Semejak karyawanku mengundurkan diri dari perusahaan, membuat perusahaan itu aku tutup untuk sementara. Aku bahkan sudah berusaha untuk mencari karyawan, ingin aku ajak bekerja di perusahaanku. Namun, nihil. Semua orang sudah tahu rahasiaku selama ini.‘’Kami nggak sudi bekerja sama dengan Direktur kayak Bapak.’’Begitu ucapan mereka tiga hari nan lalu. Saat aku mengajak beberapa wanita dan pria yang kuhubungi lewat benda canggihku itu. Ah, ini semua gara-gara perempuan sok suci itu! Semua orang jadi tahu yang kututupi selama ini. Berita itu viral karena dia live di instagram, kuyakin orang lain juga ikut menshare video live itu. Lihat saja apa yang akan kulakukan pada wanita sok suci itu. Semoga saja semua rencanaku kali ini berhasil.’Kamu kira aku ini lelaki bodoh, Nel! Kamu belum tahu siapa Deno yang sebenarnya' Aku menyunggingkan bibir.Aku mengusap mukaku berkali-kali dengan kasar. Seketika panggilan Chika mampu membuyarkan lamunanku.‘’Mas? Gimana udah dapat solusi nggak kam
‘’Nggak! Pokoknya kalian nggak boleh masuk. Nanti malah aku kehilangan barang mahalku lagi. Orang miskin kayak kalian emang bisa mengganti barang mahalku? Hah?’’Aku berkacak pinggang berdiri di ambang pintu menghadap bapak-bapak rempong yang kepo sekali dengan urusanku. Ingin rasanya aku menelan hidup semua orang ini, saking marahnya aku sekarang. Bisa-bisanya mereka kepo dengan urusanku.Ibu Nirma? Siapa dia? Di mana orang itu melihat aku membawa Deno ke sini? Selama aku mengajaknya menginap di sini tak pernah kecolongan sedikit pun. Karena seribu macam cara aku lakukan agar warga tak mengetahui, kalau aku membawa lelaki menginap di rumahku. Aku akan mencari tahu ini semua, siapa itu Nirma?‘’Mba, kami cuman sekedar ngecek aja. Nggak lebih.’’‘’Kita masuk aja. Mana tahu dia yang membawa lelaki ke rumahnya!’’Semuanya menerobos memasuki rumahku, aku sudah berusaha menghalangi sekuat tenaga, namun tak bisa. Kekuatan mereka mengalahkan kekuatanku yang cuman sendirian, apalagi aku juga
‘’Nel, apa ada yang kamu sembunyikan dari Mama dan Papa?’’ Pesan dari Mama mertua mampu membuatku terperanjat.Apa Mama sudah mulai curiga dengan semua ini? Atau Mama sudah tahu problem rumah tanggaku di media sosial yang tengah viral? Tapi bukankah Mama tak suka bermain sosial media? Aku tahu betul bagaimana mertuaku itu. Dia punya ponsel android, namun hanya untuk menghubungi anak dan karib-kerabatnya saja. Dia tak pernah tahu-menahu tentang sosial media lainnya, kecuali hanya Wattsapp saja. Tak seperti orang tua zaman now, yang suka berselancar di media sosial dan selalu suka mencari info terkini yang tengah viral.‘’Aduuh, aku harus jawab apa ini? Apa sekarang waktunya untuk jujur ke orang tuanya Mas Deno?’’Aku menghela napas dengan pelan, guna menghusir rasa cemas. Keringat dingin mulai bercucuran di mukaku. Dengan gemetaran kuketikkan pesan.‘’Ma’af sebelumnya, Ma. Bukan maksud aku menyembunyikan sesuatu dari Mama. Ini atas kemauan Mas Deno, dia nggak mau Mama dan Papa banyak p
‘’Nel, awas kamu ya!!’’Pesan singkat yang mampu membuat aku terkesiap. Dia mengancam aku? Mungkin mamanya sudah memberitahu semua yang kukatakan tadi lewat telpon. Aku yakin lelaki itu sudah bersandiwara lagi pada mamanya itu.‘’Aku nggak takut sedikit pun dengan ancaman kamu, Mas!’’‘’Bu? Siapa? Bapak ya?’’ Aku beralih menatap bibi Sum yang terheran memandangiku.‘’Iya, Bi. Dia mengancam aku. Nggak ada angin nggak ada hujan, eh sekali ngechat langsung deh mengancam.’’Kuletakkan kembali benda canggih itu. Aku tak kan membalas pesan yang tak penting itu, biarkan saja apa yang diucapkannya. Mau dia mengancamku atau bagaimana, aku tak kan takut padanya. Memangnya aku salah mengatakan yang sejujurnya pada wanita yang masih berstatus sebagai mertuaku itu? Selama ini aku sudah mengikuti semua kemauan lelaki itu, aku sudah mengikuti permainannya yang membuat aku tertekan dengan kondisi ini.Siapa yang tak tertekan coba berpura-pura bahagia, padahal hatiku tersiksa lahir dan bathin dengan s
‘’Nggak, Bi. Dodo itu orangnya baik kok. Nggak boleh berprasangka buruk sama orang lain. Apalagi tanpa bukti, iya kan?’’ kataku dengan lembut.Dia begitu membutuhkan pekerjaan ini, jadi mana mungkin dia akan macam-macam. Lelaki itu baik dan sopan menurutku. Seketika putri semata wayangku terbangun dan bergegas memelukku dengan erat. Membuat aku dan bibi Sum saling tatapan.‘’Eh, anak sayang Mama udah bangun nih. Nyenyak banget tidurnya ya, Nak?’’‘’Iya, Ma. Adik mimpi Papa.’’Membuat aku terkesiap,’’Papa?’’ ulangku kemudian yang melepaskan pelukan dari buah hatiku itu.‘’Papa meninggalkan kita. Papa jahat banget,’’ lirihnya dengan suara bergetar. Itu membuat aku tersentak dan hatiku terenyuh. Aku coba menarik napas dan mengeluarkannya, agar pikiranku sedikit tenang. Aku tak bisa berkata yang sejujurnya pada anakku ini, seusia dia masih tak tahu apa-apa. Ya Allah! Tolong bantu aku.‘’Dik, Papanya kan sibuk kerja di kantor.’’ Bibi bersuara mewakilkanku, karena aku yang tak kunjung bicar
Hatiku hancur mendengar tuduhan menantuku, dia menuduh anakku bermain api di luar sana dengan wanita lain hingga di Rahim wanita itu tumbuh benihnya Deno. Daripada hatiku semakin hancur lebih baik aku matikan sambungan sepihak telepon itu. Kuletakkan benda itu dengan kasar ke tempat tidur.‘’Apa benar itu semua? Atau cuman karangan istrinya saja?’’ Aku kembali meraih benda canggih itu dan langsung menghubungi nomor kontak seseorang.Berdering…Namun, tak kunjung diangkat. Atau memang benaran? Hingga Deno tak mau mengangkat telepon dariku karena dia takut. Ah, tapi aku tahu betul bagaimana anak semata wayangku itu. Dia sangat mencintai istrinya, tak mungkin dia selingkuh di luar sana.‘’Assalamua’laikum, Ma!’'‘’Nggak usah berbasa-basi! Mama tahu kamu berusaha menutupi ini semua dari Mama dan Papa kamu. Kamu selingkuh?!’’ kataku tak menyahut ucapan salamnya.‘’Ma, Mama tenang dulu ya. Aku bisa jelasin semuanya.’’‘’Tenang? Bagaimana Mama bisa tenang sementara rumah tanggamu lagi hancur
‘’Apa maksud kamu, Juwita?!’’‘’Saya tahu Ibu sulit untuk menerima kenyataan ini,’’ sahutnya lirih, yang menurutku bertele-tele jawabannya. Apa maksud wanita ini? Dia tampak bergegas meletakkan sapu di dinding dan buru-buru memasuki rumahnya. Mau apa dia?‘’Juwita! Saya belum selesai bicara sama kamu!’’ teriakku, namun dia tak mempedulikanku.Hingga membuat aku mematung di terasnya, pikiranku terus bertanya-tanya. Ada apa sebenarnya? Apa yang dimaksud oleh wanita yang bernama Juwita itu?‘’Kamu jangan berbelit-belit! Katakan pada saya. Apa maksud kamu?’’ ulangku karena melihat wanita itu bergegas kembali melangkah ke luar sambil memegang benda canggih di tangannya.Dia tak menoleh padaku, melainkan tangannya asyik berselancaran di benda itu. Membuat aku kesal saja. Padahal aku ke sini untuk meminta bantuan pada wanita itu. Eh, malah aku dibuatnya kesal. Membuat aku badmood untuk meminta bantuan padanya. Lagian dia seperti enggan untuk membantuku.‘’Nih, Ibu lihat sendiri aja!’’ Dia me
‘’Iya, Bibi tenang aja yah. Tapi aku yakin kalo Naisya itu mau bermain sama Dodo,’’ kataku mencoba meyakinkan si Bibi, namun dia wajahnya seperti kurang percaya dengan apa yang barusan kukatakan. Entah kenapa, aku pun tak tahu. Wanita itu bergegas melangkah tanpa menyahut ucapanku.‘’Bi? Sebentar.’’‘’Ah, iya, Bu?’’ Wanita separuh baya itu menghentikan langkahnya dan menoleh seketika.‘’Bibi harus pandai membujuk Naisya. Aku yakin kok kalo Bibi bisa membujuknya,’’ kataku sambil menatap si Bibi yang ekspresinya sulit kuartikan.‘’Iya, Bu. Akan Bibi coba ya.’’ Dia mengangguk dan bergegas kembali melanjutkan langkahnya memasuki rumah.Mataku beralih menatap lelaki yang berseragam itu, yang sedari tadi mematung. Seketika benda canggih di saku-sakunya berdering. Namun, dia hanya memandangi layar benda itu tanpa menjawab panggilan tersebut.‘’Siapa sih yang nelpon Dodo? Kok dia nggak mau mengangkat telpon itu?’’ gumamku dalam hati.‘’Do, siapa? Kok nggak kamu angkat?’’‘’A—anu, Bu.’’ Dia g