Share

Bab. 19. Siapa Yang Keguguran?

"Bantu aamiinin, dong, Bu."

"Aamiiin satu juta kali." Bu Siah mengangkat kedua tangannya seperti orang yang sedang bermunajat.

"Pamit dulu, Bu. Assalamu'alaikum." Aku langsung keluar rumah meninggalkan Bu Siah, ART yang sudah lebih dari sepuluh tahun bekerja di rumahku.

"Rapi amat, Pak Dokter." Setelah Bu Siah, giliran Dokter Farid meledekku.

"Ayo, lekas! Jangan sampai ketinggalan kapal lagi." Aku memerintah seperti bos. Jika ledekannya ditanggapi akan panjang pembahasan.

Dokter Farid terkekeh lalu menghidupkan mesin mobil dan siap menuju pelabuhan.

Berkali-kali aku menatap pada spion tengah mobil untuk memastikan wajahku tak pucat sebab grogi.

Banyak bahan obrolan yang kami tuntaskan sepanjang perjalanan hingga mobil memasuki area pelabuhan. Seperti kemarin, aku ke loket membeli tiket untuk satu orang lalu mengambil posisi di ruang tunggu.

"Hati-hati di jalan, Dok. Jangan lupa, pulangnya bawa bidadari." Dokter Farid pamit setelah memastikan aku sudah memiliki tiket.

"Ok. Thanks, Do
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status