Pada saat dua petinggi Keluarga Camar Putih tidak mampu mengahadapi kekuatan eksekutif tinggi Keluarga Gagak Hitam, kini Arkatama muncul sebagai harapan mereka.
Yorgo manusia pemakan logam masih berduka cita saat melihat tubuh Yunan terbujur tak bernyawa. Pria itu tampaknya begitu marah, dan berniat untuk membunuh semua anggota dari Kelurga Camar Putih, tapi tiba-tiba.Booom.Yorgo akhirnya terpental entah beberapa puluh depa jauhnya, ketika Arkatama mendaratkan bilah mata pedang ke tubuh pria tersebut.Yorgo memang tidak terluka karena tebasan itu, tapi daya tekan dari serangan Arkatama membuat tubuhnya terpukul hingga membuat dadanya terasa sangat sakit.Tampaknya tebasan itu memang tidak melukai tubuh pisik Yorgo yang sangat keras seperti besi, tapi tebasan itu masih pula dapat menekan organ dalam Yorgo.Suara gemuruh hantaman tubuh Yorgo yang mendarat kasar di banyak perumahan warga terdengar hingga ke wilayah evakuasi wargaYorgo menarik dua tangan ke samping pinggangnya, mengumpulkan aura alam dan mengalirkan ke seluruh tubuh, hingga kini muncul percikan cahaya kehitaman dari dalam tubuh pria tersebut.Pada saat yang sama pula, Arkatama melompat ke atas awang-awang, kemudian menarik pedang ke samping, pada saat yang sama pula, cahaya emas menyelimuti mata pedang di tangannya.Dalam beberapa detik kemudian, Arkatama meluncur ke bawah. Dari kejauhan, orang lain bisa melihat seolah tubuh Arkatama adalah bintang yang jatuh di siang hari.Yorgo berteriak keras, tapi teriakan Arkatama jauh lebih keras lagi.Pedang dan kulit keras akhirnya beradu pula, menciptakan kilatan cahaya warna-warni sebelum kemudian gelombang energi menyapu benda apapun yang ada di sekitar mereka berdua.Para pendekar atau pula prajurit Keluarga Gagak Hitam, mencoba bertahan dari gelombang kejut yang mampu menghempaskan benda apapun, bahkan meratakan rumah warga yang berada dekat dengan d
Di sisi lain, Neon dan dan Achiles masih melakukan pertukaran serangan, membuat sebagian besar tempat ini telah hancur. Jika dibandingkan dengan sebelumnya, sepertinya Dataran Tinggi ini sudah mulai runtuh oleh karena pertarungan-pertarungan yang terjadi di atas permukaan tanah itu.Serangan yang dilancarkan oleh Achiles kadang kala dapat melukai tubuh Neon, tapi itu sebelum kejadian sebaliknya, ketika Neon menghantam Achiles dengan serangan yang lebih keras.Darah telah banyak keluar dari tubuh Achiles, mulai dari luka yang ada di pinggir lehernya, atau pula darah yang keluar dari dalam mulutnya sendiri.Neon masih tersenyum angkuh, penuh percaya diri, dapat mengalahkan Achiles sebelum matahari tenggelam di ufuk barat.Di sisi lain lagi, pertarungan hanya tersisa dua pertarungan lagi saat ini, yaitu Eros melawan Areta dan Achiles melawan Neon.Namun, tampaknya pertarungan antara Areta melawan eros sudah mulai memasuki puncaknya. Meksipun
Arkatama masih berada di dalam Pabrik Sumber Daya Pelatihan, menghancurkan semua mesin yang ada di dalam pabrik tersebut, sekaligus membunuh algojo yang tersisa.Sekarang, Arkatama melirik ke arah mesin utama yang masih beroperasi meskipun para pekerja telah meninggalkan tugas mereka.Roda-roda gerigi besar masih berputar, meskipun Arkatama menggunakan banyak logam untuk mengganjal roda tersebut.Tidak ada cara lain, kecuali menghancurkan mesin tersebut dengan kekuatan aura alam yang dimilikinya. Namu, resiko tindakan ini juga cukup besar, karena bisa saja mesin itu meledak diluar jangkauan Arkatama.Membuat sumber daya pelatihan dengan cara manual, bahkan mampu meledakan bejana perunggu, jika terjadi sedikit kesalahan saja. Apa lagi jika bejana yang besarnya hampir seperti rumah bertingkat ini, hancur dan meledak, tidak dapat dibayangkan seberapa besar tingkat kehancuran yang ditimbulkan oleh ledakan tersebut.Namun, Arkatama tidak punya
Dalam keadaan seperti ini, jiwa Neon sedang terguncang, dia tidak bisa mendengar segala ucapan yang menghina dirinya. Benar dirinya telah kehilangan segalanya, dan benar pula dia akan mati diburu oleh Aliran Abu-Abu, tapi Neon menolak untuk mati sendirian."Aku akan membawa kalian semua ke alam baka!!!!" Neon berteriak keras, dia menghentakkan telapak tangannya di permukaan tanah, dan pada saat yang sama aliran aura alam menderu masuk kedalam tubuh pria tersebut.Udara yang hampir tenang kini menjadi liar kembali, dan entah darimana asalnya, tiba-tiba awan hitam bergulung di atas langit, tepat di atas kepala Neon.Percikan cahaya merah kehitaman menyambar-nyambar, menghancurkan benda apapun yang ada di dekat Neon.Sedetik kemudian, pria itu naik ke atas awang-awang dengan ilmu meringankan tubuhnya, lalu mengangkat dua telapak tangan ke atas.Lingkaran dengan pola aneh muncul di atas langit, setelah kemudian seekor gagak berukuran sangat b
"Apakah dia yang menghentikan serangan tadi?" Achiles sungguh tidak percaya jika Lanting Beruga memiliki kekuatan setara dengan pendekar level langit, tapi jika dia mengetahui identitas sebenarnya dari pemuda itu, mungkin semua orang di sini akan muntah darah, karena jelas pemuda itu adalah orang yang sanggup bertarung imbang melawan Ares pria yang dijuluki sebagai Satria Perang.Lanting Beruga masih berjalan mantap, menatap ke sisi lain, dimana Neon berusaha membebaskan diri dari cengkraman Garuda Kencana. Namun, setelah melepaskan jurus level kehancuran, rupanya seluruh aura alam dan tenaga dalam yang dimiliki oleh Neon sudah benar-benar terkuras habis, melawan Garuda Kencana saja dirinya membuat dia kesulitan.Lanting Beruga berubah menjadi bayangan merah dan kini berdiri tepat di hadapan Neon.Suara Neon terdengar serak lagi gagap, ada banyak darah telah menodai pakaiannya saat ini, tapi hingga sekarang, pria itu tidak tahu siapa pemuda yang ada di de
Kala ini, matahari benar-benar tenggelam di ufuk barat, situasi Kota Air Akelois menjadi gelap tapi para warga mulai menghidupkan pelita sebagai penerang Kota yang hampir saja mati.Neon memaki Achiles panjang pendek ketika pria itu berniat menghilangkan semua kekuatan yang dimiliki oleh Neon, tapi ucapan makian yang keluar dari dalam mulut Neon tidak lantas membuat Achiles mengurungkan niatnya.Dengan senyum tipis yang sinis, Achiles menghantam tengah pusar Neon dimana pusat dari tenaga dalam dan aura alam berkumpul.Pukulan yang dilakukan oleh Achiles begitu kuat, dan berhasil merusak aliran tenaga dalam serta titik cakra induk yang dimiliki oleh Neon.Raungan keras karena sakit atau pula karena marah terdengar hingga ke angkasa, Neon tidak pernah menyangka jika malam ini dia akan dilucuti dari semua kekuatan yang dia miliki.Prinsip melumpuhkan kekuatan sebenarnya bisa dibilang sederhana, yaitu dengan menghancurkan aliran energi yang
Di sisi lain, Achiles menjelaskan jika keamanan Kota Air Akelois masih dalam status gawat darurat. Hal ini tentu saja dikarenakan oleh utusan Sekte Abu-Abu yang akan datang besok untuk mengambil sumber daya pelatihan.Mereka pasti akan sangat marah ketika menyadari pabrik dan gudang sumber daya pelatihan telah hancur. Kemarahan ini mungkin akan dilampiaskan kepada Neon, jika pria itu masih berada di tempat ini, tapi sayangnya Neon sudah diusir dari Kota Air Akelois.Menjelaskan hal ini kepada Warag Kota Air juga bukan solusi yang bagus, karena saat ini mereka sedang diliputi dengan suka cita. Beberapa dari mereka begitu bahagia karena anak-anak mereka yang dijadikan pekerja paksa telah kembali, beberapa yang lain bahagia karena suaminya pulang dengan selamat.Dalam kebahagiaan ini, tidak mungkin Achiles mengabarkan kepada mereka, bahwa musuh akan datang besok pagi."Semua masalah ini harus kita tanggung, dan besok sepertinya pertarungan akan kemb
Setelah semua warga beriring-iringan keluar dari Kota Air Akelois, membutuhkan waktu yang sangat lama karena mengingat keterbatasan kapal yang mengangkut mereka, Arkatama pada akhirnya menghampiri beberapa ratus orang yang tersisa di dalam Kota ini."Ini adalah perintah terakhirku, pergilah dari Kota ini bersama warga!" "Tidak ada yang akan pergi dari tempat ini," timpal Eros, "Kita telah berjuang keras dari beberapa bulan yang lalu, menghadapi banyak masalah, dan mengalami banyak kekalahan, kenapa harus pergi dari Kota ini sementara dirimu akan tetap tinggal!""Benar," Damon yang masih dibalut oleh perban menentang perintah Arkatama yang dianggapnya sangat egois. "Bahkan jika harus melawan dewa sekalipun, kami akan setia kepadamu, Arkatama!"Mendengar hal itu, Arkatama hampir pula meneteskan air mata karena haru. Tidak ada kebanggan yang paling besar dirasakan oleh pria itu, kecuali memiliki sebuah pasukan setia seperti Damon dan Juga Eros.
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m