Aryan bingung kenapa makhluk itu menginginkan tubuh mereka berdua, suara lolongan anjing terdengar sangat menakutkan. Pertanda makhluk gaib sedang berkumpul, Meskipun sedang di kepung oleh makhluk gaib, dia mencoba tidak panik. “Ari, ayo sadar.” ucap Aryan.“Lailaaa ... bangun.” Aryan terus menyadarkan mereka agar, bisa bergerak cepat. Tak lama Ari pun membuka matanya, dia kembali berdiri. “Maafkan aku Aryan.” Ucapnya.“Sudahlah, kita harus keluar dari sini!” serunya.Sekelebat bayangan berwarna hitam melintasi mereka, lalu kain putih melayang-layang di udara. Aryan tahu, itu adalah kain kafan wasiat yang berada di peti kecil tersebut. Mereka dalam pengaruh Dika, agar bisa menjatuhkan Aryan dan membawa masuk ke dalam. Semua arwah yang berada di dalam peti tersebut keluar sambil meronta-ronta. Mereka masih dalam genggaman tangan Dika. “Aryan, hati-hati,” ucap Ari. “Iya tenang saja.”Meskipun Aryan tahu namun, dia akan mencoba pura-pura masuk ke dalam peti itu. Ari bin
Peti kecil itu mendarat di hadapannya, saat itu juga keluar sebuah cahaya terang dari dalam tersebut. Laila menunggu apa yang akan terjadi, sedangkan Zian sudah bersiaga. “Apalagi ini?” tanya Ari. Klekk! Pintu peti itu terbuka, perlahan tampak sedikit sebuah tangan keluar ke permukaan. Dengan wajah yang tegang, mereka menunggu dan hanya menunggu.Aakkhhh!!! Suara orang kesakitan terdengar dari luar, dalam peti itu tiba-tiba berhamburan darah dan potongan-potongan tubuh.Dhuaarrr!!!Bugkkhh ... buggkhhh.“Astaga apa yang terjadi dengan Aryan?” tanya Laila. Sambil melihat potongan-potongan tubuh yang berantakan, dia berlari kecil melihatnya memperhatikan tubuh siapa yang ada di luar tersebut. “Akhh. Ari! Dia kan nenek kita.” Ucap Laila.Ari menghampirinya, lalu memperhatikan wajahnya. Dia hanya memperhatikan bentuk wajahnya, tidak ada reaksi sedikit pun.Tak lama wajah yang dikatakan Laila mirip dengan neneknya, berubah menyerupai iblis yang bertanduk dan wajahnya menyera
“Bangsaat!!” “Ha-ha –ha-ha ...” Tawa seorang pria dengan wajah beringasnya, dia menertawakan Laila dan Ari. Mereka kaget kenapa manusia ini ada di sekitar mereka. Laila masih mencoba menolong Ari, walaupun dia tampak kesal sekali. Pria tersebut mencoba menggagalkan Laila saat hampir mendapatkan tangan Ari. Dia menghalangi dengan cara, menarik akar pohon tadi. “Ha-ha-ha, kasihan sekali ya.” Ucapnya. “Diam kau!!” geram Laila. Buugkhhh!!! Laila mendapatkan pukulan dadakan sehingga dia terjatuh dari pohon tersebut. Duugkkh!!“Aaakhh, sialan!!” umpat Laila. Belum sempat berdiri sebuah pukulan mendarat kembali. Akhirnya Laila di lumpuhkan oleh pria beringas itu. Mulut Laila mengeluarkan darah segar, membuat dia tidak bisa menahan sakit di dadanya. Rasa panas di dalam dadanya, membakar lehernya sehingga wajah Laila menjadi merah. Sedangkan Ari hampir tenggelam, pria tersebut semakin mengila. “Ha-ha-ha-ha ...” “Brengsek kau Remon!!!” teriak Ari. “Apa? Aku brengsek?
Tampak wajah mereka sangat pucat, sedang memperhatikan Ari yang sejak tadi hanya diam mematung. Namun, bapak yang punya rumah tersebut mendekati Ari.“Mana temannya?” tanya bapak itu. “Oh, iya sebentar pak.” Ari bergegas memanggil Laila.Ari masih dengan pemikirannya, dia merasa kalau yang berada di dalam ini bukan manusia. Setelah sampai di depan kamar Laila dia menyampaikan apa yang di lihatnya. “Laila, kita harus pergi dari sini.” Ucap Ari.“Eh, kenapa?” tanya Laila.Tanpa menjawab Ari menarik tangan Laila, sedangkan Zian tak kelihatan keberadaannya. Sampai di depan pintu, mereka di dekati oleh pemilik rumah itu. “Kalian mau ke mana?” tanyanya. “Oh, ini pak mau cari adik kami,” jawab Ari. “Dia sudah di meja makan.” Jelasnya.Ari terdiam, kenapa tiba-tiba Zian sudah berada di sana, pikir Ari. Dalam kebingungan dia dikejutkan dengan teguran dari Laila. Laila segera mengajak Ari ke meja makan, mau tidak mau dia mengikuti apa yang di katakannya. Sampai di meja makan, Lai
“Cahaya langit!!!” Sebuah cahaya keluar dari pedang yang sedang di layangkan ke udara, pak tua tersebut kaget. Tiba-tiba pak tua tersebut menghentikan kegiatannya dan serangannya. “Maaf Den, kamu Aryan?“ tanya pak tua.Laila dan Ari kaget, ketika pak tua itu mengenalnya. Mereka menunggu kelanjutan dari pak tua itu. Tak di sangka pak tua itu berlutut di depan Zian. “Maafkan saya Den,” ucapnya sambil menundukkan kepalanya. “Ya sudah, bangunlah pak!” seru Zian.Dia pun bangkit dan berdiri di belakan Zian. Seolah-olah dia adalah pengawalnya, lalu Laila bertanya, “Zian, siapa dia?” Zian hanya menarik nafas panjang, tidak menjawabnya, justru meninggalkan Laila.“Aduh, ini kalau dia bukan Aryan, sudah aku ketok kepalanya.” Ujar Ari.“Sabarlah, tidak usah di balas namanya juga bocah.” Ucap Laila. Ketika pak tua itu membuka pintu untuk Zian, mereka sangat terkejut. Di depan sudah berdiri kawanan serigala yang datang entah dari mana. Sementara Zian hanya tersenyum sinis dengan he
“Siapa kalian!!” Zian dan yang lain cepat bersembunyi namun, tetap diketahui oleh salah satu orang yang sedang melakukan ritual tersebut. “Bangsat! Keluar kalian!” seru orang tersebut. Pak tua terpaksa keluar lebih dulu, dia mencoba mendatangi orang tersebut. Dengan wajah yang pura-pura tersesat.“Maafkan saya, tadi cuma lewat saja.” Ucapnya. Pria itu memperhatikan dari atas dan bawah pak tua tersebut. Tidak ada yang kelihatan mencurigakan menurutnya. “Baiklah, pergi dari sini!!” teriaknya. Pak tua tertunduk dan bergegas meninggalkan tempat itu, setelah sedikit jauh dia melompat ke atas pohon. Wushh!!Laila dan Ari melihat dari kejauhan, cuma tersenyum. Mereka memperhatikan apa yang akan di lakukan oleh semua orang di sana. “Ampun, jangan!” teriak seseorang di sana. Laila segera melihat siapa orang itu, alangkah terkejutnya saat melihat seorang gadis di seret seperti tidak punya hati. Laila ingin sekali melesat ke sana namun, di tahan oleh Ari. “Jangan!” seru Ari.
Zian hanya melihat kepergian Dika dengan membawa Laila dan Ari, dia tahu kalau mereka akan di bawa ke mana. Akhirnya Zian memutuskan untuk kembali ke raga Aryan, dibantu oleh pak tua itu yang ternyata penghuni tongkat yang sering di mainkan oleh Zian. “Zian bersiaplah!!” ucap pak tua. Mereka pun bersiap untuk memusatkan tenaganya, Zian mencoba menghubungkan dirinya ke Aryan. Ternyata Aryan mengalami kesulitan, dia sedang terperangkap di sebuah tempat. Di mana dia bertemu dengan para leluhurnya namun, mereka tidak seperti saat hidupnya. Masih terpengaruh dengan kekuatan hitam dari Dika. Aryan tampak kewalahan untuk melawannya, dia tidak mau menghabisi karena sama saja dia membunuh mereka yang masih terkurung dalam dunia. ‘Apa yang harus aku lakukan, supaya tidak melukai mereka, bagaimana caranya melepaskan semua?’ Aryan bertanya dalam hatinya. Tiba-tiba cahaya putih masuk ke tubuh Aryan, dia merasakan kekuatannya kembali. Dia mengetahui kalau salah satu sukmanya masuk kembali.
Arrkhhhh!! Suara monster tersebut bergema, dia melemparkan sebuah pukulan yang sangat mematikan. Aryan berusaha menghindar, makhluk itu mencoba melayangkan tangannya ke arah tubuh Aryan. Namun, meleset, Aryan merasa kalau makhluk ini kekuatannya sangat tinggi. Dia tidak ingin lengah, bisa saja dia di kalahkan saat itu juga. Sebab ilmu yang di miliki tidak main-main. Dengan segenap kemampuannya, serta keinginannya untuk lebih cepat menuntaskan perkelahiannya. Dia merasa terjadi sesuatu dengan kedua sahabatnya, akhirnya dia mengambil jalan pintas untuk menghancurkan makhluk itu.“Jurus Pelebur Raga!!” Tiba-tiba asap putih mengepul di tangannya lalu mengeluarkan panas yang tak terkira. Membuat makhluk itu merasakan hawa panas yang sangat, dia merasakan kesakitan. Tampak tubuh makhluk itu terkelupas, seperti orang terbakar. Aarrrgggkhhhh!!! Suaranya bikin sakit telinga, Aryan mencoba menutupnya, setelah itu dia meninggalkan tempat tersebut. Sambil berlari dia melihat makhluk it
“Aryan!”“Semoga dia tidak apa-apa aku akan membawanya pergi dari sini,” ucap Dewi sendiri. Akhirnya dia memindahkan tubuh Aryan ke tempat yang lebih tinggi. Dia mencoba periksa tubuhnya. Tampak membiru dan sedikit pucat. Dewi mencoba dengan pengobatan totok. Sepertinya ada yang pembuluh darah yang pecah.‘Bagaimana ini? Aku belum mencoba pengobatan alternatif dari padepokan’ ungkapnya dalam hati. Namun, dià tetap mencoba dan mengusahakan agar Àryan selamat. Dewi mengambil sebuah dedaunan yang menurut dia sebagai penghangat tubuh. Tenaga dalam yang dia berikan kepada Aryan, untuk tubuhnya agar dia meresponnya. Di lain tempat Laila yang di bawa oleh Jin Marid merasakan sesuatu pada Aryan. ‘Aryan, apakah terjadi sesuatu padanya?’ tanya Laila dalam hatinya. Jin Marid, yang mengurung Laila dia hanya memperhatikannya. Gerak-gerik Laila, yang sedikit mencurigakan. “Hei, anak manis!” serunya. “Hem, lepaskan aku!” teriak Laila. “Ha-ha-ha, tidak akan sebelum Aryan ke sini.” Uca
“Astaga!” Aryan kaget, begitu melihat wanita itu, dia menangis dan memeluknya. Wanita itu pun mengenalnya dengan baik, dia juga menangis histeris. “Aryan ...” wanita itu memanggilnya. “Iya, ini Aryan. Ponakan kesayangan tante.” Mereka pun saling berpelukan, tanpa sadar ada seseorang yang hendak memukul Aryan dari belakang namun, naga yang berada di tubuhnya bergerak dan keluar. Aryan bingung, bukankah Naga Hitam belum kembali ke tubuhnya.Tantenya tersenyum begitu melihat Naga Hitam menyerang orang tersebut. Dia melepaskan pelukannya. “Aryan, itu Naga Hitam punya tante,” jelasnya. “Oh benarkah?” tanya Aryan.Tantenya hanya mengangguk, tidak menjawab Aryan. Orang tersebut bukanlah manusia melainkan iblis yang di kirim dari neraka oleh Dika dan Sudiro. Ketika tantenya menjelaskan kepada Aryan, dia kaget ternyata Sudiro itu masih saja hidup, walaupun dalam bentuk iblis. “Tante, serius kalau kakek masih ada?” “Iya Aryan, kamu jangan tertipu olehnya. Walaupun tante sebagai
Perubahan Dika membuat Aryan semakin waspada, karena Dika sudah bersekutu dengan iblis. Sehingga kekuatannya itu akan selalu bertambah oleh para iblis terlebih mereka yang baru datang dari neraka.“Dika! Sudahlah, kau tak perlu berperan menjadi orang kejam. Semua sudah kau dapatkan bukan?” ucap Aryan. “Arrrggkkhh, aku tidak peduli, sebab kalian adalah penyebab kematian keluargaku.” Ujar Dika. Aryan bingung dengan perkataan Dika, maksudnya apa. Sedangkan dia baru saja tahu tentang padepokan, karena orang tuanya meninggal. Apa dia juga korban dari kelicikan kakek Sudiro. Aryan berpikir tentang itu. Saat lengah begitu, Dika menyerang Aryan. Namun, sayangnya Naga Hitam yang berada di udara menyerang balik Dika. Secara tidak langsung Aryan ada kesempatan untuk melawan Dika, kembali saling memperjuangkan diri mereka. “Kembalilah ke neraka, jahanam!” teriak Aryan. Dika kaget melihat Aryan berdiri di kepala Naga Hitam, sosok dia yang besar pun merasa takut menghadapinya. Pertarungan
Aryan merasa tertipu oleh nenek tersebut, dia terjerat dengan besi sejenis rantai. Saat itu juga nenek itu berubah menjadi sosok yang di kenal Aryan.“Aryan, kamu terjebak!” seru Dika. “Bangsat! Dasar licik!” teriak Aryan.“Kamu itu gampang percaya dengan orang lain atau bodoh?” tanya Dika dengan sedikit meledek. Aryan hanya diam, dia merasa besi yang menjeratnya itu mempunyai kekuatan gaib. Tiba-tiba sebuah kilatan masuk ke tubuh Aryan. Pertanda sukma yang tadi di lepaskan sudah kembali. Dika pun memperhatikan yang melesat ke tubuhnya, dia mencoba menangkapnya. Tapi sayang dia lebih cepat masuk ke dalam tubuh Aryan. “Sialan!” umpat Dika. “Tidak semudah yang kau bayangkan mengerti!” seru Aryan. “Kau tidak akan bisa keluar dari sini! Cepat kau berikan pedang Naga Hitam!” perintah Dika.“Kau pikir aku bocah ingusan.” Ujar Aryan.Dika terdiam saat berdebat dengan Aryan. Dalam diam itu Aryan menyiasati agar bisa lepas dari cengkeraman Dika. Rombongan anak buah Dika memul
Arrkhhhh!! Suara monster tersebut bergema, dia melemparkan sebuah pukulan yang sangat mematikan. Aryan berusaha menghindar, makhluk itu mencoba melayangkan tangannya ke arah tubuh Aryan. Namun, meleset, Aryan merasa kalau makhluk ini kekuatannya sangat tinggi. Dia tidak ingin lengah, bisa saja dia di kalahkan saat itu juga. Sebab ilmu yang di miliki tidak main-main. Dengan segenap kemampuannya, serta keinginannya untuk lebih cepat menuntaskan perkelahiannya. Dia merasa terjadi sesuatu dengan kedua sahabatnya, akhirnya dia mengambil jalan pintas untuk menghancurkan makhluk itu.“Jurus Pelebur Raga!!” Tiba-tiba asap putih mengepul di tangannya lalu mengeluarkan panas yang tak terkira. Membuat makhluk itu merasakan hawa panas yang sangat, dia merasakan kesakitan. Tampak tubuh makhluk itu terkelupas, seperti orang terbakar. Aarrrgggkhhhh!!! Suaranya bikin sakit telinga, Aryan mencoba menutupnya, setelah itu dia meninggalkan tempat tersebut. Sambil berlari dia melihat makhluk it
Zian hanya melihat kepergian Dika dengan membawa Laila dan Ari, dia tahu kalau mereka akan di bawa ke mana. Akhirnya Zian memutuskan untuk kembali ke raga Aryan, dibantu oleh pak tua itu yang ternyata penghuni tongkat yang sering di mainkan oleh Zian. “Zian bersiaplah!!” ucap pak tua. Mereka pun bersiap untuk memusatkan tenaganya, Zian mencoba menghubungkan dirinya ke Aryan. Ternyata Aryan mengalami kesulitan, dia sedang terperangkap di sebuah tempat. Di mana dia bertemu dengan para leluhurnya namun, mereka tidak seperti saat hidupnya. Masih terpengaruh dengan kekuatan hitam dari Dika. Aryan tampak kewalahan untuk melawannya, dia tidak mau menghabisi karena sama saja dia membunuh mereka yang masih terkurung dalam dunia. ‘Apa yang harus aku lakukan, supaya tidak melukai mereka, bagaimana caranya melepaskan semua?’ Aryan bertanya dalam hatinya. Tiba-tiba cahaya putih masuk ke tubuh Aryan, dia merasakan kekuatannya kembali. Dia mengetahui kalau salah satu sukmanya masuk kembali.
“Siapa kalian!!” Zian dan yang lain cepat bersembunyi namun, tetap diketahui oleh salah satu orang yang sedang melakukan ritual tersebut. “Bangsat! Keluar kalian!” seru orang tersebut. Pak tua terpaksa keluar lebih dulu, dia mencoba mendatangi orang tersebut. Dengan wajah yang pura-pura tersesat.“Maafkan saya, tadi cuma lewat saja.” Ucapnya. Pria itu memperhatikan dari atas dan bawah pak tua tersebut. Tidak ada yang kelihatan mencurigakan menurutnya. “Baiklah, pergi dari sini!!” teriaknya. Pak tua tertunduk dan bergegas meninggalkan tempat itu, setelah sedikit jauh dia melompat ke atas pohon. Wushh!!Laila dan Ari melihat dari kejauhan, cuma tersenyum. Mereka memperhatikan apa yang akan di lakukan oleh semua orang di sana. “Ampun, jangan!” teriak seseorang di sana. Laila segera melihat siapa orang itu, alangkah terkejutnya saat melihat seorang gadis di seret seperti tidak punya hati. Laila ingin sekali melesat ke sana namun, di tahan oleh Ari. “Jangan!” seru Ari.
“Cahaya langit!!!” Sebuah cahaya keluar dari pedang yang sedang di layangkan ke udara, pak tua tersebut kaget. Tiba-tiba pak tua tersebut menghentikan kegiatannya dan serangannya. “Maaf Den, kamu Aryan?“ tanya pak tua.Laila dan Ari kaget, ketika pak tua itu mengenalnya. Mereka menunggu kelanjutan dari pak tua itu. Tak di sangka pak tua itu berlutut di depan Zian. “Maafkan saya Den,” ucapnya sambil menundukkan kepalanya. “Ya sudah, bangunlah pak!” seru Zian.Dia pun bangkit dan berdiri di belakan Zian. Seolah-olah dia adalah pengawalnya, lalu Laila bertanya, “Zian, siapa dia?” Zian hanya menarik nafas panjang, tidak menjawabnya, justru meninggalkan Laila.“Aduh, ini kalau dia bukan Aryan, sudah aku ketok kepalanya.” Ujar Ari.“Sabarlah, tidak usah di balas namanya juga bocah.” Ucap Laila. Ketika pak tua itu membuka pintu untuk Zian, mereka sangat terkejut. Di depan sudah berdiri kawanan serigala yang datang entah dari mana. Sementara Zian hanya tersenyum sinis dengan he
Tampak wajah mereka sangat pucat, sedang memperhatikan Ari yang sejak tadi hanya diam mematung. Namun, bapak yang punya rumah tersebut mendekati Ari.“Mana temannya?” tanya bapak itu. “Oh, iya sebentar pak.” Ari bergegas memanggil Laila.Ari masih dengan pemikirannya, dia merasa kalau yang berada di dalam ini bukan manusia. Setelah sampai di depan kamar Laila dia menyampaikan apa yang di lihatnya. “Laila, kita harus pergi dari sini.” Ucap Ari.“Eh, kenapa?” tanya Laila.Tanpa menjawab Ari menarik tangan Laila, sedangkan Zian tak kelihatan keberadaannya. Sampai di depan pintu, mereka di dekati oleh pemilik rumah itu. “Kalian mau ke mana?” tanyanya. “Oh, ini pak mau cari adik kami,” jawab Ari. “Dia sudah di meja makan.” Jelasnya.Ari terdiam, kenapa tiba-tiba Zian sudah berada di sana, pikir Ari. Dalam kebingungan dia dikejutkan dengan teguran dari Laila. Laila segera mengajak Ari ke meja makan, mau tidak mau dia mengikuti apa yang di katakannya. Sampai di meja makan, Lai