POV Bibi Sumi"Sangat susah rasanya untuk berdamai, Bi. Dan memang aku yang menyerahkan lelaki itu pada selingkuhannya. Tapi entah kenapa setelah aku mengunjungi tempat menyimpan kenanganku itu, membuat aku selalu ingat dengan keromantisan yang kami lakukan, aku keingat kebersamaan—‘’‘’Bu, Ibu pasti bisa melewati semua ini. Pelan-pelan saja ya.’’‘’Bibi yakin kalo si lelaki bermuka dua itu dalang di balik ini semua,’’ kataku yang tak mampu menyembunyikan apa yang kuketahui ketika aku menguping pembicaraan Dodo lewat telepon, aku tak bisa jika tak mengeluarkan pikiran yang mengganjal. Membuat majikanku mengerjap pelan.‘’Maksud, Bibi?’’‘’Ya Bibi yakin kalo ada seseorang di balik ini semua.’’ Jika aku mengatakan Dodo kembali, aku yakin majikanku tetap tak akan percaya. Karena aku berkata tanpa adanya bukti.‘’Siapa, Bi? Atau Bibi menuduh Dodo lagi? Udahlah, aku tahu niat Bibi ini baik. Tapi, Dodo nggak seburuk apa yang Bibi kira.’’‘’Tuh kan. Bener apa kata aku. Bu Nelda tetap nggak
Aku terperanjat setelah membaca isi pesan yang diperlihatkan oleh si Bibi.Lelaki yang aku percaya untuk bekerja di sini, ternyata dia bekerja sama dengan lelaki pengkhianat itu. Aku menyesal! Menyesal sudah menerimanya bekerja jadi security pribadi rumahku di sini. Aku sungguh mimpi dengan semua ini, Dodo yang kukenal ramah, sopan dan baik ternyata begini kelakuan aslinya. Kenapa aku malah tak mempercayai ucapan bibi Sum? Kenapa aku begitu mudah menyimpulkan bahwa dia lelaki baik? Apa aku terlalu polos? Ya, ternyata dia hanya berpura-pura baik saja. Ternyata benar, bahwa kita tak bisa menilai orang lain dari segi covernya saja.‘’Ibu harus bertindak secepatnya. Kalo dibiarkan dia tetap bekerja di sini, bisa-bisa dia disuruh lagi berbuat yang aneh-aneh sama lelaki itu.’’ Dalam hati aku membenarkan ucapan bibi.Apalagi isi pesannya itu yang menyuruh si Dodo untuk mengambil berkas di rumahku. Apa berkas surat yang berisi perjanjian itu yang akan diambilnya? Supaya perusahaan yang diber
‘’Hei! Sebaiknya pergi dari sini!’’ usirku seketika setelah turun dari mobil.Membuat dia bergegas meninggalkan pekarangan rumah Nelda dengan wajah masam, sekilas lelaki itu menatap tajam ke arahku. Ya, sebelumnya aku sudah mengira kalau security baru di rumah pribadi Nelda bukanlah orang baik, namun apalah daya. Aku tak bisa dan aku tak berhak melarang dia untuk tak menerima lelaki asing itu sebagai security di rumahnya. Untung sekarang aku datang tepat pada waktunya.Tampak ART Nelda berbisik, entah apa yang dikatakannya pada majikannya itu.Seketika wanita berkerudung pashmina beralih menatap ke arahku.‘’Kamu ada perlu sama aku, Ren?’’ Dia seperti enggan memandangku.‘’Aku cuma ingin memastikan keadaan kamu dan Naisya aja,’’ sahutku sambil menampakkan seulas senyuman.Ya, beberapa hari ini aku sibuk membantu pekerjaan papa di kantor. Saking sibuknya sekadar menghubungi bibi Sumi pun tak sempat. Baru tadi aku menghubungi ART Nelda, itu pun tak diangkat olehnya. Padahal sudah berkal
POV Reno‘’Nelda kenapa sih harus kamu yang bisa mengobati rasa traumaku? Kenapa coba?’’Aku bangkit dari berbaring, lalu mengusap rambut dengan kasar. Aku yang selama ini merasa takut untuk dekat dengan wanita, kini sejak mengenal wanita itu seolah rasa takut dan traumaku hilang begitu saja. Dia sudah mampu mengobati rasa traumaku yang menetap selama bertahun-tahun di diriku.Semakin ke sini, rasa ini semakin mendalam. Rasa kagum berubah dengan rasa cinta seiring berjalannya waktu. Ya, aku sudah lima tahun jadi follower setianya Nelda. Selalu saja hati ini damai tatkala melihat postingannya.Seketika benda canggihku berdering. Aku mengerjap malas dan meraihnya. Kupandangi layarnya yang ternyata tertera nama Dika di layar benda canggih itu.‘’Assalamua’laikum, Dik. Tumben lo nelpon gue.’’‘’Kumsalam. Kan lo biasanya sibuk. Sekarang kan lo libur, jadi makanya gue telpon hari ini.’’‘’Menjawab salam itu yang bener dong, Dik,’’ komentarku seketika. Terdengar suara tertawanya di seberang
POV Deno‘’Aku tuh kesal banget sama si Dodo. Disuruh kerja aja ngga becus. Padahal aku udah membayar dia mahal.’’ Bagaimana aku tak kesal pada lelaki itu, berapa pun uang yang dia mau selalu kukirimkan hingga uangku habis dibuatnya.Apalagi aku dapat uang itu dari kekasihku. Kalau tahu Chika, dia pasti akan marah padaku. Karena uang pemberiannya bukan untuk kebutuhan sehari-hari kupergunakan. Ditambah surat perjanjian itu tak kunjung berada di tanganku. Dasar! Kerja itu saja tak becus! Aku tak punya banyak waktu dan tak bisa bermain-main lagi. Aku harus memaksa Dodo supaya dia bisa mengambil surat itu, bagaimana pun caranya.Aku bergegas merogoh saku-saku dan menekan nomor baru yang tadi kusimpan. Tadi katanya dia mengganti nomor baru, dia mengatakan lewat pesan singkat yang dikirimnya. Belum sempat aku menghubungi nomor yang tadi kusimpan. Ponsel seketika berdering.‘’Lah, katanya tadi Dodo ganti nomor.’’‘’Do? Bukannya kamu ganti nomor? Trus kenapa pakek nomor ini lagi?’’‘’Maksud
POV Deno‘’Hentikan!’’Tubuhku terasa tak berdaya dibuatnya karena menerima tendangan dan pukulan berkali-kali. Kalau begini bagaimana caranya aku bisa lolos dari mereka. Teriakan Chika tak digubris oleh mereka, hingga aku dikerumuni warga. Berbagai pukulan dan tendangan yang di hadapkan padaku.Tubuhku mungkin sudah babak belur karena terasa begitu tak berdaya. Terasa darah segar bercucuran di hidung. Seketika pemandangan pun kabur dan aku tak ingat apa-apa.***‘’Kalian kenapa main hakim sendiri? Seharusnya dilaporkan sama saya.’’ Terdengar samar olehku, namun mata enggan untuk dibuka karena tubuhku terasa begitu sakit.‘’Dasar! Laki-laki dan perempuan sama saja. Belum menikah eh tahu-tahunya tinggal bersama. Entah apa yang mereka lakukan!’’‘’Membuat kampung ternodai saja!’’‘’Eh, bukannya mereka ini yang lagi viral?’’‘’Percuma kaya raya, kalo kelakuannya mesum begini!’’‘’Ibu Bapak, bagaimana kalo kita nikahkan saja si pembawa petaka ini?’’ Banyak sekali hinaan dan cacian yang di
Aku menghela napas kasar. ’’Nggak semudah itu, Mas,’’ sahutku sambil melipat tangan di dada.Hari ini hidupku sungguh sial sekali. Bagaimana tidak, aku dan mas Deno digerebek warga ke rumah mewahku. Lelakiku itu hingga babak belur dibuatnya dan kami dibawa ke Balai Desa untuk dinikahkah secara paksa. Kenapa bisa-bisanya warga tahu kalau aku membawa lelaki ke rumahku? Aku tak habis pikir dengan warga yang kepo dan suka mengurus hidup orang lain. Apa salahnya aku membawa lelaki ke rumahku? Apa urusannya sama mereka? Toh itu bukan rumah mereka. Aku juga tak minta uang sama mereka untuk biaya hidupku.Terngiang-ngiang di telingaku kata cacian dan hinaan yang dilemparkan para warga padaku. Mereka seperti tak pernah berbuat dosa saja dan kelakuannya sebelas dua belas dengan si Nelda. Tapi, pernikahan paksa ini jadi untung besar juga buat aku. Karena aku bisa bebas membawa mas Deno ke rumahku tanpa adanya larangan dari para warga kepo. Juga tentu ini jadi alasan untuk aku agar mami tak memba
"Nggak apa-apa rugi sekarang demi menjalankan semua rencanaku."Aku menyunggingkan bibir menatap wanita itu yang tengah berkaca-kaca kedua netranya. Tanpa berpikir lagi, aku bergegas menarik tangannya menuju tempat pembayaran administrasi. ‘’Sus, atas nama Mas Deno ya,’’ kataku tatkala sudah berada di depan pembayaran itu.‘’Baik, Mba.’’ Tak berselang lama wanita berkerudung itu memberikan catatan kecil padaku.Bergegas kukeluarkan kartu dari tas branded milikku. Lalu langsung kusodorkan pada petugas administrasi itu.‘’Fan, nama Papamu siapa?’’Aku beralih menatap wanita berambut sebahu itu yang tengah termangu sedari tadi. Entah apa yang ada di pikirannya.‘’Hem, nama beliau Suhendra.’’‘’Oke. Sus, cek juga administrasi atas nama Om Suhendra ya. Pake kartu yang tadi aja.’’***‘’Btw, makasih banyak ya, Chik.’’‘’Aku janji kalo ada uang. Aku bakalan ganti semua uang kamu,’’ lanjutnya sambil melangkah.‘’Fani, Fani. Emang kamu bisa mengganti uang aku sebanyak itu? Secara kan kamu pen