Share

Pelarian

Penulis: angeliaraya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Lho...Hanega, kok kamu di sini. Bukan kah seharusnya kamu di Solo. Katanya mau mulai bisnis disana kan?"

Kakek Ega begitu terkejut mendapati cucu kesayangannya turun dari sebuah taksi bandara. Berjalan menuju kearahnya, dan mencium punggung tangan laki-laki tua itu penuh rasa hormat. Kemudian Ega berjalan gontai melewati kakek yang mematung di teras rumah mewahnya.

"Gak jadi Kek, berubah pikiran aku." Ega menjawab dengan tanpa melihat kearah Kakek. Entah mengapa ia merasa lelah sekali. Padahal hanya melakukan perjalanan dari Jogja ke Jakarta dengan menggunakan pesawat yang memakan waktu tak lebih dari satu setengah jam itu.

Ega menjatuhkan tubuhnya di sebuah sofa hitam panjang di ruang keluarga. Berbaring tengkurap dan menenggelamkan wajahnya pada satu bantal empuk yang ia ambil dari barisan bantal persegi yang tertata rapi pada salah satu sisi sofa. Ega tak menghiraukan kakeknya yang ternyata mengikutinya dari belakang. Ia hanya ingin segera beristirahat. Melepaskan semua pe
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kutukan Cinta   Gelisah

    Makan tak enak, tidur tak nyenyak, fokus tak bisa maksimal, tiba-tiba meras gelisah, menjadi penyakit Nadia akhir-akhir ini. Tak bisa dipungkiri fisiknya tak ada masalah, namun batinnya seperti terusik setelah kedatangan Ega beberapa waktu yang lalu. Nadia pikir, setelah Ega pamit di parkiran tempatnya bekerja hari itu, semuanya akan baik-baik saja. Kehidupannya akan kembali seperti semula sebelum kehadiran Ega yang tak terduga. Nyatanya tidak demikian. Nadia salah memprediksi. Nyatanya, Nadia tak bisa menghilangkan bayang-bayang Ega dengan mudah. Bahkan fikirannya selalu dipenuhi oleh laki-laki yang selama ini Nadia hindari itu. Bahkan, meskipun Nadia sedang berada di tengah-tengah makan malam bersama teman-teman sekantornya seperti saat ini pun, ia masih terus memikirkan Ega. Tiba-tiba handphone Nadia berdering. Ada panggilan masuk dari Prasetyo, sang ayah. Menginterupsi lamunan Nadia yang masih berputar-putar tentang Ega. "Sorry...Gue keluar dulu ya, ada telfon." Izin Nadi

  • Kutukan Cinta   Gelisah-2

    Hari semakin larut. Dan berlama-lama dengan Ega dalam satu ruang yang sama tidaklah hal yang baik untuk Nadia. Apalagi Nadia sedang mengalami gejala nervous bila berdekatan dengan laki-laki yang paling ia benci itu. Bila tak segera diakhiri sesi ini, Nadia bisa saja tak terkendali. "Jadi....Kamu kesini mau apa? Ada yang penting? Sebenarnya kan kamu bisa telfon, jadi gak harus kesini dan nunggu aku sampai selarut ini." Tanya Nadia sambil memainkan handphone miliknya. Menghindari bertatapan langsung dengan mata Ega yang sedari tadi memandangnya tanpa henti. "Aku gak bisa Nad kalau cuma telfon. Aku ingin ketemu kamu langsung. Tapi aku juga gak mau ganggu acaramu. Menunggu kamu pulang kerja seperti saat ini bukan hal yang buruk aku pikir." Ega tersenyum mengakhiri kalimatnya. Melihat sikap Nadia yang salah tingkah seperti ini seolah membawanya kembali kemasa-masa beberapa tahun yang lalu. *Flashback on* "Nadia...." "Hemmm...." "Lo udah lama kenal sama Faris? Gue liat kal

  • Kutukan Cinta   Kesempatan

    Hari sudah melewati tengah malam. Namun Nadia masih terjaga. Fikirannya tak terkontrol. Membayangkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi setalah keputusan Ega untuk menetap di Jogja. Hati Nadia terusik. Kekacauan hidup yang sempat tertata harus kembali menghadapi dilema rasa. "Please Nad, tidur. Gak usah mikirin Ega terus." Nadia berdialog dengan dirinya sendiri dalam gelap. Tubuhnya sudah tertutup selimut untuk menghalau dinginnya suhu ruangan kamar yang ber AC itu. Beberapa kali dia menarik selimut untuk menutupi kepalanya kemudian dibuka kembali. Gemas dengan kisah hidup yang harus ia jalani ini. ----- "Nadia bangun. Ini sudah siang. Kamu gak kerja?" "Nadiaaaa.... Buka pintunya!" "Nadia, sudah siang lho ini." Ega mengetuk pintu kamar kos Nadia sambil terus memangilnya berulang kali. Dia sudah tak perduli lagi dengan penghuni kos lain yang mungkin saja terganggu oleh perbuatannya. Bagi Ega, yang terpenting sekarang adalah membuat Nadia terbangun agar tidak telat be

  • Kutukan Cinta   Emergency

    Dari kejauhan, Ega bisa melihat Nadia berlari kearahnya sambil sesekali mengusap pipinya yang basah oleh air mata. Nadia masih terlihat cantik, selalu cantik, meskipun dijam pulang kerja seperti sekarang. Hanya saja kecantikan itu sedikit terinterupsi oleh kecemasan hatinya saat ini. "Langsung jalan?" Tanya Ega pada Nadia yang telah berada tepat didepannya. Nadia berusaha terlihat biasa saja meski dengan gampang Ega tau betapa risaunya hati Nadia saat ini. "Iya" Nadia menjawab singkat. Ia segera naik kedalam mobil milik Ega. Pun Ega yang sedikit berlari memutar ke sisi lain mobil dan bergegas masuk kedalamnya. "Kamu gak mau ambil baju atau barang dulu di kos?" Tanya Ega kembali sambil menyalakan mesin mobil siap untuk melaju. "Gak usah, langsung jalan aja!" Titah Nadia pada Ega yang siap melajukan mobilnya. Nadia terlihat tak sabaran dan gelisah. Kedua tangannya bertautan cukup erat. Seolah menahan emosi yang siap meluap. "Okey." Ega menurut saja. Ia membagi fokusnya me

  • Kutukan Cinta   Kebahagiaan

    "Cantik." Nadia berbisik lirih kepada dirinya sendiri. Matanya berbinar-binar melihat bayi mungil yang tertidur pulas di box bayi itu. "Kapan tante bisa gendong kamu sayang." Nadia terlihat gemas dan tak sabar. Bagaimana tidak, dia hanya bisa melihat bayi itu dari balik kaca tinggi yang menyekat ruang bayi dan ruang rawat inap untuk ibu melahirkan. "Sabar Nad, dia baru lahir satu jam yang lalu. ibunya juga belum gendong." Nadia melirik ke arah Ega yang berkata sambil mengulas senyum itu. Mereka saling menatap untuk sesaat. Ada perasaan lega dihati Nadia yang terpancar dari wajahnya. Begitupun Ega merasa hal yang sama. Meskipun Icha belum keluar dari ruang pemulihan, namun masa kritis saat operasi Caesar sudah terlampaui. Bayinya pun lahir dengan sehat tanpa kurang suatu apapun. Menurut informasi yang didapat dari suami Icha, bahwa operasi Caesar tak bisa dihindarkan karena Icha mengalami pendarahan yang cukup hebat setelah terpeleset di kamar mandi dirumah orang tuanya sore

  • Kutukan Cinta   Sakit

    Flashback on Malam sudah larut. Bahkan jarum jam menunjukkan beberapa menit lagi lewat tengah malam. Namun Ega masih terjaga. Dia sengaja begadang demi menyelesaikan revisi skripsinya yang harus ia bawa menghadap dosen pembimbing besok pagi. Di sela-sela rasa kantuk yang mendera, tiba-tiba saja Ega teringat Nadia. Fokus yang ia tujukan pada layar laptop di depannya sedari tadi teralihkan begitu saja oleh ingatannya akan senyuman manis Nadia sore tadi. Saat mereka menghabiskan waktu bercanda dan tertawa bersama di salah satu cafe yang tak terlalu jauh dengan kampus mereka. Diliriknya handphone yang tergeletak di atas kasur. Ada dorongan di hati Ega untuk menghubungi gadis yang mengganggu pikirannya itu. Diraihnya handphone itu, kemudian Ega membuka aplikasi ruang obrolan yang ternyata Nadia berada di baris paling atas. Menandakan Nadia adalah orang terakhir yang berkomunikasi dengannya. Dan hal itu membuat Ega senyum-senyum sendiri. (Ega) 'Nadia' Tangan Ega mendadak kak

  • Kutukan Cinta   Pilihan

    "Nadiaaaa.....kenapa Lo dateng sama diaa.." Semua orang yang ada di ruangan itu kompak membelalakkan mata setelah mendengar suara Icha yang melengking. "Aaauuuu...." Icha mengaduh. Merasakan perih yang seketika menjalar di perutnya. Rupanya ia lupa untuk sesaat, bia ia baru saja beres operasi Caesar. Luka sayatan di perutnya yang tertutup perban itu pastinya masih basah. Sedikit gerakan saja pasti akan memberikan efek nyeri yang luar biasa. "Sayang..,kok teriak gitu. Jadi sakit kan perutnya." Suami Icha sigap mengelus-elus perut Icha dengan sangat lembut. "Haiii Cha." Ega mencoba menyapa Icha dengan ekspresi garing sambil meringis menampilkan barisan gigi putihnya yang rapi. "Haii haii....gak usah sok deket Lo." Jawab Icha masih ketus. Ia tak memperdulikan lagi pandangan orang tua dan mertuanya yang juga sedang berada di dalam ruangan itu. Ia juga tak mendengarkan perkataan suaminya. Sungguh sifat buruk Icha yang gampang emosian serasa bertambah beberapa kali lipat dari biasa

  • Kutukan Cinta   Resah

    Ega benar-benar seperti ditelan bumi. Sejak pertemuan terakhirnya dengan Nadia di depan rumah orang tua Nadia saat itu Ega tak pernah lagi mengirim kabar. Padahal sebelumnya, Ega sering menghubungi Nadia dengan begitu semangat. Dia yang menerima perjodohan, dan terang-terangan mendekati Nadia bahkan sampai memutuskan untuk menetap di Jogja agar bisa dekat dengan Nadia, tapi dia juga yang menghilang begitu saja. 'Kenapa dengan Ega? Apa dia baik-baik saja?' Batin Nadia yang selalu menghantuinya akhir-akhir ini. Seharusnya Nadia lega dengan keadaan ini, karena tak perlu lagi repot-repot menjauh dari Ega. Bukankah Nadia menolak perjodohan itu? Bukankan Nadia sangat membenci Ega dan menghindari pertemuan dengan laki-laki itu? Namun kenapa Nadia malah menghawatirkan Ega? Kenapa Nadia malah penasaran dengan keberadaan dan keadaan Ega? "Woy..Neng cantik...ngelamun aja? Udah malem ni, kamu gak mau pulang? Mo nginep sini?" Tepukan yang cukup keras pada pundak Nadia dari rekan sekantorny

Bab terbaru

  • Kutukan Cinta   Keputusan

    "Brakkkk...." Bunyi pintu yang ditutup tiba-tiba oleh Nadia itu terdengar cukup nyaring. Hampir saja membuat Ega melonjak karena kaget. "Nad...kok ditutup pintunya?" Tanya Ega yang dibuat penasaran oleh sikap Nadia. Bisa-bisanya ia ditinggal begitu saja. "Maaf Ega, kamu diluar sebentar ya." Pinta Nadia dari balik pintu yang terdengar samar oleh telinga Ega. Kemudian Nadia bersandar pada pintu. Kedua tangannya memegangi dadanya. Seolah ia memegangi jantungnya yang berdebar terlalu cepat agar tak keluar dari tubuhnya. "Kenapa Nad. Ada masalah? Kamu gak sakit kan? Kamu marah sama aku? Atau..." Ega melontarkan tanya bertubi-tubi. Ia teramat khawatir bila terjadi sesuatu yang tak mengenakkan pada Nadia. "Aku baik-baik aja Ga. Cuma.... Aku butuh waktu sebentar." Pinta Nadia kembali. "Okey. Aku tunggu." Ega mencoba bersabar. Meskipun hati dan pikirannya tak karuan saat ini. Namun ada rasa lega telah mengungkapkan perasaanya kepada Nadia. Namun lega saja tak cukup untuk Ega. Saa

  • Kutukan Cinta   Memaksa

    Samar-samar terdengar suara adzan berkumandang. Membangunkan Nadia yang terlelap dari tidurnya. Keinginan Nadia untuk tidur lebih lama nyatanya tak bisa terwujud. Padahal ia hanya ingin sejenak melupakan masalahnya dengan berisitirahat. Sejenak mengistirahatkan hati dan pikirannya dari berbagai macam spekulasi yang ia buat sendiri atas kelanjutan hubungannya dengan Ega nanti. Namun hal itu pun tak bisa, sungguh kasihan Nadia. Semalaman ia tak lelap tidur. Pikirannya dihantui rasa harap-harap cemas. Harapannya pun telah pupus, karena sejak semalam sampai pagi ini tak ada kabar satu pun dari Ega yang muncul dari layar handphone Nadia. Mungkin sudah beribu kali Nadia mengecek benda pipih berwarna hitam itu. Hal yang sama berulang kali ia lakukan tanpa hasil sampai pagi ini. "Ega...apa kamu benar-benar menyerah?" Nadia berbicara pada dirinya sendiri dengan suara lirih dan serak. Sampai detik ini, Nadia hanya menunggu Ega menghubunginya. Tanpa mau memaksa keegoisanya untuk berinisiat

  • Kutukan Cinta   Bimbang 2

    Perjalanan yang Ega dan Nadia rencanakan hancur sudah. Mereka kira dengan melakukan perjalanan itu bisa membuat mereka lebih mengenal satu dan yang lain. Namun kenyataanya terbalik. Perjalanan yang seharusnya menyenangkan berakhir dengan tangis kepiluan. Ega dan Nadia telah merencanakan untuk menghabiskan waktu bersama seharian ini. Namun nyatanya, saat hari masih terang mereka terpaksa harus berpisah demi meredam emosi masing-masing. Ega tak ingin bila kebersamaan mereka hanya akan membuat mereka semakin tak nyaman. Maka dari itu, Ega memutuskan untuk segera meninggalkan Nadia didepan kosnya begitu saja. "Apa yang sebenarnya kamu inginkan Nadia?" Mata Nadia menatap ke langit-langit kamarnya yang berwarna putih itu dengan tubuh yang telentang diatas kasurnya. Sedang angannya menerawang mengingat kembali kejadian beberapa saat yang lalu. Saat Ega meluapkan keresahan hati kepadanya. "Kenapa rasanya...." Nadia menutup matanya. Ada bimbang di dalam hatinya yang teramat besar. Nam

  • Kutukan Cinta   Bimbang

    Genggaman itu seharusnya bisa menguatkan keduanya. Memberikan energi baru untuk Nadia maupun Egi yang nyatanya sama-sama lelah telah sekian lama memendam luka atas keegoisan masa muda. Mereka telah saling membuka diri. Saling menyelami pribadi yang dulu tak sempat mereka pahami. Mereka telah saling memaafkan, atas kenangan pahit yang menggerus masa dan asa. Mereka telah mencoba untuk saling menerima, dengan seluruh kurang dan lebihnya. Namun memang tak semudah itu memulai kisah baru dengan orang yang terpaut masa lalu bukan. Karena hati yang dulu pernah koyak, tak akan bisa lagi sama meski sudut lain didalam relungnya menginginkan untuk bersama. Karena bayang-bayang masa lalu akan terus melekat pada mereka dan sulit untuk ditanggalkan dengan mudahnya. ----- Tangan yang beberapa saat yang lalu sempat terpaut erat kini telah terlepas. Bukan Ega atau Nadia, namun keduanya secara bersamaan melepas tautan itu. Seolah mereka sepakat tak memaksa diri untuk saling memahami. Nadi

  • Kutukan Cinta   Teringat

    "Egaaa.... udah deh senyum-senyumnya. Ngeselin." Nadia merajuk sambil berulang kali memukul lengan Ega. Ia teramat kesal dengan Ega yang tak mendengar perintahnya. "Iya-iya...Udah ini." Ega mengulum bibirnya susah payah untuk menghentikan senyumnya. Namun hal itu malah semakin membuat Nadia kesal. "Udah apanya. Masih itu." Nadia masih tak terima. Ia melipat kedua tangannya di dada dan melayangkan tatapan tajam kepada Ega yang masih menyetir. "Seneng kamu ya dapet dukungan penuh." Lanjut Nadia. "Seneng dong dapet dukungan penuh dari calon papa mertua. Jadi makin lancar kan jalanku untuk dapetin kamu." Ucap Ega sangat percaya diri yang dibalas tatapan tajam oleh Nadia. Namun Ega tak menghiraukan itu. "Udah yuk turun. Kita udah sampai ini. Aku udah lama banget pingin kesini sama kamu Nad." Mobil berhenti disebuah lahan parkir luas pinggir pantai yang telah berjejer mobil-mobil para pengunjung lain. Disana juga terdapat deretan kios-kios kecil yang menjual aneka ragam olahan h

  • Kutukan Cinta   Mengenal 3

    Mobil benar-benar melaju cukup pelan. Selain karena kemacetan kota Jogja, namun juga karena Ega sengaja melakukan itu. Dia sangat menikmati perjalanan ini, begitupun Nadia. Seolah perjalanan ini adalah rencana tamasya yang telah lama ingin mereka wujudkan. Hingga tampak raut-raut wajah kebahagiaan yang terpancar dari Ega maupun Nadia. Mereka saling bercerita tentang banyak hal disepanjang perjalanan. Tanpa ragu ataupun malu. Sepertinya Ega dan Nadia telah sama-sama membuka diri untuk saling mengenal dan saling mengerti sebelum benar-benar berkomitmen untuk bersama lagi. "Trus.....nasib ilmu arsitekturmu gimana? Gak kepake dong. Sayang banget." Tanya Nadia penuh dengan rasa penasaran. Bukan tanpa alasan Nadia menanyakan hal itu. Karena selama Ega membagi cerita tentang dirinya, tak pernah sekalipun menyinggung tentang keinginannya dulu semasa kuliah untuk menjadi seorang arsitek handal. "Masih kepake kok Nad. Kadang aku bantu temen kalau mereka ada proyek dan pas aku lagi gak

  • Kutukan Cinta   Mengenal 2

    Rasa sakit itu seolah berlipat-lipat ganda saat kita melihat orang yang kita sayang sedang dirundung kesedihan. Seperti itulah yang terlihat saat ini. Seolah mendung hitam masih bergelayut dimata Ega. ia terlihat masih larut dalam kesedihan dan penyesalan yang mendalam. "Ega kita mau kemana?" Mobil telah melaju beberapa saat yang lalu. Meninggalkan area parkir rumah makan itu. Namun rasanya jiwa Ega masih tertinggal disana. Ia masih terpaut dalam cerita dan rasa bersalah tentang adiknya juga kisahnya bersama Nadia dulu. Hingga ia tak mampu mendengar Nadia yang mengajaknya bicara. "Kok kamu diem aja gak jawab?" Ia melihat kearah Ega yang tengah mengemudi dengan tatapan kosong. Membuat Nadia mulai resah karena tak kunjung mendapat respon dari Ega. "Egaaa.. please hentikan mobilnya. Aku gak mau celaka karena kamu sembrono kayak gini." Nadia menaikkan nada bicaranya demi menyadarkan Ega. Ega terperanjat. ia menginjak pedal rem dengan tiba-tiba. Mobilpun berhenti seketika. Berun

  • Kutukan Cinta   Mengenal

    Entah siapa yang lebih dulu memulai hingga bisa sampai pada sebuah kesepakatan untuk bertemu diwaktu yang cukup pagi ini. Baik Ega maupun Nadia begitu bersemangat untuk bangun lebih awal padahal keduanya tak bisa tidur nyenyak semalam. Namun hasrat untuk segera bertemu kembali seperti menggelorakan jiwa mereka. Mengalahkan rasa kantuk yang mendera keduanya. "Kita sarapan dulu ya Nad?" Tanpa menunggu persetujuan dari Nadia, Ega melajukan mobil untuk berbelok di hamparan halaman luas sebuah rumah makan yang menyediakan menu-menu masakan Jawa. Juru parkir pun dengan sigap memandu Ega untuk mensejajarkan mobil miliknya dengan mobil-mobil pengunjung lain. "Kenapa?" Ega menatap Nadia yang masih duduk manis tanpa pergerakan. Padahal mesin mobil sudah mati, seharusnya mereka segera turun bukan. Nadia tak menjawab, ia tersenyum tipis dan menunjukkan raut keraguan. "Satu, yang harus aku ingat sekarang." Ega menjeda kalimatnya. Ia melepaskan sabuk pengaman. Lalu tersenyum kepada Nadia y

  • Kutukan Cinta   Merindu

    Sungguh diluar dugaan, Nadia begitu lancar mengutarakan keresahan hatinya di depan Ega. Ia bahkan tak menolak saat dipeluk oleh laki-laki itu. Semudah itukah hatinya luluh? Semudah itukan ia menerima kehadiran Ega? Semudah itukah ia melupakan rasa sakit yang selalu menghantuinya selama ini? "Kenapa pelukan Ega senyaman itu?" Nadia berdialog dengan dirinya sendiri di dalam hati. Rasa nyaman berada dalam dekapan Ega seolah masih tertinggal ditubuhnya yang saat ini telah terbungkus selimut. Hingga membuat ia sesekali tersenyum mengenang adegan yang benar-benar tak pernah terfikir olehnya. Tak henti-hentinya ia terus memutar memori kebersamaan yang baru saja ia lalui dengan Ega beberapa saat yang lalu itu. "Tingggg..." Sebuah bunyi notifikasi di handphonenya menghentikan lamunannya. Menginterupsi konsentrasi yang sedari tadi tertuju pada ingatan-ingatan tentang Ega. Cepat-cepat Nadia meraih handphone yang tergeletak di atas meja kecil itu. Segera mengecek adakah hal penting yang mem

DMCA.com Protection Status