Share

SOSOK YANG MENYERUPAI KELUARGAKU

Bagi mereka, hal ghaib bukanlah hal penting untuk di perdebatkan.

Tapi bagiku, hal ghaib adalah bagian dari diriku. Entah sejak kapan aku mengakuinya, tapi mereka ada. Bahkan di setiap langkah yang ku lalui, mereka selalu ada dan mengikutiku.

Dalam hening dan senyap serta gemericik air yang membasahi bumi. Di tengah suasana dingin yang memeluk, aku merasa gelisah. Perasaanku tak menentu, ada sesuatu hal yang terjadi tapi aku tidak tahu itu apa.

Aku menutup mataku, berharap rasa gelisah ini menghilang seiring dengan kantuk yang mulai menguasai. Namun aku salah, nyatanya dalam tidur yang nyaman itu aku terganggu.

Aku berjalan di satu tempat, tempat yang aku kenal. Salah satu dari mereka datang, merasuk ke alam bawah sadar yang tidak bisa ku kendalikan dengan mudah. Membawaku ke sebuah lubang hitam yang pekat, rasa was-was mulai menghampiriku.

Aku masuk ke lubang hitam itu, melewati dimensi yang tidak pernah ku ketahui sebelumnya. Ku pikir, itu hanya sebuah pintu biasa. Nyatanya aku salah mengira, itu adalah gerbang mereka. Berbagai bentuk dan wujud mendatangiku, aku mulai ketakutan dan panik.

Harapanku hanya satu, aku ingin keluar dari sana saat itu juga. Entah apa yang terjadi, tiba-tiba aku langsung terbangun dari tidurku dengan rasa lelah dan nafas yang tersengal.

Aku melirik ke selilingku, nyatanya aku berada di rumahku, di tempat tidurku. Tapi apa itu? Kenapa mimpi itu seakan nyata untukku? Bahkan tubuhku seakan kehabisan tenaga, dan rasa lelah itu benar-benar nyata.

"Semoga saja, itu hanya sebuah mimpi" gumamku penuh harap.

Aku kembali memejamkan mataku, berharap semua akan kembali baik-baik saja.

Walau terkadang ada hal lain yang selalu mengganggu, namun aku memilih untuk mengabaikannya dan menganggap bahwa tidak ada apapun yang terjadi.

Malam itu, aku tidur dengan tenang dan nyaman. Tidak ada tanda-tanda keanehan yang terjadi, aku benar-benar merasa tentram.

Waktu terus maju, saat itu mungkin jam menunjukkan pukul 12 malam. Dalam tidur yang nyaman itu, tiba-tiba mimpi indahku berubah dalam sekejap.

Aku berada di suatu tempat yang asing, walau begitu aku merasa tenang. Entah karna apa, tapi aku membuka sebuah kaca yang mengarah langsung ke belakang tubuhku.

Rasa terkejut langsung aku rasakan, tubuhku membeku. Dapat aku lihat ada seorang nenek tua yang tertangkap dalam pantulan cermin itu, wajahnya tampak pucat dengan rambut yang di sanggul rendah.

Aku membalik tubuhku, memastikan apakah memang ada nenek itu di balik pagar kayu itu. Namun ternyata tidak ada, aku kembali menatap cermin dan nenek itu masih ada.

Lalu aku berbalik lagi melihat ke arah yang sama secara langsung, tapi memang tidak ada apapun disana. Aku mulai merasa aneh, akhirnya aku menatap cermin itu untuk terakhir kali.

Aku amat terkejut saat nyatanya wajah nenek itu kini memenuhi kaca itu, mataku melotot tak percaya. Tiba-tiba nenek itu keluar dari kaca kecil yang ku bawa itu, ia muncul di hadapanku dan menyentil celah di antara kedua alisku.

"Nenek A.. apa itu kau?" tanyaku dengan gagap. Dia hanya tertunduk diam tak jauh dari keberadaanku. Aku yakin ia nenekku, tapi kan dia sudah meninggal. Apa ini hanya mimpi belaka? Atau kejadian ini pernah kualami sebelumnya? Aku terus bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi.

Dahiku bergetar setelahnya, bahkan kepalaku pun jadi pusing. Tiba-tiba aku terbangun dari mimpi itu, dan menyentuh dahiku. Getaran itu masih ada, bahkan kebingungan dan rasa takut itu juga masih terasa di dalam diriku.

Ada apa sebenarnya dengan diriku? Apa yang ku rasakan ini? Aku takut, sungguh takut dengan semua kejutan tak terduga itu.

Aku tidak menerimanya, apapun itu yang membuatku bisa melihat mereka aku menolaknya. Aku tidak menerimanya, aku tidak mau melihat mereka." Gumamku penuh penolakkan.

Entah kenapa aku merasa seakan ada yang membuka sisi lain dari diriku, dengan mimpi itu aku merasa dahiku jadi bergetar dan terasa pusing. Ini nyata, dan bukan sebuah mimpi biasa karna rasa itu benar-benar aku rasakan setelah kesadaranku kembali.

Aku berharap semua bisa kembali normal dan baik-baik saja. Apapun itu, ku harap semua kembali ke keadaan yang seharusnya.

Kejadian demi kejadian terus terjadi dengan sendirinya. Beberapa hal baru terus ku rasakan, perbedaan yang membuatku bingung akan kenyataan yang terjadi.

Hari itu hanya ada aku dan Ibuku di rumah. Aku tidak tahu Ayahku sudah pulang dari kantornya atau belum karena biasanya Ayahku lembur sampai pulang larut pagi. Pukul 8 pagi tepatnya. Karna aku seorang muslim, jadi saat itu aku sedang melaksanakan solat dhuha.

Tepat di rakaat kedua, aku mendengar suara bangku di depan rumah bergerak seakan ada yang mendudukinya. Biasanya Ayahku yang memiliki kebiasaan seperti itu setelah pulang kerja, aku pun kembali fokus pada solatku.

Masih dalam posisi berdiri di rakaat kedua, ada yang lewat di belakangku. Aku tidak memperhatikan jelasnya karna aku sedang solat, jadi aku mengabaikan dan fokus pada solatku.

Seusai solat aku merapikan mukenaku, lalu aku bertanya pada Ayahku yang biasanya pulang lebih cepat dari itu. Kebetulan kamar orang tuaku tidak jauh dari tempat aku solat, sehingga suaraku masih bisa terdengar ke kamar itu.

"Udah pulang Yah? Tumben telat pulangnya?" Tanyaku dengan santai.

Namun tidak ada jawaban apapun yang ku terima, suasana tampak sepi-sepi saja bagai tidak ada siapapun di sana.

Karena penasaran pertanyaanku di abaikan aku pun menghampiri kamarnya, dan mencari dimana keberadaan Ayahku. Aku pun tiak melihat keberadaan ibuku, tapi biasanya ia sedang menyiram kebunnya di halaman belakang kalau pagi seperti ini.

Degh...

Bagai tertimpa sebuah batu hatiku mulai gelisah, lidahku pun mulai kelu.

Saat aku membuka kamar orang tuaku, tidak ada siapapun disana. Tidak ada Ayah maupun ibuku, juga tidak ada yang lainnya. Sepi dan kosong, itulah yang kudapatkan.

Merasa tidak beres, aku mulai memeriksa kamar mandi dan dapur. Tapi semua kosong, tidak ada siapapun yang terlihat. Jantungku berdegup kencang, rasa was-was mulai menghampiriku.

"Ayah.. Ibu.." panggil ku lagi di seluruh bagian rumah, tapi tidak ada jawaban apapun.

Nyatanya Ayahku belum pulang. Aku sedikit tertegun, memikirkan hal mengejutkan itu.

Jika memang Aya belum pulang, lalu siapa yang datang tadi? Siapa yang duduk di bangku? Dan siapa yang lewat di belakangku saat solat tadi?' batinku bertanya-tanya.

Ada banyak pertanyaan menghampiriku, namun aku berusaha tenang dan santai. Aku menghela nafas sesaat, dan menenangkan jantungku yang mulai berdetak tak beraturan.

"Ternyata ada tamu yah, bertamu si boleh aja. Tapi jangan ganggu, masing-masing aja." Ucapku dengan lantang, tanpa takut dan resah.

Aku membiasakan diri untuk menerima kejutan-kejutan itu, karna aku tau jika kita hidup bukan di dunia milik kita sendiri. Ada hal lain yang tersembunyi, yang tidak bisa kita ungkap begitu saja.

Tiba-tiba dari arah belakang aku dibuat terkejut oleh tepukan tangan di pundakku. "Laila, sedang apa kamu?" ternyata itu Ibuku yang entah darimana datangnya. Ia menatap wajahku yang sedang kebingungan.

Aku pun meghela napas merasa lega karena kehadirannya. "Tadi, aku mendengar suara dari luar Bu. Jadi aku mengeceknya, aku kira tadi Ayah yang baru pulang dari kantor." Kataku seraya berbalik dan menunjuk ke arah pintu depan rumah yang terbuka karena tak sempat ku tutup. Tapi, tiba-tiba saja aku merasakan hal aneh lagi saat itu. Aku merasa seperti berbicara sendiri, tidak ada tanggapan dari Ibuku yang ku yakini tadi menyapa di sebelahku.

Saat aku mekalingkan wajah lagi, aku terkejut dan mengambil beberapa langkah ke belakang. Tidak ada Ibu, ia menghilang entah kemana? Jadi yang menyapaku tadi siapa? Aku semakin dibuat cemas saja, padahal tadi aku sudah merasa lega dengan kedatangannya.

"Laila, sayang... sedang apa kamu?" aku berbalik ketika melihat Ayah baru saja datang berdiri di dekat pintu depan dengan kebingungan sambil memegang tas kantor di tangan kanannya.

Aku mendekatinya dengan perlahan, "Ayah, ini benar Ayah kan?" tanyaku yang tidak yakin.

"Iya benar ini Ayah, memangnya kamu sudah hilang ingatan sampai tidakm mengenali Ayah lagi." katanya.

Aku terdiam karena masih takut dengan kejadian barusan. Ayahku pun mendekatiku dan mengusap lembut kepalaku yang membuatku yakin kalau itu benar dia adanya, "Kenapa Nak?"

"Tadi ibu..." sebelum aku menjelaskan kejadian tadi Ayahku memotong ucapanku.

"OH! Ibumu sedang berada di rumah tetangga sebelah tadi, Ayah sempat menyapa mereka yang sedang mengobrol dengan Ibu-ibu yang lain. Biasa ibu-ibu kalau sudah ada tukang sayur pasti mereka lama ngerumpinya!" jelas Ayah.

"Oh gitu ya Yah,"

"Kenapa? Kamu di ganggu makhluk gaib lagi." tanya Ayaku.

"Hem.. Tidak Yah, aku hanya kebingungan mencari ibu tadi." elakku. Aku tahu Ayah pasti tidak mau repot jika aku bercerita tentang hal-hal gaib ini.

"Yasudah Ayah, mau masuk kamar dulu ya."

Aku mengangguk pelan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status