“Laila hentikan!!” teriak Ari.Dia menari seperti orang kesurupan, terdengar suara gong dan gamelan dengan nada yang indah. Tiba-tiba Laila lupa jati dirinya sendiri, dia melentikkan jari-jarinya. Matanya yang indah menjadi tajam.“Laila, sadarlah.” Ucap Aryan. Namun, namanya sudah terpengaruh oleh bisikan setan, dia tidak akan mendengarkan ucapan Aryan. Hanya dengan kekuatan Aryan, dia akan sadar. Saat Laila menari ada beberapa sosok mendekatinya, makhluk gaib yang menakutkan. Wajahnya penuh dengan nanah, darah, tangannya yang tak komplit. Mereka mengikuti tarian Laila. “Aryan, apa yang harus kita lakukan?” tanya Ari.“Sebentar, aku coba memberikan energi positif dulu padanya.” Jawab Aryan. Aryan melakukan penguncian udara, agar makhluk gaib itu tidak pergi dan bisa di batasi yang akan masuk. Kedua tangannya terbuka lebar, lalu di hentak kan ke tanah sehingga membentuk sebuah lubang besar di dalam gubuk tersebut. Lantai di kamar tersebut hancur berantakan, sehingga memb
“Apa yang kamu lakukan di sini?”Ari menatap tajam ke arah makhluk menyeramkan dan menjijikkan itu. Tubuhnya berlumuran lendir hitam, matanya merah menyala, dan mulutnya menyeringai lebar dengan deretan gigi tajam yang seakan siap mencabik mangsanya. Ari mencengkeram tinjunya erat. Dia tahu betul siapa makhluk itu.“Ha-ha, apa kamu takut padaku?” suara makhluk itu menggema, seperti berasal dari banyak arah sekaligus.Ari berdiri tegak, berusaha tetap tenang meskipun tubuhnya mulai gemetar. Dia takut, tentu saja. Namun, dia tidak boleh memperlihatkan ketakutannya. Jika dia menunjukkan kelemahan, itu akan semakin berkuasa.“Hei, kamu makhluk rendahan! Bagaimana aku bisa takut dengan makhluk buruk sepertimu?” Ari berkata dengan suara lantang, meskipun di dalam hatinya ada ketakutan yang membuncah.Dika—atau apa pun dia sekarang—tertawa. Suaranya menyerupai tawa manusia, tetapi dengan nada yang begitu mengerikan hingga membuat bulu kuduk berdiri.“Kamu masih sama keras kepalanya seperti
Walaupun Dika kalah, Ari dan Aryan tahu, dia akan kembali. Kekuatan Dika itu sudah hampir sempurna. “Ari, bagaimana Laila?” Aryan ingat Laila yang masih terbaring. “Oh, iya. Sebentar, “ Ari menuju Laila yang terbaring. Terlihat matanya yang sudah kembali seperti semula, tidak menatap tajam ke arah mereka. Laila pun bangkit dari tidurnya, menatap Aryan dan Ari. “Kenapa kalian menatapku seperti itu?” tanya Laila bingung. “Hem, maukah kau menari lagi?” canda Ari. Pletuk!Kepala Ari di sentil oleh Aryan, sedangkan dia tertawa terbahak-bahak, “dasar, geblek!”Mereka melanjutkan perjalanan kembali, saat ini mereka butuh istirahat. Aryan yang tampak lelah, butuh sedikit untuk mengembalikan tenaganya yang terkuras. “Aryan, kita istirahat di situ saja!” seru Ari.Mereka melihat rumah yang di tunjuk oleh Ari, tampak rumah itu ada cahaya. Artinya ada penghuninya. Rumah di tengah-tengah desa yang seram dan curam namun, masih ada harapan jika itu manusia normal. “Kita masuk ke da
Aryan bingung kenapa makhluk itu menginginkan tubuh mereka berdua, suara lolongan anjing terdengar sangat menakutkan. Pertanda makhluk gaib sedang berkumpul, Meskipun sedang di kepung oleh makhluk gaib, dia mencoba tidak panik. “Ari, ayo sadar.” ucap Aryan.“Lailaaa ... bangun.” Aryan terus menyadarkan mereka agar, bisa bergerak cepat. Tak lama Ari pun membuka matanya, dia kembali berdiri. “Maafkan aku Aryan.” Ucapnya.“Sudahlah, kita harus keluar dari sini!” serunya.Sekelebat bayangan berwarna hitam melintasi mereka, lalu kain putih melayang-layang di udara. Aryan tahu, itu adalah kain kafan wasiat yang berada di peti kecil tersebut. Mereka dalam pengaruh Dika, agar bisa menjatuhkan Aryan dan membawa masuk ke dalam. Semua arwah yang berada di dalam peti tersebut keluar sambil meronta-ronta. Mereka masih dalam genggaman tangan Dika. “Aryan, hati-hati,” ucap Ari. “Iya tenang saja.”Meskipun Aryan tahu namun, dia akan mencoba pura-pura masuk ke dalam peti itu. Ari bin
Peti kecil itu mendarat di hadapannya, saat itu juga keluar sebuah cahaya terang dari dalam tersebut. Laila menunggu apa yang akan terjadi, sedangkan Zian sudah bersiaga. “Apalagi ini?” tanya Ari. Klekk! Pintu peti itu terbuka, perlahan tampak sedikit sebuah tangan keluar ke permukaan. Dengan wajah yang tegang, mereka menunggu dan hanya menunggu.Aakkhhh!!! Suara orang kesakitan terdengar dari luar, dalam peti itu tiba-tiba berhamburan darah dan potongan-potongan tubuh.Dhuaarrr!!!Bugkkhh ... buggkhhh.“Astaga apa yang terjadi dengan Aryan?” tanya Laila. Sambil melihat potongan-potongan tubuh yang berantakan, dia berlari kecil melihatnya memperhatikan tubuh siapa yang ada di luar tersebut. “Akhh. Ari! Dia kan nenek kita.” Ucap Laila.Ari menghampirinya, lalu memperhatikan wajahnya. Dia hanya memperhatikan bentuk wajahnya, tidak ada reaksi sedikit pun.Tak lama wajah yang dikatakan Laila mirip dengan neneknya, berubah menyerupai iblis yang bertanduk dan wajahnya menyera
“Bangsaat!!” “Ha-ha –ha-ha ...” Tawa seorang pria dengan wajah beringasnya, dia menertawakan Laila dan Ari. Mereka kaget kenapa manusia ini ada di sekitar mereka. Laila masih mencoba menolong Ari, walaupun dia tampak kesal sekali. Pria tersebut mencoba menggagalkan Laila saat hampir mendapatkan tangan Ari. Dia menghalangi dengan cara, menarik akar pohon tadi. “Ha-ha-ha, kasihan sekali ya.” Ucapnya. “Diam kau!!” geram Laila. Buugkhhh!!! Laila mendapatkan pukulan dadakan sehingga dia terjatuh dari pohon tersebut. Duugkkh!!“Aaakhh, sialan!!” umpat Laila. Belum sempat berdiri sebuah pukulan mendarat kembali. Akhirnya Laila di lumpuhkan oleh pria beringas itu. Mulut Laila mengeluarkan darah segar, membuat dia tidak bisa menahan sakit di dadanya. Rasa panas di dalam dadanya, membakar lehernya sehingga wajah Laila menjadi merah. Sedangkan Ari hampir tenggelam, pria tersebut semakin mengila. “Ha-ha-ha-ha ...” “Brengsek kau Remon!!!” teriak Ari. “Apa? Aku brengsek?
Tampak wajah mereka sangat pucat, sedang memperhatikan Ari yang sejak tadi hanya diam mematung. Namun, bapak yang punya rumah tersebut mendekati Ari.“Mana temannya?” tanya bapak itu. “Oh, iya sebentar pak.” Ari bergegas memanggil Laila.Ari masih dengan pemikirannya, dia merasa kalau yang berada di dalam ini bukan manusia. Setelah sampai di depan kamar Laila dia menyampaikan apa yang di lihatnya. “Laila, kita harus pergi dari sini.” Ucap Ari.“Eh, kenapa?” tanya Laila.Tanpa menjawab Ari menarik tangan Laila, sedangkan Zian tak kelihatan keberadaannya. Sampai di depan pintu, mereka di dekati oleh pemilik rumah itu. “Kalian mau ke mana?” tanyanya. “Oh, ini pak mau cari adik kami,” jawab Ari. “Dia sudah di meja makan.” Jelasnya.Ari terdiam, kenapa tiba-tiba Zian sudah berada di sana, pikir Ari. Dalam kebingungan dia dikejutkan dengan teguran dari Laila. Laila segera mengajak Ari ke meja makan, mau tidak mau dia mengikuti apa yang di katakannya. Sampai di meja makan, Lai
“Cahaya langit!!!” Sebuah cahaya keluar dari pedang yang sedang di layangkan ke udara, pak tua tersebut kaget. Tiba-tiba pak tua tersebut menghentikan kegiatannya dan serangannya. “Maaf Den, kamu Aryan?“ tanya pak tua.Laila dan Ari kaget, ketika pak tua itu mengenalnya. Mereka menunggu kelanjutan dari pak tua itu. Tak di sangka pak tua itu berlutut di depan Zian. “Maafkan saya Den,” ucapnya sambil menundukkan kepalanya. “Ya sudah, bangunlah pak!” seru Zian.Dia pun bangkit dan berdiri di belakan Zian. Seolah-olah dia adalah pengawalnya, lalu Laila bertanya, “Zian, siapa dia?” Zian hanya menarik nafas panjang, tidak menjawabnya, justru meninggalkan Laila.“Aduh, ini kalau dia bukan Aryan, sudah aku ketok kepalanya.” Ujar Ari.“Sabarlah, tidak usah di balas namanya juga bocah.” Ucap Laila. Ketika pak tua itu membuka pintu untuk Zian, mereka sangat terkejut. Di depan sudah berdiri kawanan serigala yang datang entah dari mana. Sementara Zian hanya tersenyum sinis dengan he
Mereka akhirnya masuk ke padepokan, Aryan mengikutinya dari belakang. Laila pun berlari mencari tempat persembunyian. Sebuah badai pasir datang menerjang, mereka berlari secepat kilat. Namun, badai itu tidak bisa di hentikan. Aryan pun membuat perlindungan kepada mereka, dia mencoba melindungi dengan sebuah jurusnya. “Cepat kalian masuk ke gelembung itu!!” seru Aryan.Semua pun ikut berlari segera berlindung, saat badai itu selesai tampaklah wujud asli dari badai tadi. Seekor ular derik raksasa, membuat mereka semakin takut menghadapinya. Karena ular ini memiliki bisa lewat ekornya. “Bagaimana ini Aryan? Aku belum pernah menghadapinya,” tanya Laila.“Kamu tenang saja, kita cari cara menghabisinya.” Jawab Aryan. Aryan pun memperhatikan gerak –geriknya ular tersebut, dia mencoba melindungi mereka. Dengan keluar dari gelembung tersebut, dia melompat ke udara. Ular itu mengejar Aryan, dengan sengaja Aryan menjauh dari tempat tersebut, dia baru ingat ular itu takut dengan api.S
Berhenti!!Aryan melihat siapa yang menghadangnya, orang yang dia kenal. Rasa tak percaya karena di hadapannya sahabatnya sendiri. Kematiannya di saksikan oleh kedua matanya. Hari ini tampak segar bugar namun, dia ingat kalau sewaktu-waktu itu akan terjadi. Dunia yang sedang dia hadapi adalah dua alam. Alam gaib dan alam nyata, mau tidak percaya itu yang sedang di hadapinya. “Ari,” nafas yang di tahan oleh Laila.Tatapan tajam Ari tak mampu untuk dilawan oleh Laila, akhirnya dia menunduk. Sedangkan Aryan berusaha mendekatinya, “kau Ari? Atau iblis yang menyamar?“ “Ha-ha-ha-ha ... Aryan dengar ya. Dunia ini bisa saja aku ubah. Kau tak percaya ini aku?“ Ari bertanya. “Dari caramu bicara sudah cukup atas jawaban aku.”Aryan mundur dan bersiap untuk menghadapi serangan yang tiba-tiba akan mendarat. Benar saja saat itu rombongan anak padepokan keluar entah dari mana, padahal tadi tampak sepi dan lengang.“Serangg!!” Semua menyerang Laila, Aryan dan anak buahnya. Namun, anehnya anak p
Serangan itu membuat anak buah Aryan kebingungan, lawan yang mereka hadapi adalah makhluk yang tidak harus mereka temui. Grrrkkhhh!Suara yang keluar dari mulut tersebut, makhluk itu tidak sendiri. Ada beberapa yang mendekati mereka dengan melayang. Laila ikut membantunya, perjalanan kali ini amat sulit. “Kalian harus waspada!” seru Aryan. “Baik tuan,” Semua melanjutkan perjuangan mereka, kali Aryan bergegas melumpuhkan mereka. sebab dia tak ada waktu untuk semua ini. Dia ingin menuntaskan semua apa yang telah terjadi. Bukan selesai tapi justru perlawanan di antara mereka semakin panas. Sosok yang mengerikan keluar dari dalam tanah. Seolah-olah mereka terpanggil untuk mengalahkan Aryan. Aryan tertegun begitu melihat mereka sudah bersiap menghabisinya, dengan mata elangnya, dia mencari kelemahan mereka. Makhluk itu berubah menjadi serigala buas yang menerkamnya lalu menerjangnya. Ggrrkkkhh, aaakkhh!!Aryan melawan sekuat tenaganya, dia mengeluarkan pedang, sinar dari pedang
Saat Aryan mendekatinya, sesuatu keluar dari peti itu. Sebuah arwah mendekati Aryan sambil tersenyum meminta sesuatu. “Aryan, lepaskan kami. Bantu kami untuk pulang.” Ucapnya sambil menunggu.“Bagaimana caranya kek, sementara aku sudah pernah mencobanya, tapi gagal terus.” Ujar Aryan pasrah. Pak tua itu coba menyentuh Aryan, “ Aryan, coba sekali lagi, kamu temukan jasad kami di sebuah tanah kosong dekat rumah Sudiro.” Aryan berpikir lagi, ‘apa mungkin aku harus kembali ke desa itu?’ tampak keraguan di wajah Aryan. Arwah itu terdiam begitu melihat wajah Aryan berubah saat berpikir. Lalu dia juga memberitahu sesuatu kalau kain kafan itu harus dia pakai, guna menghancurkan semua kutukan. “Aryan cepat lakukan, kami sudah tidak tahan di sini. Kami merasa terpenjara.” “Baiklah kek, akan aku usahakan nanti.” Tak lama arwah itu menghilang, Aryan bersiap-siap untuk kembali ke tempat Sudiro. Dia keluar dari kamar memberitahu anak buahnya dan Laila. Untuk kembali ke desa menyelesaikan
Sosok itu menyeramkan bagi orang yang tidak mengenalinya. Dari gerak – geriknya Laila sangat kenal siapa dia. “Aryan!” Aryan hanya tersenyum, lalu dia mencoba melindungi Laila, begitu dia melihat Alfred, dia mengendongnya membawa pergi dari tempat tersebut. Aryan pun mengubah tubuhnya kembali seperti semula. Mereka pergi ke rumah sakit segera membawa Alfred ke ruangan operasi. Mereka masih menjalani hidup semestinya, hanya saja permasalahan ilmu turunan yang membuat Aryan terjebak di dalamnya. Tak lama dokter keluar dari ruangan tersebut menyatakan kalau berhasil menyelamatkan Alfred. “Hufftt, syukurlah. Terima kasih Dokter.” Aryan dan Laila bernafas lega. Dokter meninggalkan mereka, Laila mencoba mendekati Aryan bertanya apa yang terjadi dengan dirinya saat ini. Aryan hanya melihat Laila dalam-dalam, dia merasa itu belum pantas di ceritakan. Laila masih menunggu jawaban atas pertanyaannya. Sementara Aryan tidak menjawabnya. Jika Aryan tidak menjawab itu artinya
Aryan sempat melihat Alfred, dia melihat namun, dengan suara geraman. Alfred mencoba menenangkan Aryan agar jangan membunuh pria tersebut. Dia menginginkan jawaban atas semua pertanyaannya.Akan tetapi Aryan tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Alfred. Dia tetap mencengkeram leher orang tersebut. Anehnya Aryan berubah menjadi sosok yang menakutkan. “Aryan, lepaskan jangan sia-sia kan kebaikan yang ada di dirimu. Lawan sisi buruknya!” Teriak Alfred.Mendengar suara Alfred yang sedikit kencang, membuat Laila keluar mencarinya. Laila pun menemukan suara tersebut. “Aryan,” desisnya. Dia mendekati Alfred untuk mencari tahu apa yang di lakukan oleh Aryan. Alfred kaget saat Laila sudah berada di dekatnya. Laila mencoba bertanya, “apa yang di lakukan Aryan, ayah?!” Alfred menoleh, melihat Laila lalu dia memberi tahunya agar Aryan menghentikan semua itu, jangan melakukan kesalahan yang akan dia sesali seumur hidup.Laila mencoba menenangkan Aryan, tapi dia hanya melihat menatap d
Aryan mencoba melihatnya dengan mata yang jelas, dia juga mencoba menyentuhnya. Tapi sentuhannya tidak mengenai, tembus pandang. “Siapa kau? Ada apa denganmu?” Sosok itu tidak menjawab, lalu dia mendekati Aryan. Saat itu juga Aryan seperti orang kesakitan. “Aaarrkkhhh!” Mata Aryan merah seperti darah. Kamarnya yang terang berubah menjadi gelap. Aryan pun seperti sedang di luar bukan berada di kamarnya. Dia melihat keliling yang sedang berada di sana. ‘Aku di mana?’ batinnya.Dia mencoba menyelusuri jalan yang berada di dekatnya. Tampak manusia sedang di ikat dan di siksa. Seorang wanita paruh baya. “Siapa kau?” tanyanya dengan lembut.Tubuhnya yang memar dan biru, banyak bekas luka cambukkan. Akhirnya Aryan mencoba melepaskannya, tampak raut wajahnya yang menyedihkan membuat Aryan iba. “Siapa kau sebenarnya? Kenapa berada di sini?* Aryan bertanya sambil melihat sekitar. Dia mencoba mencari jika ada seseorang di sana. Namun, tak ada satu manusia yang tampak. “Ba-bantu ak
Revan, merasa di tipu oleh seseorang. Darah yang keluar dari lehernya membuat dia tidak bisa menahan rasa sakitnya. Cruutt!! Sebuah tusukan kembali ke tubuh Revan, perutnya koyak seperti sapi yang ingin di babat. “B-brengsek k-kauu!” Matanya mendelik, akhirnya dia terjatuh dan tak berdaya.Bruugkkhh!!Laila mulai menampakkan wujudnya, dia tersenyum licik. Merasa dia berhasil mengalahkannya.Namun, tiba-tiba justru dia di serang seekor ular raksasa yang melintas bagaikan kilat. Bruugkkhh!!Kembali Laila terjatuh, dia melihat ular tersebut hendak melahapnya. Laila mencoba melihatnya tapi mulut ular itu menelannya. Tak lama kemudian ular itu teriak, seperti kesakitan. Aarggkhh ...Arrggkkhh ...Suara itu bergema, di udara siapa pun yang mendengar akan terasa kesakitan.Ular itu menggelepar dan akhirnya mati.Seorang gadis keluar dari dalam tubuh ular i
Alfred menuju jendela yang sudah pecah, dia melihat dari ketinggian. Sedangkan Dewi kembali ke atas lalu... Bruugkkhh!! Dia mencekik leher Alfred yang sedang melihatnya, saat itu juga dia membawanya ke udara. Di susul oleh Aryan yang ingin menolong ayah angkatnya. Wusshh!! Aryan melesat bak kilat yang menyambar, dia berusaha menolong Alfred. Namun, Dewi justru membelah menjadi dua. Aryan sempat bingung, ternyata Dewi memiliki ilmu tersebut. Pertarungan terjadi antara mereka di udara, awan pun menjadi gelap. Gulungan awan itu menuju mereka, akhirnya mereka hilang di telan oleh awan tersebut. Laila yang melihat dari jendela, bingung karena Aryan menghilang. Orang-orang yang berada di ruangan tersebut pun kembali seperti sedia kala. “Aduh! Kenapa kita kumpul di sini?” “Oh tadi kalian kan habis mendengar pengumuman dari pak Aryan,” jawab Laila. “Pen