“Bagas, kamu sudah nggak waras ya, kita belum mendapatkan apa-apa,” ucap Bu Rina mendekus kesal.“Tau nih sia-sia kita datang ke sini, aku tuh capek bawa koper besar kita ini dan kamu duduk santai di kursi roda,” gerutu Bella dengan wajah cemberut.“Mbak, aku ini bukan santai duduk di sini, aku ini lumpuh, cacat siapa yang mau duduk di kursi roda ini!” sahut Bagas ikutan kesal.“Kamu kenapa sih, kok menyerah? Ibu itu sudah capek hidup susah di tambah kamu seperti ini? Seharusnya diusia Ibu yang sudah tua ini tinggal menikmati hidup, tapi apa yang dapat dari kalian? Yang satu ditinggal cerai suami dan yang satu cacat nggak bisa ngapa-ngapain, terus siapa yang cari uang, Ibu? Nggak!” bentaknya tapi masih dalam nada suara pelan. “Bu, jangan bahas di sini malu, nanti kita pikirkan cara yang lain dulu, yang penting kita pergi dari sini untuk sementara,” bujuk Bagas. “Iya nih, Bella itu bukan enggak mau bantu Ibu cari uang tapi enggak ada yang mau menerima Bella sebagai sekretaris di peru
Khaidir menatap lekat wajah anak kecil yang tampan itu, wajahnya begitu polos tetapi pemikirannya seperti orang dewasa. “Jika Fatih dan Bunda bahagia, maka Papa akan ikhlas menerimanya meskipun Papa harus merelakan kalian untuk Ayah Bagas kembali,” sahutnya sambil tersenyum. Fatih langsung memeluk tubuh kekar itu bersembunyi di dalam dada bidang pria hitam manis itu.“Fatih sayang Papa, Fatih tidak mau kehilangan Papa, berjanjilah Papa selalu ada buat Fatih, jangan tinggalin Fatih,” ucapnya di dalam pelukan pria itu. Khaidir lalu mencium kening anak itu. Mereka berdua saling membalas pelukan. Obrolan pagi itu membuat beberapa pasang mata melihat dan mendengarkan dalam keheningan. Tidak ada yang tahu kalau wanita cantik itu mendengarkan keluh kesal anak semata wayangnya. Lelehan air matanya pun tak terbendung lagi saat mendengar celoteh anak itu yang semakin mengerti pemikiran orang dewasa. Fatih memang tergolong anak yang pintar, kecerdasan otaknya diatas rata-rata pada anak seusiany
“Kamu memang keturunan Firman, pintar dan tegas. Saya hanya meminta kamu untuk bisa menyuntikkan dana agar perusahaan saya kembali normal,” ujarnya setelah mendaratkan bokongnya di kursi yang berhadapan dengan Kaysha.“Berapa yang Om butuhkan? Tanya Kaysha masih fokus dengan pekerjaannya. “Tidak banyak hanya dua milyar,” jawabnya enteng, tetapi tidak dengan Kaysha, wanita cantik itu lalu menghentikan tangannya sejenak. Lalu mendongkak melihat wajah Edwin yang pura-pura memelas.Kaysha menyadarkan badannya di kursi, tangan satunya sedang memainkan pulpen yang dia pegang dan tangan yang lain dibiarkan bebas.“Hanya dua milyar? Bukannya menurut data sebelum saya kembali ke perusahaan Om sudah meminta sama Papa sebanyak tiga kali dengan alasan minta modal, dan uang yang dikeluarkan pun sama persis dengan yang Om minta sekarang. Terakhir Om minta setahun yang lalu dengan nilai dua koma lima milyar. Wow ... apakah modal itu juga tidak kembali?” sindir Kaysha mengamati wajah pamannya itu y
Selalu modus ...aku baru tahu kalau suamiku ini diam-diam menghanyutkan. Sejak kapan kamu mesum seperti ini, setahu yang aku kenal Mas Khaidir sangat sopan dan ... Tanpa banyak kata Khaidir langsung mencium bibir Kaysha. Seketika wanita itu juga terkejut tapi lama-lama dia pun menikmatinya. “Maaf sudah lancang menciummu,” ucap Khaidir saat melepaskan pagutannya untuk mengambil oksigen. Begitu juga dengan Kaysha. Mendengar kata maaf dari bibir Khaidir membuat wanita cantik itu gemas sehingga tanpa diminta oleh Khaidir, kini justru dia mengambil tindakan agresif dengan mencium bibir Khaidir. Tentu saja pria berkulit hitam manis itu terkejut tapi juga senang kalau Kaysha sudah bisa menerimanya sebagai suami. Mereka semakin bergairah dan melupakan kalau masih di dalam ruangan kerja Kaysha. ***Sementara itu Edwin yang kesal karena tidak bisa mendapatkan apa pun kini ingin melalukan balas dendam. Sampai di lobi dia pun segera menghubungi Dewa yang masih berada di luar negeri. “Kenapa la
Setelah membersihkan diri meskipun luka lebam di wajah dan tubuh tidak bisa dihilangkan setidaknya Tante Lisa bisa bernapas lega karena sudah terbebas dari siksaan Dewa.Pria tampan itu membawa Tante Lisa menuju sebuah kamar yang luas seperti di rumah Kaysha. Semua memang terlihat mewah dengan perpaduan warna hitam dan putih yang memang warna kesukaan Dewa. Tante Lisa membuka pintu kamar itu dan masih bernapas dengan lega karena nasib Sheira lebih baik tidak dijual dan melayani para bandot tua yang kaya raya. Dewa masih memperlakukan dengan manusiawi, dia memang tidak jadi menjual Sheira. Pintu kamar itu pun terbuka perlahan-lahan. Sebelum Tante Lisa masuk ke kamar itu Dewa pun berpesan. “Waktu Tante hanya sepuluh menit karena kita tidak punya banyak waktu untuk drama membosankan ini, dan jangan melakukan hal apa pun karena di kamar ini juga pun ada CCTV yang mengawasi gerak-gerik kalian!” ancamnya setelah itu Dewa membiarkan Tante Lisa masuk ke kamar itu. Pria tampan itu lebih duku
Pak Dewa? Kebetulan sekali dia menghubungi aku?” tanyanya dalam hati. Bagas langsung menggeser tombol hijau itu untuk menjawabnya.“Halo, selamat siang Pak Dewa.”“Selamat siang, Bagas. Bagaimana apa kamu mempunyai berita baik?” Bagas terdiam sejenak belum bisa mengatakan apa-apa karena sepertinya Bagas memutuskan untuk tidak mengganggu kehidupan Kaysha dan Fatih bersama keluarganya.“Halo, Bagas, apakah kamu masih di sana?”“Oh iya Pak maaf sinyal sedikit kurang bagus, bentar saya keluar.” Setelah sampai di teras rumahnya dia kembali berbicara dengan Dewa. “Kaysha sudah menikah dengan orang lain dan saya tidak bisa melakukan apa-apa lagi.“Kamu jangan bodoh Bagas, apakah kamu masih sangat mencintai Kaysha?” “Saya memang masih sangat mencintainya tapi dia sudah menjadi milik orang lain.”“Kenapa kamu begitu lemah Bagas, apakah kamu rela Kaysha bersama orang lain dan anakmu Fatih kamu mau dia dirawat oleh seorang ayah tiri. Yang saya tahu perlakuan ayah tiri sangat buruk kan, ji
Tanpa berpamitan dengan Bu Rina, Bagas dengan cepat menyusul dua wanita itu yang berjalan melaluinya rumahnya. Ingin berteriak tapi tidak ingin Ibu dan kakaknya mendengar teriakan Bagas. Meskipun agak susah membawa kursi roda itu dia tetap berusaha untuk sampai menemui dua wanita itu yang masih berjalan pelan di depannya. “Permisi Mbak!” panggilnya saat Bagas sudah sampai di di belakang mereka. Dua wanita itu menoleh ke belakang dan berhenti seketika.“Ya Mas, panggil kami?” tanya salah satu wanita itu.“Iya Mbak, maaf saya mau numpang tanya tadi saya dengar katanya ada warung siomay yang baru di buka boleh saya tahu di mana ya Mbak, soalnya saya penggemar berat makanan itu? ”tanyanya mencari informasi.“Oh warung siomay memang ada baru dibuka, tempatnya enak banget Mas, apa lagi siomaynya, saya aja sampai bawa dua bungkus lagi untuk di rumah,” jawab wanita itu bersemangat.“Kalau saya bukan itu saja tapi pemiliknya ganteng banget, andaikan dia belum menikah pasti aku ikut antre untu
“Ka—kamu mengenal dia?” tanya Bagas masih bingung.“Ya, dia teman kuliah tapi dia memutuskan untuk meneruskan kuliahnya diluar negeri. Dan saat kembali dia sudah membuat hidup saya menjadi sepi,” lanjutnya lagi.“Maksudmu?” “Entah sengaja atau tidak dia yang telah mengambil nyawa adik dan Bapak saya sepuluh tahun yang lalu,” jawab Khaidir membuat kedua mata Bagas melotot.Pria hitam manis itu pun menjelaskan kronologi saat peristiwa itu. Tentu saja Bagas terkejut, karena dengan kekuasaan dan uang semua bisa dibeli. Apalagi dengan Kaysha yang akan dia singkirkan jika menghalangi jalannya untuk bisa mengambil semua harta warisan itu. Khaidir pun menceritakan tentang Fatih yang hampir mirip dengan wajah adiknya yang meninggal. Seakan hidup kembali Khaidir yang kebetulan ada di rumah sakit melihat Fatih hatinya terenyuh dan ingin menolongnya untuk biaya kekurangan di rumah sakit. Lagi-lagi Bagas merasa tertampar karena sebagai ayah kandung malah tidak bisa berbuat apa-apa untuk anakny
“Aku mau ke kamar dulu, istirahatlah besok aku akan mencarikan tempat tinggal untukmu. Benar dengan apa yang dikatakan oleh Ibu, seharusnya aku memandang suamiku!” ucapnya sambil beranjak pergi dari meja makan.“Tunggu Kay! Kamu tidak ingin bicara denganku lagi bahkan untuk terakhir kalinya?” ucapan Bagas mampir menghentikan langkah Kaysha seketika.“Aku sudah berbuat baik untuk keluargamu untuk terakhir kalinya. Dan sekarang kita berada di jalan yang berbeda. Aku sudah mempunyai keluarga yang baru nggak mungkin aku menyambut tangan yang lain apalagi kamu ada mantan suamiku. Benar kata Ibu dan kau harus bicara dengan Mas Khaidir, permisi!” ucap Kaysha tegas dan berlalu meninggalkan Bagas sendirian.“Ya kamu benar Kay, tapi tenang saja setelah hati ini aku akan pergi jauh untuk selama-lamanya,” ucapnya dalam hati sembari menatap punggung wanita cantik itu sampai hilang dari penglihatannya. ***Sampai di pintu kamar Fatih Kaysha memberanikan diri untuk masuk meskipun ada sedikit ketak
Khaidir mengendurkan pelukannya dan menatap lekat wajah Fatih yang sudah dibanjiri air mata. “Tidak Sayang, kamu tidak boleh menangis. Papa hanya bertanya dan sangat khawatir saat tahu kalau kamu sudah dijemput dengan mobil orang lain. Maafkan Papa, sudah telat menjemput kamu di sekolah, maafkan ....” ucapannya dipotong langsung oleh Kaysha dengan wajah memerah “Kamu bohong Mas, kamu bilang Fatih baik-baik saja denganmu, tapi apa ini dia pulang bersama Syeira!” bentak Kaysha yang tiba-tiba saja datang dan menghampiri mereka.Khaidir terkejut dengan kedatangan Kaysha di tambah lagi wanita cantik itu mendorong kursi roda yang ternyata dengan santai pria itu duduk dan tersenyum sinis.“Ba—Bagas? Kamu ada di sini juga dan kenapa kamu?” Khaidir semakin tidak mengerti karena merasa sudah dipermainkan oleh mereka. “Apa Khaidir, kamu pikir aku hilang dari rumah sakit? Nggak Dir, justru aku ingin menyelamatkan kalian tapi tidak ada yang mau percaya denganku!” sungutnya dengan penuh percaya
Khaidir terdiam sejenak tapi langsung disadarkan kembali dengan bunyi klakson dari sepeda motor milik Bapak tua itu. “Kenapa kamu malah bengon, cepat naik!” perintahnya lagi. Khaidir pun langsung naik di belakang. “Kamu pegangan ya, kita ngebut,” ucapnya lagi dengan Khaidir yang masih begitu syok. Meskipun penampilan orang itu lusuh tapi wangi tubuhnya itu masih tercium sehingga Khaidir tak bisa berkata-kata. Mulutnya terasa seperti terkunci. Tenggorokannya seakan tercekat tidak bisa mengeluarkan suara.“Ya Allah, siapa Bapak ini kenapa tubuhnya begitu harum?” tanyanya dalam hati sambil mengamati tubuh pria tua renta itu. “Kamu masih harus mengalami banyak masalah. Setiap manusia selalu diuji tapi kadang manusia menganggap itu masalah. Kamu masih harus melewati rintangan mungkin ada yang harus dikorbankan tapi semua itu jika kamu ikhlas maka kamu mendapatkan keberkahan dan kebahagiaan. Pada dasarnya semua makhluk hidup terutama manusia akan meninggalkan jasadnya hanya caranya saja
“Saya Dok ...Saya yang bernama Khaidir,” sahutnya cepat. “Baik, Bapak bisa masuk sepertinya dia ingin menyampaikan sesuatu dengan Bapak.”“Bagaimana kondisinya Dok, apa pasien terkuak parah?” tanya Khaidir penasaran.“Kalau dibilang parah iya, karena kecelakaan itu telah membuat kedua kakinya hancur dan harus diamputasi, kami juga harus memeriksa organ dalam kemungkinan juga ada yang terluka, tapi saya salut kesadarannya masih terjaga dan meminta saya untuk mencari orang yang bernama Khaidir. Segera temui dia, Pak,” jelas dokter itu. “Terima kasih Dok,, permisi saya ke dalam dulu.”Khaidir bergegas masuk ke ruang IGD dan sedikit terkejut dengan kondisi Agus yang memang terluka parah. Banyak darah di kereta itu, bahkan masih menetes. “Dengan Mas Agus?” tanya Khaidir pelan mendekati wajah orang itu. Orang itu pun kembali membuka matanya dan menatap sendu wajah Khaidir. “Pak Khaidir?” tanyanya dengan suara pelan.“Iya saya Khaidir, kenapa kamu memanggil saya? Apakah ini berkait
Rupanya Tante Lisa mempunyai rencana baru yang hanya Syeira saja yang tahu. Tante Lisa sengaja berpura-pura gila lantaran sangat capek bekerja sebagai wanita penghibur yang melayani para hidung belang, bahkan cara mereka tak lazim sering memukul hingga memar saat mereka sedang bercinta . Syeira dan Tante Lisa ingin melenyapkan Kaysha dan Fatih agar bisa mengambil harta warisan itu. Dan tentu saja bisa menggantikan posisi Kaysha menjadi istrinya Khaidir. Rencana yang matang sudah mereka susun. Hanya perlu melibatkan Fatih, anak kecil itu. Semua sudah dibongkar oleh Syeira sendiri. Kenikmatan yang diberikan oleh Dewa membuatnya tak berdaya. Satu jam mereka bercinta membuat Syeira kelelahan dan tertidur pulas. Dewa pun bangkit dari tempat tidur dan segera menghubungi seseorang. “Kamu bisa memakainya datanglah kemari dia masih tertidur dengan nyenyak. Aku masih ada urusan dan buat dia menikmati surga dunia sampai kalian puas.”Dewa langsung menutup sambungan teleponnya dan bergegas pe
Setelah sedikit tenang Bu Rina bisa menceritakan apa yang terjadi sebenarnya di dalam sel tahanan. Rupanya ada yang sengaja membuat kegaduhan di dalam sana. Seorang teman satu kamarnya langsung menyerang membabi buta pada saat Bella sedang terlelap tidur. Di saat kejadian naas itu Bu Rina memang tidur di sebelahnya, dan saat mendengarkan teriakan Bella, beliau langsung terbangun dan sudah melihat wanita itu diatas tubuh Bellla dengan memegang sebilah pisau menusuk tanpa arah ke tubuh Bella. Bu Rina segera mencoba menghentikan aksi wanita itu tapi dia pun ikut terkena sayatan benda tajam itu. Wanita paru baya itu segera berteriak meminta bantuan sedangkan teman satu sel lainnya tidak ada yang membantu lantaran takut terkena benda tajam itu. Tubuh Bella sudah tak sadarkan diri dengan bersimbah darah. Wanita itu langsung beranjak dari atas tubuh Bella setelah melihat genangan cairan yang kental dan pekat. Bu Rina pun sampai tidak berani mendekati wanita itu karena takut terkena kembali
“Selamat pagi.” “Selamat pagi dengan Pak Bagas?” “Iya saya sendiri, ada apa ya Pak, ada masalah dengan ibu atau kakak saya di sana?”“Maaf sebelumnya Pak, ada masalah memang di dalam penjara dan mengakibatkan saudara Anda harus di rawat di rumah sakit.”“A—apa maksudnya Mbak Bella?” “Iya Pak, Saudari Bella berkelahi dengan salah satu teman selnya sehingga mengakibatkan dia harus dilarikan ke rumah sakit, karena dia tertusuk benda tajam di perut sebelah kirinya.”“Apa?” “Bagaimana bisa, Pak?”“Lebih baik Anda bisa datang ke rumah sakit Bhayangkara ruang mawar nomor empat belas. Sekarang masih ditangani oleh dokter.”“Baiklah saya langsung ke sana, terima kasih informasinya Pak.”Bagas buru-buru menutup teleponnya tapi dia juga tidak bisa ke rumah sakit tempat di mana Bela di rawat karena dia juga masih tahap pemulihan. “Ah bagaimana ini? Aku tidak bisa ke sana dan apakah aku bisa meminta tolong dengan Kaysha tapi apakah dia mau setelah aku mengatakan semuanya saat itu? Apakah
“Sayang kenapa kamu ada di sini?” tanya Khaidir bingung. Ucapan yang dikatakan Khaidir membuat Kaysha tersentuh. Wanita cantik itu melangkah masuk dan mendekati mereka. Meskipun Kaysha sangat membenci pria yang terbaring di rumah sakit itu tapi dia pun ingin tahu apa yang dia ingin bicarakan dengannya. “Terima kasih Kay, kamu mau datang ke rumah sakit dan ....” mata Bagas bergerilya tapi tidak menemukan sosok itu.“Kamu mencari Fatih?” tanya Kaysha saat melihat Bagas celingak-celinguk.“Di mana Fatih, kenapa kamu tidak ajak sekalian?” Kaysha menatap dingin Bagas. “Apa yang kamu harapkan, Mas, setelah kamu kembali melukainya? Dia masih kecil tapi sudah memikirkan masalah dewasa. Kami kira kamu sudah bertobat karena kamu sudah cacat tapi ternyata kebusukan hatimu masih sama seperti dulu.”“Kay, aku minta maaf, aku memang salah dan tak pantas untuk menerima maaf darimu, tapi untuk kali ini aku janji tidak akan membuat kamu lebih membenciku. Ya aku memang datang menemui Dewa hanya unt
Bagas terengah-engah melangkah. Sesekali dai berhenti untuk memberikan istirahat kaki dan tubuhnya sangat letih. Kakinya yang baru saja diobati kini kembali terasa sakit dan ngilu.Keringat dingin sudah membasahi tubuhnya. Rasanya sudah tidak kuat berjalan tapi tidak mungkin dia berlama-lama di sana dan bertemu kembali dengan Dewa. Bagas ingin sekali memberitahukan kepada polisi kalau orang yang mereka cari ada di hotel ini dengan wajah menyamar. Semua bisa dilakukan oleh Dewa, dan berhasil mengelabui pihak hotel yang tidak mencurigai Dewa. “Aahhh! Sialan aku seperti pria lemah karena tidak bisa membalas hinaan dari dia, gara-gara kaki ini. Ya Tuhan kenapa aku mau aja berurusan dengan orang gila ini? Sekarang bukan Kaysha saja yang menjadi sasaran karena dia sangat dendam dengan Khaidir, dan Fatih?” tanyanya dalam hati. Bayangan masa lalu kembali mengitari pikirannya. Bagaimana dia memperlakukan Kaysha dan Fatih seperti orang asing. Dia sudah mendapatkan karmanya dan ingin memperba