Paras cantik Khirani Mahardika memancarkan aura kebahagiaan. Perias pengantin pun tersenyum puas atas pekerjaannya di pagi ini. "Nona sudah cantik secara lahiriah walau tak dirias sekalipun," pujinya. "Thanks, tolong rias sekretaris kakakku juga," ucap Khirani sebelum beranjak mengenakan kebaya akad nikah. "Mba Amirah dan putranya ada di kamar sebelah." Kesibukan luar biasa di kamar pengantin menjelang acara. Gantian Nyonya Nirmala dan Nyonya Rima dirias agar cantik bersahaja. Putra dan suami mereka bergabung menemui kerabat keluarga dari luar kota. Amirah dikejutkan sesuatu diluar dugaannya, tak percaya jika Pakde dan Bude Bambang Hadiningrat ternyata hadir di tengah undangan mendapat kamar tak jauh darinya. "Loh kalian ada di sini, mengapa tak bilang jika mau datang biar menginap di rumah saja nanti." Bude Tantri memeluk erat ponakan yang sudah lama tak bertemu, begitu juga cucunya Bagas. "Kita ga tahu jika yang menikah itu kamu kenal juga," cetusnya bingung. "Soalnya Pak Dirman
Akad nikah antara Aabid dan Khirani berlangsung lancar sempurna. Putra bungsu Tuan Andi Hakim begitu tegas mengucapkan ijab kabul hanya dalam sekali di depan wali CEO Arif Kaivan Mahardika. Disahkan oleh penghulu dan dua orang saksi ayah dari kedua pengantin.Betapa lega Khirani Mahardika kini statusnya berubah menjadi istri dari Aabid Barak Hakim dan mendapatkan banyak sambutan haru bahagia dari keluarga serta kerabat. Pesta sederhana sebelum pesta resepsi besar di malam hari nanti."Selamat ya Ran, semoga bahagia selamanya," ujar Amirah tulus memeluk istri dari mantan adik iparnya."Makasih Mba sudah membantu melewati semua untung saja Mas Kaivan mau jadi wali pengganti Papa kalau tidak mana mungkin aku bisa menikah," balas Khirani."Uhmm ... " guman Kaivan menatap adik paling manja sedunia. "Nanti giliranku, kalian berdua membantuku!" Matanya lurus mengarah ke Khirani dan Aabid yang telah resmi suami dan istri."Tenang Mas, nanti Aabid bantuin deh kalau menikah sama Mba Amirah suda
"Ra, istirahatlah dulu nanti aku jemput lagi sebelum resepsi dimulai," paksa Kaivan berulang. "Sudah cukup banyak membantu dari persiapan kemarin sampai akad nikah pagi tadi.""Memang Mas juga ga capek?" sanggah Amirah. "Rehat sejenak di kamar bareng Bagas. biar aku saja temani tamu dan kerabat di bawah sana."Rasa lelah Kaivan menghilang bila melihat senyum sekretaris yang menawan. Dua jari menyisir rambut halus Amirah ke belakang telinga yang mungil. Pandangannya tertunduk malu tak terbiasa dimanja oleh pria.Kehadiran Alagar sangat tak diinginkan mereka berdua tapi apa mau dikata Aabid adik bungsu yang menikahi Khirani adik Kaivan. Takdir menentukan bertemu di situasi yang rumit dan sulit. Rasa tidak nyaman luar biasa bagi Amirah Lashira sebagai mantan istri yang kini dekat dengan CEO Kaivan."Aku 'kan tuan rumah mewakili Papa dan Mama paling tidak berbincang sebentar sebelum tamunya pulang semua atau beristirahat di kamar masing-masing.""Ya sudah, biar aku temani Mas aja," pinta
Pesta pernikahan megah dan mewah digelar malam bagi Khirani Mahardika dan Aabid Barak Hakim. Semua mata memandang ke kedua pengantin cantik dan tampan sama-sama anak bungsu pengusaha terkaya.Senyum merekah melingkupi seluruh kerabat dan undangan merasakan kebahagiaan tak terkira. Aabid tidak menyangka bila bertemu mantan kakak ipar bekerja menjadi sekretaris CEO Kaivan. Dunia terasa berbeda jika Amirah menikahi bossnya dan kembali menjadi saudara ipar lagi.Di atas pelaminan Khirani dan Aabid sibuk menyalami kolega kedua orang tua mereka. Sesi photo tiada henti lebih dari 5000 undangan diperkirakan hadir memenuhi ballroom silih berganti. Perhelatan besar yang pernah dilakukan dua keluarga pengusaha terkenal memberi kesan mendalam.CEO Kaivan paling sibuk menjawab pertanyaan yang sering ditanyakan kapan menyusul setelah adik bungsu Khirani menikah. Jawaban mudah dan cepat sambil melirik pendamping cantik bagai dewi selalu tersenyum dibalik kekesalan yang disembunyikan."Jangan merengu
What the hell! Umpatnya kesal.Pandangan sang CEO Kaivan memutar namun tak ditemukan sosok sekretaris bergaun hitam. Amirah tidak mungkin menghilang begitu saja ditelan bumi. Pamit mengambil minuman tapi belum kembali lagi padanya sungguh membuatnya gila.Gugup atas kehilangan janda itu darinya lalu bergegas mencari ke sana kemari. Sapaan menggoda beberapa wanita disambut Kaivan seperti angin lalu. Pusat perhatiannya terpecah ketika Amirah tak berada di ruangan yang sama dengannya.Sayang, kau ada di mana?! Keluhnya berkepanjangan."Kaivan!" teguran pelan seorang wanita cantik menyentuh lengannya. "Kau tampan sekali malam ini maukah kita pergi bersenang-senang mengenang masa lalu?"Kecupan di pipi sang CEO begitu basah untung saja tak meninggalkan noda lipstick dari mantan kencannya. Tak pelak lagi Kaivan mengusapnya agar tak ketara menimbulkan masalah antara dia dan Amirah nanti."Sorry, Shania," bisiknya cepat. "Aku sedang sibuk, carilah pria yang cocok untukmu di pesta ini untuk di
Pakde Bambang Hadiningrat terus mengingatkan keponakannya berhati-hati hidup sendirian tanpa suami. Nasihat panjang lebar telah diutarakan bersama istrinya yang sebenarnya enggan meninggalkan Amirah dan Bagaskara di rumah mendiang kakaknya. "Nduk, kami akan pulang ke Yogya, sepupumu Ayu meminta supaya tak lama tinggal di Jakarta apalagi tahu hubungan dengan suaminya Mas Bagus sedang mengalami krisis saat ini." "Baiklah Pakde dan Bude, terima kasih sudah menginap di sini," ujar Amirah. "Kami masih kangen nanti saat libur kerja mungkin bisa berkunjung ke sana lagi." Bude Tantri memeluknya erat lalu mencium pipi cucu tersayang berkali-kali. "Bagas, jangan nakal ya sayang, kalau sudah besar ganti kamu yang menjaga Mama." Bocah lima tahun itu cuma mengangguk. Hadiah mainan dari Eyang Kakung dan Putri didekap erat. Bandara penuh penumpang lalu lalang berangkat dan tiba dari tujuannya masing-masing. Lambaian tangan kecilnya sejenak melepas mereka kemudian ibunya langsung membawanya pulan
Kembali bekerja di kantor menghadapi masalah yang sama. Belum lagi sikap CEO Kaivan seharian kemarin tak ada kabar berita seakan menghapus kebersamaan beberapa bulan bukan cuma sebagai atasan dan bawahan namun teman akrab. Pukul 10 pagi ketukan sepatu berbeda terdengar di telinga Amirah Lashira. High heels seorang gadis cantik sedang berjalan mesra berdua bossnya. Wanita sama dirangkul Kaivan di pesta pernikahan Aabid dan Khirani. Itulah alasan kuat yang ditebaknya mengapa sang CEO tidak sekalipun berniat membalas seluruh pesan dan panggilan gawai sekretarisnya. Mereka bersenang-senang melupakan hasil kerja kerasnya membantu prosesi pernikahan hingga berakhir. "Selamat pagi Tuan Kaivan dan Nona .. " sapanya ramah menyindir keterlambatan pimpinan di luar kebiasaan. "Hey Ra, siapkan kopi dan minuman dingin untuk kekasihku!" teriak Kaivan tanpa memandangnya langsung membuka pintu kantor mengajak gadis cantik itu ke dalam. Canda tawa mengulas kenangan saat lampau hubungan mereka dan
Sudah tiga hari berlalu Kaivan baru menyadari sekretaris Amirah tak hadir lagi di meja kerjanya. Terlalu sibuk urusan pribadi sampai melupakan tanggung jawab sebagai CEO perusahaan.Semua bermula karena balas dendam ditujukan ke seorang janda yang membuat kemarahannya belum usai sampai detik ini. Menyaksikan Alagar leluasa mencium mantan istri tanpa pemberontakan berarti.Dasar brengsek kalian berdua! Makinya terus berulang-ulang. Sesaat petugas kantor membawakan secangkir kopi barulah mengetahui putra tunggal Amirah sedang sakit."Selamat pagi Tuan Boss, maaf menyampaikan pesan Ibu sekretaris ijin tidak masuk kantor katanya merawat Bagaskara masih demam tinggi."Oh. Kaivan lama terdiam.Pak Arifin pamit keluar ruangan menutup pintu rapat membiarkan sang CEO sunyi sepi sendiri. Tamu gadis muda itu tak bersama lagi. Semua kembali normal tak ada suara tawa dan desahan kepalsuan. Menghilang tanpa jejak seperti Amirah Lashira.Jari Kaivan langsung menekan nomor panggilan seseorang diacuhk