Beranda / Horor / LAILA / KEADAAN RUMAH

Share

KEADAAN RUMAH

Penulis: Bias Sastra
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Entah mengapa, dirumah yang sebesar ini aku merasa sangat-sangat hampa. “Apa karena sepi? atau apa karena sunyi? atau mungkin karena aku masih belum terbiasa dengan suasana rumah ini?”, gumamku dalam hati.

Di rumah ini ada enam ruangan utama, yaitu satu ruang tamu, dua kamar tidur yang ditempati oleh oomku yang terkadang datamg ke rumah ini, satu kamar tidur lagi yang ditempati oleh kami sekeluarga dan satu lagi kamar tidur kosong. Kamar tidur disini begitu besar, hingga kami berempat pun masih terasa lapang.

Di halaman belakang ini terdapat satu pohon beringin yang sangat besar, disamping pohon beringin itu juga terdapat satu ayunan yang jika dilihat pada malam hari menjadi sangat menyeramkan, ayunannya seperti bergoyang-goyang dengan sendirinya karena pada malam pertamaku disana aku mendengar suara ayunan tersebut. Diseberang pohon beringin tersebut, juga terdapat kolam ikan buatan yang berukuran tidak terlalu besar lengkap dengan ikan-ikan hiasnya. Oomku itu ketika hari liburnya selalu memberikan makanan-makanan ikan tersebut dengan pelet ikan yang dibelinya. Sekilas membuat suasana dirumah yang seram ini menjadi berkurang. Tidak sampai disitu saja, jika kita berjalan lagi ke belakang perkarangan ini, kita akan menemukan satu lapangan tennis dan diseberangnya terdapat gudang yang berisi dokumen-dokumen yang tak terpakai lagi.

Dan disamping gudang itu, lagi-lagi aku menemukan sebuah pintu yang dikunci rapat lengkap dengan gembok yang lumayan besar. Tapi aku tidak ingin mencari tahu, apa yang ada di dibalik pintu itu. Oh iya, aku tidak tahu apakah rumah dinas ini termasuk ke dalam kompleks perumahan atau bukan karena sepertinya rumah dinas ini berdiri sendiri tidak seperti komplek-komplek perumahan pada umumnya. Benar, disamping rumah ini juga terdapat rumah-rumah besar lainnya namun dengan pagar yang tinggi-tinggi, tidak seperti dengan rumah ini yang pagarnya pendek padahal rumahnya sangat besar. Dari segi keamanan menurutku ini sangat-sangat kurang. Satpam pun disini tidak ada, padahal lingkungan disini sangat-sangat sepi hampir tidak ada mobil atau motor pun yang melintasi lingkungan ini. Maling pun pasti akan senang berkeliaran di sekitar sini.

Perasaan mengenai suasana di rumah ini yang begitu sunyi, sepi dan juga terkadang terasa hampa. Mungkin karena aku pun sudah mulai terbiasa dengan perasaan-perasaan men-janggal tersebut yang membuat diriku terkadang tidak memikirkannya lagi. 

Fenomena-fenomena yang aneh mulai terjadi di rumah ini. Di mulai ketika Ibuku yang mengeluh bahwa makanan-makanan yang ada di kulkas akhir-akhir ini sering sekali cepat habis, padahal Ibuku sudah menakarnya dengan benar seperti hari-hari biasanya. “La, malam-malam ada orang yang ke dapur nyuri-nyuri makanan gak?” begitulah tanya Ibuku ketika itu. Aku memang orangnya pemakan, tapi untuk mencuri makanan ke dapur apalagi pada malam hari, aku tidak seberani itu. Pada malam kedua setelah fenomena aneh itu terjadi, aku mendengar suara-suara antara sendok dan piring yang saling bergesekan di dapur. Mungkin hanya aku sendiri saja yang mendengar hal tersebut, karena tempat tidurku lah yang paling dekat arahnya dari dapur. Sedangkan tempat tidur oomku, Ibu dan Ayahku berada di pojokkan dekat jendela luar.

Pada malam itu aku tidak dapat menggerakan anggota tubuhku sedikitpun bahkan melontarkan suara untuk memberitahukan kepada orang tuaku saja tidak bisa, semakin takutnya diriku karena mendengar suara-suara aneh tersebut. Namun aku mencoba untuk meyakinkan diriku sendiri sembari menundukan kepalaku ke bantal dan selimut dalam-dalam, “Palingan cuma kucing..”  begitulah gumamku.

Lalu terlintas di kepalaku kembali, “Oh iya, mungkin si oom yang ambil makanan ke dapur..” dan ketika itu aku sedikit tenang yang pada akhirnya berujung pada ketiduran.

Besok paginya, barulah aku menceritakan hal tersebut kepada Ibuku, “Bu.. mungkin si oom kali yang ngambil-ngambil makanan di dapur. Soalnya kemarin malam juga, aku dengar oom ngambil makanan ke dapur..” Ekspresi wajah Ibuku tak yang seperti aku harapkan, Ibuku terheran seketika aku menceritakan hal tersebut. 

“Mana ada.. oom aja udah dua hari ini gak pulang.. kan oom lagi ada rapat di kantornya..” Seketika, bulu kuduk yang ada pada leherku langsung merinding mendengar pernyataan Ibuku tersebut. 

“Lalu.. siapa dong? masa iya kucing bisa ngelakuin hal kayak gitu?” Aku yang biasanya melihat bunga seorang diri di halaman perkarangan belakang rumah itu, hari ini aku tidak berani untuk kesana. Mungkin, aku tidak akan berani lagi seterusnya untuk kesana.

Siang-siangnya aku dikejutkan dengan suara teriakan Ibu yang mengatakan bahwa barusan Ibuku melihat seseorang berlari ke arah dapur belakang. Sontak, Ayahku langsung mengecek ke dapur belakang itu sembari aku mengikuti Ayahku dari belakang dengan gugupnya serta jantung yang berdebar-debar tidak karuan. “Maling kah? atau jangan-jangan makhluk itu lagi?” pikiranku juga tidak karuan pada saat itu. “Oi! Sia tu! Kalua ang!” lantas bahasa minang papaku pun pada saat itu keluar, yang artinya adalah “siapa itu? keluar kamu!” begitulah halusnya.

Lalu keluar lah seseorang itu dari tempat persembunyiannya, di bawah kolong meja sembari mengatakan, “Ko Jarwo om..” yang artinya “Ini Jarwo om..”. Rasa gugup dan cemas pun pada saat itu menjadi luntur lalu muncul lah perasaan lega sekaligus kesal karena ulah si Jarwo ini. Ya, Jarwo adalah sepupu laki-lakiku yang lumayan dekat denganku waktu rumahku masih di pinggiran kota. Walau umur dan posturnya lebih besar tiga tahun dariku namun tingkahnya masih seperti anak-anak karena keterbelakangan mental yang dia miliki. Ya, dia waktu kecil mendapatkan penyakit “step” yang membuat cara berpikirnya lebih lambat dari anak-anak lainnya. kamu wo.., ya asal jadi aja kerja kamu ndak.." ucap Ayahku dengan nada kesal. Setelah itu kami pun langsung meng-introgasi kan bang Jarwo itu di ruang tamu.

Lewat mana kamu masuk wo?" Lalu Jarwo menjelaskan bahwa dia masuk memanjat ke atap rumah lalu melompat ke ruangan belakang (ruangan di dapur belakang yang terkunci pintunya itu oleh gembok) yang terbuka tidak ada atapnya tersebut.

Dari situlah dia turun lalu mengotak-atik kunci pintu hingga terbuka. Lalu Ayahku bertanya kembali, “sudah berapa lama disini wo?"

“udah seminggu om.”  jawabnya. 

Lantas terpecahkan lah teka-teki mengapa sambal di rumah akhir-akhir ini sering habis dan siapa kah orang yang menggesek-gesekkan sendok ke piring pada malam hari sebelumnya. Ya, siapa lagi kalau bukan Jarwo. Tapi anehnya, kenapa Ibuku pada saat itu tidak sadar bahwa ada orang yang membobol pintu ruangan belakang? mengingat pintu tersebut digembok dari dalam, tidak mungkin si Jarwo bisa membukanya tanpa mendobraknya. Atau mungkin, Jarwo memulai aksinya tersebut ketika mamaku pergi ke pasar ya? Bisa saja iya. Dan dengan begitu, berakhir lah misteri mengenai fenomena-fenomena aneh yang terjadi di rumah ini beberapa hari belakangan ini.

Tapi.. tunggu dulu! berakhir? bukan, ini bukanlah akhir.

Melainkan awal, awal dari segala mimpi-mimpi buruk itu dimulai..

Bab terkait

  • LAILA   POHON BELAKANG RUMAH

    Sehari setelah kasus kejadian tamu yang tak diundang itu selesai, Ayahku pada akhirnya memaafkan apa yang bang Jarwo perbuat dan tidak ingin memperpanjang masalah lagi, karena Ayah pun sama-sama mengerti bagaimana kondisi bang Jarwo tersebut.Apalagi bang Jarwo itu sudah cukup dekat dengan kami sewaktu kami masih tinggal di pinggiran kota, ya walaupun aku dan bang Jarwo sering bertengkar untuk masalah-masalah sepele. Karena seperti yang aku bilang tadi, bang Jarwo walau umur dan postur badannya besar namun pikirannya masih lah seperti anak-anak karena penyakit “step” nya tersebut. Bang Jarwo adalah sepupu laki-laki dari adik Ayahku, dia sering membuat masalah di lingkungan rumahnya bahkan orangtua nya saja sudah angkat tangan melihat perilakunya.Kerjanya di rumah hanya lah tidur-tiduran saja seharian, di suruh sekolah tidak mau, di suruh kerja di bengkel nya sendiri pun juga tidak mau. Tapi, siapa sangka dia sangat ahli dalam urusan pekerjaan bengkel

  • LAILA   LANGKAH KAKI MALAM HARI

    Ke esokan harinya bang Jarwo pun pamit untuk pulang ke rumahnya yang berada di pinggiran kota, tidak jauh dari rumah lama kami. Dan aku pun kembali kepada aktifitasku biasanya yaitu sekolah, pulang, namun pada kali ini aku sangat mengurangi jatahku untuk bermain di halaman belakang sejak kejadian waktu itu. Rasanya rumah ini sungguh terasa asing bagiku sekarang, atau karena aku saja yang terlalu panaroid ya? memang, aku bisa dikatakan sebagai anak yang paling penakut di keluarga ini. Nonton film horror saja, bisa tidak tidur semalaman.Jadi, aku lebih menyibukkan diriku untuk melukis di kanvas pada waktu itu. Ketika aku melukis ini, memang pikiranku akan hal-hal yang membuatku takut sedikit terlupakan. Namun itu hanya bersifat sementara, karena ketika malam telah tiba semua pikiran-pikiran liarku mengenai ruangan yang terkunci itu kembali meluap. Gelisah tak tentu arah, mencoba untuk tidur pun aku tidak bisa karena pikiranku yang selalu mengingat akan hal-hal yang menak

  • LAILA   MENCARI JAWABAN

    Hari ini aku bertekat untuk menceritakan kejadian semalam kepada orang tuaku. Namun tekatku terpaksa harus aku buang jauh-jauh ketika aku mendengarkan sebuah cerita dari teman kelasku ketika mereka bercerita mengenai hantu. Ketika aku sedang ber-istirahat di kelas aku melihat segerombolan anak kelas itu mulai membuat geng mereka sendiri dan memulai percakapan mereka seperti biasanya. Mereka memang sudah biasa membuat geng untuk membicarakan hal-hal yang tidak penting itu, seperti menggosipkan guru-guru tertentu, membicarakan gadis yang mereka suka, atau sekedar membicarakan apa yang mereka tonton semalam. Aku yang memang terkenal sebagai anak yang pendiam tidak terlalu menghiraukan mereka, aku duduk di pojokkan belakang sembari memainkan kertas lipat yang aku buat secara acak dan terkadang aku juga mencuri-curi apa yang mereka bicarakan. Ya, itu pun jika ada hal yang membuatku tertarik. "Oi, kemarin aku sama si Alber kan pergi main kerumah si Faja

  • LAILA   KELABU SETIAP MALAM

    Aku pun sedikit bingung dengan apa yang Khalil jelaskan, tingkat spiritual? apa itu? aku sama sekali tidak mengerti sedikitpun. “Singkatnya, tingkat spiritual itu adalah tingkat kepekaan kita terhadap sesuatu La, mungkin bisa diibaratkan seperti itu.” lalu Khalil menambahkan penjelasannya kembali, “Dan lagi, jika pancaran aura orang tersebut banyak jahatnya, hantu yang datang untuk menampakkan diri kepadanya bisa-bisa mencelakai dia La. Jadi, hantu itu menampakkan dirinya kepada orang-orang tertentu saja. Kalau tingkat spiritualmu rendah, tapi pancaran auramu jahat maka hantu bisa menampakkan dirinya dan bisa mencelakai kamu. Tapi kalau pancaran auramu biasa-biasa saja, ya paling cuma ditakut-takuti saja La.” Aku pun sudah mulai paham mengenai apa yang Khalil sampaikan, tapi aku masih belum mendapatkan jawaban dari Khalil mengenai kenapa ketika bang Jarwo masih ada dirumah itu, mereka tidak menampakkan dirinya? “Tapi lil, aku masih belum mengerti kenapa ketika sepupuku itu m

  • LAILA   LEBAH JADI JADIAN

    Malam itu aku pun dibawa oleh keluargaku ke tempat tukang pijat yang tempatnya tidak jauh berada di belakang gang sekolahku. Sesampainya di sana aku pun menunggu antrian giliranku, malam itu jarum jam sudah menunjukkan ke angka setengah sepuluh namun orang yang mengantri untuk dipijit pun masih cukup ramai. Aku pun duduk bersama orang-orang yang mengantri itu sembari menahan rasa sakit yang tak tertahan ini. Kakiku pada saat itu rasanya benar-benar panas sekaligus sangat sakit untuk digerakkan, ditambah lagi bengkaknya yang semakin menjadi-jadi, membuatku semakin cemas. Belum sampai antrianku dipanggil, tiba-tiba orang yang duduk disampingku menanyakan mengenai kakiku itu, “Nak.. kenapa kakinya kok bisa sebengkak itu?” tanya kakek yang sudah ber-umur ini. “Ini kek.. digigit sama lebah barusan..” jawabku sembari menahan rasa sakit yang menyengat ini. “Pasti lebah jadi-jadian ya nak?” ucap kakek itu, mendengar perkataannya aku hanya bisa terdiam

  • LAILA   TEKA-TEKI DAMAR

    Sesampainya di sekolah, aku pun langsung berjalan menuju ke kelas dengan cepatnya sembari melihat ke arah kanan dan ke kiri, “mana Khalil? belum datang ya kayaknya..” tanyaku dalam hati. Melihat Khalil yang ternyata belum datang, aku pun mengambil posisi dudukku sembari menunggu kedatangan Khalil tersebut. Menit demi menit pun berlalu sampai bel sekolah pun berbunyi yang pertanda bahwa mata pelajaran pertama akan segera dimulai. “Lah, gak biasanya Khalil terlambat seperti ini..” risauku. Lalu aku pun berbisik kepada sahabatku yang duduk disampingku, “eh Ra, tumben Khalil telat ya?” tanyaku. “Telat? gak lah La, dia kan udah beberapa hari ini gak hadir..” aku pun terkejut mendengar pernyataan dari anak kelasku itu. “Waktu kamu gak sekolah, dia juga udah gak sekolah hari itu La..” tambahnya lagi. “Kira-kira kenapa ya si Khalil gak sekolah?” tanyaku guna memastikan bahwa Khalil baik-baik saja. “Guru sih bilang sakitnya kamb

  • LAILA   KEMANA KAMU SEBENARNYA?

    Paginya aku pun pergi ke sekolah seperti biasanya dan hari ini pun aku masih berharap bahwa Damar sudah selesai dari urusan yang sedang dijalaninya itu. Tapi sayangnya harapan hanyalah sekedar harap, hari ini pun Damar belum menampakkan batang hidungnya di sekolah ini, padahal aku ingin menanyakan maksud dari gambar-gambarnya tersebut.Pernah terpintas di benakku, apa jadinya jika aku memberitahukan teka-teki ini kepada si Khalil? Khalil merupakan anak kelasku yang cukup dekat dengan Damar karena ia duduk se-meja dengannya, dan dia pun terkenal di sekolah ini sebagai pemecah teka-teki terbaik. Karena dia sering sekali memecahkan teka-teki kuis-kuis soal yang diberikan oleh guru, mungkin dia juga bisa memecahkan teka-teki gambar yang menyeramkan ini. Tapi aku urungkan niatku untuk itu, karena aku tidak tahu bahaya apa yang akan menghampiri Khalil nanti jika sampai dia tahu mengenai gambar-gambar menyeramkan ini. Terpaksa harus aku yang memecahkannya sendirian, karena mun

  • LAILA   SUSTER

    Sebenarnya bukan hanya itu saja yang membuat bulu kudukku merinding, awal kedatanganku ke puskesmas ini saja sudah membuat bulu kudukku tegak satu per satu. Pasalnya suasana yang ada di puskesmas dan lingkungan ini sama sepinya dengan suasana yang ada pada lingkungan rumahku, mungkin karena masih satu daerah kali ya? pikirku saat itu. Dan lagi hanya ada beberapa perawat saja yang ada di puskesmas ini padahal puskesmas ini tergolong besar dan juga bertingkat. “Menurutku suasana disini lebih menyeramkan daripada yang ada dirumahku saat ini.”ketika aku dan keluargaku menunggu diruang tunggu, aku pun tanpa sengaja mendengar percakapan antara kedua perawat yang sedang bertugas ini,“Eh sis, dua hari yang lalu aku kan shift malam sama si yusuf. Tau gak kami dilantai atas kemarin melihat bayangan orang yang lagi lari-lari! Padahal dilantai atas gak ada orang kan.”cerita salah satu perawat sambil berbisik kepada temannya.

Bab terbaru

  • LAILA   KEMBALINYA SOSOK YANG HILANG

    Di balas dengan amarah oleh Yasi, " Aku menemukan Embun saat diperintah Ken alias Igo mencari penolongnya Ago. Saat aku di depan rumah Ago aku mendapati Embun yang pingsan dengan luka kecil di kepalanya. Tetangga Ago bilang karena benturan saat Embun jatuh. Saat tetangga Ago membawa Embun ke rumah sakit, aku pergi mengabari Igo. Dan di rumah sakit kami diberitahu Embun tewas dengan alasan gegar Otak oleh pihak rumah sakit. Kami yang ingin menjenguknya dengan rasa tepukul harus membawa jasadnya untuk dikuburkan... ... Kami juga mendengar penjelasan tetangga Ago bahwa Ago menyumbangkan tubuhnya sebagai penelitian di rumah sakit itu, Igo meminta mengambil jasad Ago. Karena saat itu Igo bekerja di kepolisian, kami diizinkan... ...Ketika kami bawa tubuh Ago dan Embun, mereka sama-sama mempunyai berat badan yang ringan. Aku memeriksa keadaan tubuh Embun dan ternyata penuh jahitan. Kami yakini organ tubuh Embun diambil. Igo mendatangi rumah sakit dengan amarah, tapi pihak r

  • LAILA   KEBAIKAN DI BALAS KEJAHATAN

    Sebelum di bawa ke markas polisi, Igo meminta untuk menjenguk seseorang yang penting dalam hidupnya. Mengira Igo akan menunjukan Bos yang memerintahkan membunuh, Polisi lalu menyetujuinya. Indi juga di bawa sebagai saksi. Mobil polisi yang membawa Igk dan Indi berhenti dipemakaman. Polisi kaget. Tapi karena sudah terlanjur. Lalu membiarkan Igo melihat orang penting baginya. Igo berjalan duluan dengan tangan diborgol. Indi meminta izin berada di samping Igo pada polisi, "Dia sudah diborgol dan anda mengawasinya. Tidak apa jika saya ada didekatnya. Saya ingin menanyakan beberapa hal kenapa dia tega menyakiti saya."Kedua polisi berdiskusi dan memperbolehkan Indi dengan alasan memudahkan mereka menggali informasi dari Igo. Indi lalu berjalan di samping Igo. Mereka dikawal dua polisi bersenjata di belakang. Mereka lalu mendatangi dua makam yang saling berdampingan. Indi kaget melihat nama pada papan nisan, dia lalu mendekati Igo dan bertanya pelan ke Igo, "Ago

  • LAILA   KEBAIKAN DI BALAS KEJAHATAN

    Sebelum di bawa ke markas polisi, Igo meminta untuk menjenguk seseorang yang penting dalam hidupnya. Mengira Igo akan menunjukan Bos yang memerintahkan membunuh, Polisi lalu menyetujuinya. Indi juga di bawa sebagai saksi. Mobil polisi yang membawa Igk dan Indi berhenti dipemakaman. Polisi kaget. Tapi karena sudah terlanjur. Lalu membiarkan Igo melihat orang penting baginya. Igo berjalan duluan dengan tangan diborgol. Indi meminta izin berada di samping Igo pada polisi, "Dia sudah diborgol dan anda mengawasinya. Tidak apa jika saya ada didekatnya. Saya ingin menanyakan beberapa hal kenapa dia tega menyakiti saya."Kedua polisi berdiskusi dan memperbolehkan Indi dengan alasan memudahkan mereka menggali informasi dari Igo. Indi lalu berjalan di samping Igo. Mereka dikawal dua polisi bersenjata di belakang. Mereka lalu mendatangi dua makam yang saling berdampingan. Indi kaget melihat nama pada papan nisan, dia lalu mendekati Igo dan bertanya pelan ke Igo, "Ago

  • LAILA   RUANG KEMATIAN

    Senyuman Indi hilang seketika, saat menyadari Igo fokus mengawasi ruangan yang terdapat Aliya di sana. Saat Indi ingin marah, Igo bicara yang membuat Indi ketakutan, "Aku ingin memasak untuk Aliya jadi aku membutuhkanmu!" Sambil melihat tubuh Indi.Hal itu membuat Indi jatuh dari kursi karena kaget. Sambil ngesot menjauhi Igo yang mendekatinya, Indu bicara, "Kamu ingin memasak tubuhku untuk kamu hidangkan ke Aliya! Kejam." Ucapnya sambil menangis.Igo mengulurkan tangannya ke arah Indi yang duduk terpojok, "Kamu kebanyakan baca Creepy horror di grup facebook atau di buku, jadi berpikiran ngeri mulu!"Mendengar itu Indi tercengang. Sambil menyambut tangan Igo dan berdiri, Indi bertanya, "Kamu tahu dari mana, aku member grup itu?"Igo kembali ke tempat duduknya dan menjawab, "Aku satu grup denganmu. Saat kamu mengomentari cerita di sana dan melihat fotomu, aku tertarik dan mencari tahu semua tentangmu!"Takut dirasakan Indi karena telah dimata-matai tapi dia

  • LAILA   MELAWAN TAKDIR YANG DII GARISKAN

    Saat Igo menyeret tubuh ketiga pria yang tergeletak, Indi dengan wajah cemas mencegahnya. Indi memegang tangan Igo yang terluka karena digunakan untuk melindungi wajah saat dipukuli tadi, "Bagaimana bisa kamu membunuh mereka tanpa senjata apapun?"Igo melihat ke arah Indi, "Saat mereka memukuliku, aku menggunakan jariku untuk mematahkan tulang rusuk mereka hingga menusuk paru-parunya."Mendengar itu, Indi melepaskan tangan Igo. Lalu Igo membuang tubuh ketiga pria satu persatu ke jurang samping jalan.Hal itu kemudian dikomentari Indi kembali, "Kamu membuat kematian mereka seakan-akan karena kecelakaan?"Igo menghampiri Indi yang terlihat berkeringat karena takut, "Mulut mereka tercium bau Alkohol. Anggap saja mereka berjalan dalam keadaan mabuk sehingga terjatuh ke jurang. Artinya mereka yang mencelakai diri mereka sendiri!"Indi gemetar, "Aku akan menganggapnya begitu. Tapi kamu memang cowok baik karena telah menyelamatkanku dengan mengalahkan pria jahat itu.

  • LAILA   KUBURAN KOSONG

    Suasana kamar yang terang tiba-tiba gelap saat siang hari membuat Aliya dan Indi cemas. Mereka secara bersamaan melihat ke arah Igo. Terlihat Igo sudah terbangun dan tubuhnya menghalangi cahaya matahari di Jendela. Aliya segera berdiri dan bergegas pergi ke luar untuk pulang. Melihat itu, Igo berusaha beranjak dari tempat tidur untuk mengejar Aliya. Tapi dia justru ambruk dan terjatuh di lantai. Dengan sigap Indi menghampiri Igo, "Kamu belum pulih Igo!" Ucap Indi sambil membantu Igo berdiri.Igo sambil memegangi kepalanya yang pusing bicara, "Aku membutuhkan Aliya!"Tentu itu membuat Indi kesal, "Jadi kamu tidak membutuhkanku lagi?"Igo menjawabnya, "Aku tidak butuh kamu!"Seketika ucapan Igo membuat Indi benar-benar terpukul. Indi tetap membantu Igo hingga duduk di kasur kembali. Melihat ada yang aneh pada Indi, Igo mengomentarinya, "Kenapa kamu sesegukan kayak gitu? Abis nangis ya!"Indi senang Igo memperhatikannya dan kembali tersenyum, "Iya, aku me

  • LAILA   UNTUK YANG TERSAYANG

    Setelah melihat foto korban yang tewas, perasaan Indi lega karena bukan Igo, tapi dia mulai cemas yang tewas adalah pelaku pencuri Hpnya dan sekarang Hp yang dicuri berada di Igo. Indi mengira kematian pencuri itu ada hubungannya dengan Igo. Dengan perasaan takut Indi bicara kepada yang telah menunjukan foto itu, "Terima kasih infonya pak!"Kemudian memerintahkan supir taksi yang dia tumpangi, "Lanjutkan jalan pak!"Indi ingin cepat sampai di rumahnya, tidak ingin Igo yang berbahaya mencegatnya di tengah perjalanan.Saat sampai di depan rumah Indi terkejut melihat Igo yang lagi bersama Aliya. Bukannya takut, Indi justru cemburu. Dia menghampiri Igo dan Aliya, "Kenapa kalian pamer hubungan kalian di rumahku!" Ucap Indi sambil menangis.Igo menjawabnya, "Aku bawa Aliya untuk mengobati luka di tanganmu!"Indi yang kesal membalasnya, "Tidak perlu! Lukaku sudah aku basuh dengan air mataku yang harus keluar gara-gara melihat kalian berdua." Ucapannya mencoba men

  • LAILA   SEMAKIN TEROBSESI

    Indi lalu diantar ke kampus oleh Raka. Dalam perjalanan dia curhat, "Pemuda yang ku maksud namanya Igo. Dia dulu pernah ngejar-ngejar aku. Puncaknya dia menyalamatkanku dari kematian. Berkali-kali. Membuatku mulai menyukainya. Tapi semenjak itu, dia juga tidak menyukaiku. Kemungkinan dia pergi karena tahu ada kamu yang mengantarku ke kampus. Sekarang dia pasti kembali ke tempat Aliya. Itu membuatku marah." Raka menanggapinya, "Meskipun kamu kecewa. Bukan berarti harus menyakiti dirimu sendiri."Justru Indi yang kesal diperhatikan, "Itu urusanku. Seterah aku." Sesampainya di kampus. Indi langsung menemui Lin. Bukan bicarain tentang nasibnya di kampus tapi justru tentang pekerjaan untuk Igo, "Aku bawa surat lamaran kerja Igo!"Lin tentu kaget melihat keadaan sahabatnya, "Kenapa tanganmu terluka dan kenapa pakaianmu kotor?"Indi menjawabnya dengan senyuman, "Kamu tidak usah pedulikan aku!" Lin terlihat kesal, "Ini pasti gara-gara Igo!"Tiba-tiba pons

  • LAILA   PENGHALANG TAK HABIS

    Melihat Indi duduk lemas sambil menangis di hadapan meja makan, ibu Igo bertanya, "Masakanmu enak, kenapa menangis?"Indi menjawab dengan nada lemah seperti tidak bersemangat, "Cuma sakit mata kok, tante. Saya pamit pulang."Ketika Indi berdiri dan ingin pergi, ayah Igo berdiri di hadapannya, "Kamu menginap di sini lagikan, entar malam!"Sambil memaksakan tersenyum, Indi menjawab, "Sepertinya tidak om. Makasih udah izinin saya menginap." Kemudian Indi melewati ayah Igo. Di dalam perjalanan, Indi membaca kembali surat dari Aga, "Aku lagi ke rumah Aliya. Jadi gak bisa antar kamu. Pulanglah sendiri."Indi meremas suratnya dengan kesal, "Jika kamu suka Aliya. Kenapa tidak biarkan aku mati saja waktu itu. Igo!!!" Teriak Indi. Tiba-tiba dia menabrak sesuatu. Membuat langkahnya terhenti. Terlihat kerumunan warga di depannya. Dengan emosi, Indi marah-marah, "Sudah cukup Aliya menghalangiku mendapatkan Igo. Sekarang jalanku pulang juga dihalangi. Grrr," Wa

DMCA.com Protection Status