"Ra, istirahatlah dulu nanti aku jemput lagi sebelum resepsi dimulai," paksa Kaivan berulang. "Sudah cukup banyak membantu dari persiapan kemarin sampai akad nikah pagi tadi.""Memang Mas juga ga capek?" sanggah Amirah. "Rehat sejenak di kamar bareng Bagas. biar aku saja temani tamu dan kerabat di bawah sana."Rasa lelah Kaivan menghilang bila melihat senyum sekretaris yang menawan. Dua jari menyisir rambut halus Amirah ke belakang telinga yang mungil. Pandangannya tertunduk malu tak terbiasa dimanja oleh pria.Kehadiran Alagar sangat tak diinginkan mereka berdua tapi apa mau dikata Aabid adik bungsu yang menikahi Khirani adik Kaivan. Takdir menentukan bertemu di situasi yang rumit dan sulit. Rasa tidak nyaman luar biasa bagi Amirah Lashira sebagai mantan istri yang kini dekat dengan CEO Kaivan."Aku 'kan tuan rumah mewakili Papa dan Mama paling tidak berbincang sebentar sebelum tamunya pulang semua atau beristirahat di kamar masing-masing.""Ya sudah, biar aku temani Mas aja," pinta
Pesta pernikahan megah dan mewah digelar malam bagi Khirani Mahardika dan Aabid Barak Hakim. Semua mata memandang ke kedua pengantin cantik dan tampan sama-sama anak bungsu pengusaha terkaya.Senyum merekah melingkupi seluruh kerabat dan undangan merasakan kebahagiaan tak terkira. Aabid tidak menyangka bila bertemu mantan kakak ipar bekerja menjadi sekretaris CEO Kaivan. Dunia terasa berbeda jika Amirah menikahi bossnya dan kembali menjadi saudara ipar lagi.Di atas pelaminan Khirani dan Aabid sibuk menyalami kolega kedua orang tua mereka. Sesi photo tiada henti lebih dari 5000 undangan diperkirakan hadir memenuhi ballroom silih berganti. Perhelatan besar yang pernah dilakukan dua keluarga pengusaha terkenal memberi kesan mendalam.CEO Kaivan paling sibuk menjawab pertanyaan yang sering ditanyakan kapan menyusul setelah adik bungsu Khirani menikah. Jawaban mudah dan cepat sambil melirik pendamping cantik bagai dewi selalu tersenyum dibalik kekesalan yang disembunyikan."Jangan merengu
What the hell! Umpatnya kesal.Pandangan sang CEO Kaivan memutar namun tak ditemukan sosok sekretaris bergaun hitam. Amirah tidak mungkin menghilang begitu saja ditelan bumi. Pamit mengambil minuman tapi belum kembali lagi padanya sungguh membuatnya gila.Gugup atas kehilangan janda itu darinya lalu bergegas mencari ke sana kemari. Sapaan menggoda beberapa wanita disambut Kaivan seperti angin lalu. Pusat perhatiannya terpecah ketika Amirah tak berada di ruangan yang sama dengannya.Sayang, kau ada di mana?! Keluhnya berkepanjangan."Kaivan!" teguran pelan seorang wanita cantik menyentuh lengannya. "Kau tampan sekali malam ini maukah kita pergi bersenang-senang mengenang masa lalu?"Kecupan di pipi sang CEO begitu basah untung saja tak meninggalkan noda lipstick dari mantan kencannya. Tak pelak lagi Kaivan mengusapnya agar tak ketara menimbulkan masalah antara dia dan Amirah nanti."Sorry, Shania," bisiknya cepat. "Aku sedang sibuk, carilah pria yang cocok untukmu di pesta ini untuk di
Pakde Bambang Hadiningrat terus mengingatkan keponakannya berhati-hati hidup sendirian tanpa suami. Nasihat panjang lebar telah diutarakan bersama istrinya yang sebenarnya enggan meninggalkan Amirah dan Bagaskara di rumah mendiang kakaknya. "Nduk, kami akan pulang ke Yogya, sepupumu Ayu meminta supaya tak lama tinggal di Jakarta apalagi tahu hubungan dengan suaminya Mas Bagus sedang mengalami krisis saat ini." "Baiklah Pakde dan Bude, terima kasih sudah menginap di sini," ujar Amirah. "Kami masih kangen nanti saat libur kerja mungkin bisa berkunjung ke sana lagi." Bude Tantri memeluknya erat lalu mencium pipi cucu tersayang berkali-kali. "Bagas, jangan nakal ya sayang, kalau sudah besar ganti kamu yang menjaga Mama." Bocah lima tahun itu cuma mengangguk. Hadiah mainan dari Eyang Kakung dan Putri didekap erat. Bandara penuh penumpang lalu lalang berangkat dan tiba dari tujuannya masing-masing. Lambaian tangan kecilnya sejenak melepas mereka kemudian ibunya langsung membawanya pulan
Kembali bekerja di kantor menghadapi masalah yang sama. Belum lagi sikap CEO Kaivan seharian kemarin tak ada kabar berita seakan menghapus kebersamaan beberapa bulan bukan cuma sebagai atasan dan bawahan namun teman akrab. Pukul 10 pagi ketukan sepatu berbeda terdengar di telinga Amirah Lashira. High heels seorang gadis cantik sedang berjalan mesra berdua bossnya. Wanita sama dirangkul Kaivan di pesta pernikahan Aabid dan Khirani. Itulah alasan kuat yang ditebaknya mengapa sang CEO tidak sekalipun berniat membalas seluruh pesan dan panggilan gawai sekretarisnya. Mereka bersenang-senang melupakan hasil kerja kerasnya membantu prosesi pernikahan hingga berakhir. "Selamat pagi Tuan Kaivan dan Nona .. " sapanya ramah menyindir keterlambatan pimpinan di luar kebiasaan. "Hey Ra, siapkan kopi dan minuman dingin untuk kekasihku!" teriak Kaivan tanpa memandangnya langsung membuka pintu kantor mengajak gadis cantik itu ke dalam. Canda tawa mengulas kenangan saat lampau hubungan mereka dan
Sudah tiga hari berlalu Kaivan baru menyadari sekretaris Amirah tak hadir lagi di meja kerjanya. Terlalu sibuk urusan pribadi sampai melupakan tanggung jawab sebagai CEO perusahaan.Semua bermula karena balas dendam ditujukan ke seorang janda yang membuat kemarahannya belum usai sampai detik ini. Menyaksikan Alagar leluasa mencium mantan istri tanpa pemberontakan berarti.Dasar brengsek kalian berdua! Makinya terus berulang-ulang. Sesaat petugas kantor membawakan secangkir kopi barulah mengetahui putra tunggal Amirah sedang sakit."Selamat pagi Tuan Boss, maaf menyampaikan pesan Ibu sekretaris ijin tidak masuk kantor katanya merawat Bagaskara masih demam tinggi."Oh. Kaivan lama terdiam.Pak Arifin pamit keluar ruangan menutup pintu rapat membiarkan sang CEO sunyi sepi sendiri. Tamu gadis muda itu tak bersama lagi. Semua kembali normal tak ada suara tawa dan desahan kepalsuan. Menghilang tanpa jejak seperti Amirah Lashira.Jari Kaivan langsung menekan nomor panggilan seseorang diacuhk
"Ra, kamu ada di mana sekarang?" buru Kaivan tak tenang melihat keadaan rumahnya sepi tanpa kehidupan. "Apa dirimu mencoba melarikan dariku lagi?!"Sial. Seharusnya ia menemui pagi tadi bukan sepulang kerja begini. Belum lagi rapat internal perusahaan yang memakan waktu lebih lama dan jalanan macet menjelang akhir pekan padat merayap.Deru nafas berat Amirah terdengar sedang menanggung beban yang sarat. "Maaf Tuan Kaivan, aku sedang di Yogyakarta karena panggilan darurat Pakde Bambang tiba-tiba saja dilarikan ke rumah sakit siang tadi.""Oh sorry, aku kira kau kemana," sesalnya menuding sekretaris sengaja menutup pintu hati hingga rumahnya. "Pakde-mu kenapa, bukannya waktu datang ke pernikahan adikku kelihatan baik-baik saja?""Aku juga ga tak tahu, pembuluh darah otak sudah pecah sekarang keadaan sedang tak sadarkan diri," jelas Amirah. "Beliau pengganti orang tuaku selama ini sepatutnya membalas budi baik.""Kau perlu bantuan?" tawar Kaivan serius.Amirah tegas menolak. "Tidak Tuan,
Tepat bersamaan Kaivan tiba di kediaman Tuan Mahardika mengunjungi adiknya Khirani dan Aabid selepas bulan madu di Eropa. Om Sudirman adik papa juga berada di sana membahas urusan perusahaan keluarga yang akhirnya melibatkan putra sulung kebanggaan mereka."Mas Ivan ini oleh-oleh buatmu juga Mba Amirah dan Bagaskara," seru Khirani memberikan souvenir tanda terima kasih ke mereka yang membantu prosesi pernikahan sampai selesai.Kaivan menolaknya. "Kamu kirim langsung saja ke Amirah!""Dih Mas 'kan sekantor masa sih ga mau serahin ke sekretarismu yang cantik dan baik hati itu," desak adik bungsu kesal. "Kalau memang ga mau bilang aja huh!""Ran, ga boleh gitu dong sama kakakmu." Aabid merangkul istrinya duduk manis di sofa melepas kerinduan bersama keluarga baru mertua. "Nanti biar aku yang mengantar ke rumahnya sekalian menengok Bagas.""Mereka lagi di Yogya menengok Pakde Bambang sedang sakit katanya," kelit Kaivan pedas diabaikan oleh sekretaris sendiri. Panggilan telepon tak pernah
Enam bulan kemudian."Aku terima nikahnya dan kawinnya Nayla Habiba Azhima binti Yudistira Nugraha dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!" Alagar mengucap begitu tegas tanpa jeda di hadapan keluarga."Sah!" teriak penghulu mewakili keluarga besar pengantin wanita menegaskan bacaan mempelai pria begitu jelas sempurna tak terbantah. Semua bertepuk tangan bahagia dan menitikkan air mata kebahagiaan.Nyonya Nirmala terisak menyaksikan putranya menikah lagi tak sengaja beradu pandang dengan Amirah dan didapatkan senyum gembira di ujung sana. Semua mendapatkan bahagia dengan caranya masing-masing.Mantan menantu telah menikahi Kaivan kakak ipar Aabid, sekarang Alagar mengawini Nayla sepupu suami Amirah. Persaudaraan mereka semakin dekat dan akrab. Tiada permusuhan di antara mereka lagi. Usai sudah si manusia liar mengakhiri kisah hidupnya bersanding dengan anak gadisnya Om Yudis."Jaga baik-baik dan senangkan hatinya, ya sayang!""Baik 'Ma, maafin Alagar ya selama ini sudah menyusahkan Ma
Kaivan memesan menu tambahan untuknya ketika pelayan datang menyajikan lebih dulu pesanan mereka. Tawa gelinya terus bergema mengejek ipar yang tak berkutik sejak dia tiba tadi."Ayolah bro, relax!"Relax matamu! Alagar makin melotot setelah latar belakangnya dibuka satu persatu di depan Nayla dan Om Yudis. Tak ada kesempatan menjelaskan percakapan mereka didominasi ayahnya si kembar Samy dan Salsha."Om Yudis, memang brengsek ini mantan suami Amirah tetapi dia sudah banyak berubah," tutur Kaivan jujur.Mata tuanya mengamati ponakan dan kekasih Nayla duduk berdampingan. "Kau yakin, iparmu ini cukup baik karena baru saja melamar putri bungsuku?!""Ya tinggal terima atau tolak saja Om, kalau ga suka," tegas Kaivan. "Persoalan pernikahan sungguh rumit tapi semua keputusan utama pada ayahnya Nayla bukan calon suaminya!"Berbeda dengan perkawinannya. Amirah sudah menjadi janda bebas memutuskan hidupnya sendiri menikahi CEO Kaivan, sementara sepupu Nayla masih tanggung jawab ayahnya, Om Yud
Terkejut Om Yudis ketika melihat putrinya tak datang sendirian tapi membawa teman kencan. Seorang pria yang terlihat mapan berbeda usia bukan lagi seperti pacar yang dulu pernah diceritakan olehnya."Hai Papa, apa kabar?" sapa Nayla sambil memeluk dan mengecup pipi ayahnya."Hai, sayang," sambutnya senang kemudian merangkul putri kesayangan. "Maaf Mamamu 'ga bisa ikut ke sini sedang sibuk dengan keluarga kakakmu Alex baru datang mengunjunginya ke Paris."Nayla mengangguk. "It's okay, lagian Papa kenapa nengok aku 'kan sudah dewasa dan kuliah master sudah selesai, sekarang baru kerja di kantor yang baru masa harus diawasi terus!" gerutunya sebal.Tersenyum pria paruh baya mengusap kepala anak perempuan bungsu yang belum menikah lalu memandang pria asing di belakangnya tadi. "Nay, Ini siapa, kok Papa belum dikenalkan?!"Eh iya.Belum sempat putrinya berucap pria itu lebih dulu menyodorkan tangan berkenalan dengannya. "Malam Om, senang bertemu anda, aku Alagar kawannya Nayla."Kawan atau
Rindu Alagar sudah lama tak bertemu karena kesibukan pekerjaan mereka masing-masing hingga akhirnya memutuskan menghubungi Nayla teman kencan yang baru. "Hai 'Nay, apa kabarmu?""Agak sibuk di kantor belakangan ini, bossku agak menjengkelkan semua staff kena omel karena perusahaan sedang ada masalah tapi aku 'sih engga, mungkin karyawan baru jadi tak pernah sekali papasan dengannya.""Oh, okay." Alagar pun memahami gadis itu baru pindah kerja masih menyesuaikan suasana. "Terus kapan kita bisa ketemuan dong, 'Nay?""Akhir pekan aja gimana, kebetulan Papaku mau datang, yuk Mas temani aku?!" desak Nayla. Pfft! Seperti lamaran saja harus jumpa mertua."Aku dapat menemani cuma apakah tak jadi masalah bagi kamu dekat denganku?!" Pertanyaan menyakitkan buat Alagar sendiri tak ingin gadis itu sedih atau terluka akibat status duda disandangnya. Banyak orang tua menghendaki anak gadisnya menikahi pria single."Jangan begitu dong, sudah tiga bulan kita kenalan memang ga ada rencana mau serius?"
"Ra, Alagar kemana ya kok sudah berbulan-bulan tak melihatnya lagi?!" Kaivan tersadar kehilangan saudara ipar yang menjengkelkan kecuali Aabid Barak Hakim. Amirah mengangkat bahu. "Mana aku tahu, Mas! Nanti kalau sering bertanya tentangnya malah kamu uring-uringan cemburu jadi malas 'kan ribut hal itu lagi." "Tak usah cemburu wong dia sudah kalah telak dariku," sahutnya pongah. Lengannya langsung kena tepukan keras dari sang istri. "Loh, kok aku yang dipukul?" "Mas, kamu jangan begitu, kalian 'kan saudara ipar sekarang karena pernikahan Aabid dan Khirani," omel Amirah. "Mbokya dinasihati Mas Alagar supaya hidupnya berubah 'ga liar lagi, malu sama Bagas kalau sudah besar papanya sering gonta ganti perempuan." "Iya-aa cintaku, nanti aku tanya Aabid di mana manusia liar itu berada sekarang, kangen juga sudah lama 'ga berantem dengannya." Ishh. Guyonan dibalas mata melotot istrinya. Kaivan pun menghubungi suami Khirani daripada kena omelan. Ternyata brengsek itu sedang berada di Amer
Kabar kelahiran anak kembar Amirah terdengar sampai ke negeri Paman Sam. Musim dingin sepi dan sunyi tanpa seorangpun mendampingi membuat sedikit hati Alagar Hakim sedih.Mantan istri telah bahagia dengan suami kedua dan langsung memberikan dua anak sehat sempurna. Utang yang dibayar tunai setelah perceraian mengenaskan. Mengalahkannya dalam semua sisi kehidupan.Alagar kini sendiri tanpa anak istri.Putra mereka lebih gembira bersama Kaivan yang menyayangi Bagaskara sebesar cinta di lautan luas. Kadang sempat berbincang saat Bagas menginap di rumah orang tuanya agar tetap diakui sebagai ayah, bukan orang asing baginya. Dan anak itu memahami memiliki dua papa ternyata mengasyikkan juga.Dunia anak memang istimewa. Sayang dia baru merasakan arti memiliki setelah kehilangan.Di luar cafe sedang rintik hujan udaranya makin dingin. Alagar merapatkan jas menunggu reda. Tak sengaja menoleh ke seorang wanita muda saat masuk mencari kursi kosong namun sayangnya semua penuh terisi kecuali ...
Waktu persalinan yang lebih cepat dua minggu dari perkiraan dokter kandungan. Untunglah Amirah segera ditangani sebelum air ketuban pecah di jalan tadi. Kaivan benar-benar pria posesif siaga menjaga istri sampai menyiapkan keperluan sebelum ke rumah sakit tadi.Tangisan dua bayi tiba-tiba memecah keheningan di ruang operasi. Persalinan berjalan lancar, ibu dan anak kembar sehat selamat. "Terima kasih, sayang." Kecupnya di kening istri tersayang seraya berucap, "Kau telah menjadikanku suami dan ayah yang paling bahagia."Senyum Amirah mengembang, "Terimakasih juga sayang, kamu telah membuatku ibu yang sempurna bagi anak-anak kita." Persalinan kedua baginya untuk anak kembar pertama Arif Kaivan Mahardika.Sungguh kado yang istimewa bagi pernikahan mereka.Bayi kembarnya belajar menyusui, mulut Samy benar-benar melahap air susu ibunya sementara Salsha kalem tenang. Begitulah bedanya antara anak laki-laki dan perempuan.Pasien VVIP dipindahkan dari ruang operasi menuju kamar rawat inap. K
Pesta pernikahan Celine dan Benedicto berlangsung lancar dan meriah setelah dua minggu kepulangannya dari Asia. Hubungan mereka berangsur bahagia setelah pria itu kecewa dikhianati tunangan Luisa Esperanza mengakui tak mencintai memilih menjadi simpanan pria tua kaya raya untuk memuaskan gaya hidupnya. Senator Andres langsung memutuskan Luisa setelah melihat photo dan video seksi mereka di sebuah kolam renang di kota kecil Spanyol. Tuan Nareswara berhasil meruntuhkan kekuasaan dan wibawa besan sebelum rekaman itu dipublikasi menyebar ke seluruh penjuru dunia. Benar-benar keluarga memalukan! Belum lagi putrinya Sophia juga melakukan hal sama persis ayahnya. Kekasihnya senator Fernando mendapat teguran keras darinya agar selamanya menjauh dari keluarga Abimanyu Nareswara. Kekacauan dan kerusakan luar biasa menimpa kehidupan mereka. Dalam jamuan makan malam, Tuan Nareswara yang duduk berdekatan Tuan Andres berjabat tangan setelah menyelesaikan seluruh masalah. Cucu mereka tampak baha
"Senang bertemu anda lagi, Tuan Kaivan." Bimantara menjabat tangan sang CEO meredakan kemarahan yang hampir tidak bisa dikendalikan lagi. "Sorry, aku datang terlambat karena kemacetan dari bandara ke sini." "Tak masalah, yang penting akhirnya kau datang sebelum ku habisi putri Abimanyu!" sungut Kaivan emosi. Tawa Bimantara berderai sambil menepuk bahu suami Amirah. "Jangan lumuri tanganmu untuk gadis kotor seperti dia," tuduhnya ke Celine Dupuis. "Sudah terlalu baik kau terhadap keluarganya mengangkat martabat dari kebangkrutan dan kini bangkit membangun bisnis kembali." Begitulah Kaivan yang didesak istrinya sendiri agar tak berbuat lebih kejam membalas keluarga Papa Bisma memilih menyelamatkan ekonomi mereka. Dan semua juga karena bayi dikandung Amirah mengalahkan sisi gelap suaminya. Putri bungsu Abimanyu makin tersudut menunduk malu. Duduk serba salah setelah kedatangan Bimantara yang begitu tiba-tiba. Opa Nareswara pasti mengutusnya untuk membawanya pulang ke Paris. Sial! "M