dengan semua orang yang bertarung di desa ini, nyatanya Tetua Kong masih dapat mengimbangi serangan-serangan yang dilakukan oleh lawannya.Sebuah jurus level tinggi baru saja digunakan oleh prajurit elit, menciptakan dua larik cahaya menyilaukan yang bergerak di permukaan tanah."Dinding Pertahanan!" teriak Tetua Kong, dia memasang kuda-kuda, sebelum kemudian energi perak yang bersinar redup membentuk kubah dan mengelilingi tubuh tuanya.Booom.Benturan dari dua jurus terjadi begitu dahsyat, menciptakan gelombang kejut yang membuat kepingan bangunan di sekitar tubu Tetua Kong berhamburan.Beberapa serpihan puing-puing itu tanpa sengaja menghantam para prajurit yang berada tidak jauh dari lokasi kejadian.Beberapa dari mereka
"Jangan alihkan perhatianmu dariku?" ucap Prajurit Elit, yang kini tiba-tiba telah berada di depan Tetua Kong. Dia menyerang pria tua itu sekuat tenaga, tapi Tetua Kong sudah mengantisipasi hal itu.Dia tidak benar-benar lengah, dia masih mengawasi pergerakan lawannya meskipun sesekali pandangannya teralihkan.Sebuah serangan gagal mengenai Tetua Kong, lebih dari itu, pria tua itu malah berhasil melukai lawannya dengan pedang biasa.Luka yang diciptakan oleh Tetua Kong mungkin tidak terlalu dalam ataupun parah, tapi luka itu hampir saja membuat lawannya mati karena hampir mengenai batang lehernya.Hanya satu jengkal saja luka itu dari batang leher prajurit tersebut."Sepertinya siapa yang telah lengah di sini?" ucap Tetua Kong.Sementara itu, Tetua Jingmi baru saja terlempar puluhan depa jauhnya setelah menahan serangan lawan. Prajurit yang dilawan Jingmi rupanya cukup tangguh, lebih tanggu dibandingkan yang dilawan oleh Tetua Kong.A
Arah serangan naga bayangan sebenarnya menuju prajurit elit yang baru saja menghajar Tetua Jingmi hingga hampir saja mati. Namun sebelum serangan itu mendarat pada sasaran, naga bayangan merah malah menghabisi beberapa puluh prajurit yang ada di dekat jalur lintasannya. Sontak saja semua prajurit menjadi ketakutan, dan berusaha secepat mungkin untuk menjauhi jurus aneh tersebut. Di mata Tetua Jingmi, naga itu terlihat nyata dan hidup, seolah siluman yang berteman dengan manusia, tapi pada dasarnya itu adalah kumpulan energi yang membentuk menjadi seekor naga. Prajurit tidak membutuhkan waktu banyak untuk memutuskan apa yang harus dia lakukan saat ini? tentu saja melarikan diri. Dengan seluruh aura alam yang terkandung di dalam tubuhnya, dia mengerahkan energi itu pada ilmu meringankan tubuh, lalu pergi secepat yang dia bisa. Namun, belum sempat terlalu jauh, tiba-tiba dia merasakan sesuatu yang mengerikan seolah datang dari segala sisi.
Di sisi lain, Jun Hui semakin menggila dengan menyerang banyak pendekar aliansi putih di wilayah Utara.Serigala besar berkepala tiga bukan hanya begitu buas, tapi tampaknya kebal dengan segala jenis senjata tajam.Dua orang baru saja melempar tombak ke arah Serigala tersebut, tapi nyatanya tidak mampu menembus kulit siluman serigala itu.Tindakan pendekar itu malah memancing amarah dari Serigala, hingga serangannya semakin buas dan brutal.Dalam keadaan dipenuhi oleh kabut hitam gelap ini, para pendekar aliran putih tidak dapat melihat keberadaan Juh Hui. Ketika mereka melihatnya, semuanya sudah terlambat.Pendekar berambut perak dengan tubuh kecilnya, mulai menyapu kabut yang menyelimuti tempat ini.Dengan ayunan pedang, dia mengirim gelombang udara, tapi dalam beberapa detik kemudian, kabut hitam kembali menyelimuti pandangan setiap pendekar.Namun itu sudah cukup bagi pendekar berambut perak itu untuk menemukan lokasi keberadaan m