Aku mulai mengusap layar HP mas Haris. Rupanya Tersandi, aku tersenyum kecut dan berjalan ke arah dapur. Kuambil kunci di bawah Oven, lalu membuka lemari paling ujung dan mengambil kotak pipih yang terselip di antara Loyang kue dan peralatan dapur lain.
Kubawa benda itu kemeja makan, membuka bungkus plastik dan tas yang menutupinya. Sebuah laptop dan dua ponsel tersimpan di dalamnya. Aku menyalakan laptop dan sebuah kabel USB kusambung pada ponsel mas Haris. "Mari beraksi!" Ucapku pelan mulai membuka sandi ponsel suamiku.Tak akan sulit membobolnya, bahkan dengan ponsel yang tersambung ke laptop, aku bisa dengan mudahnya masuk ke semua akun pribadi suamiku.Satu persatu kubuka akses dari laptopku, semua tak luput dari mata ini. Aku masuk membuka pesan chatnya dengan perempuan yang bernama Mayang.[Sayang, aku tak sabar menunggu besok][Aku juga sayangku, Tak sabar memanjakanmu di atas ranjang.]Aku jijik membaca chat suamiku sendiri, bahkan denganku istrinya saja, tak pernah suamiku seperti ini.[Bagaimana dengan Dina? Apa dia tak curiga ?][ Dina itu perempuan lugu, dari kampung, Tak akan sampai otaknya berpikir aku macam-macam.]Kupicingkan mata, membaca ulang kalimat yang di tuliskan mas Haris, senyumku menyungging remeh." Rupanya luguku ini jadi celahmu bermain api mas!"Aku membaca kembali pesan demi pesan mesra di layar.[Baguslah kalau mas sadar dia jauh di bawahku. Tapi Sampai kapan kita harus sembunyi begini?][Sabar, aku belum menguasai seluruh harta keluarganya. Dina itu anak tunggal, orang tuanya tak hanya kaya, tapi jutawan Sayang][Yaa, kalau tak jutawan, aku sudah mencakarnya habis. Harusnya aku yang ada disampingmu mas, bukan perempuan kampungan itu!][Nanti juga kamu yang punya aku sayang.][Mas Haris Nackulĺ... Bagaimana kalau malam ini mas ketempatku?][Kenapa? Sudah tak sabar ya][Yaa, memang aku selalu tak sabar bertemu denganmu] balasnya dengan mesra.[Baiklah, akan aku pikirkan cara agar bisa keluar dari rumah sayangku.]Aku kembali mengeryitkan dahi, rupanya ada acara malam ini! Aku berusaha menahan gejolak dalam hati, teramat sakit membaca sendiri penghianatan mas Haris.Manusia tak ada akhlak... ! Umpatku pada mereka berdua.Sudah cukup aku membaca pesan itu, selebihnya hanyalah kalimat sampah membahas malam panjang mereka di atas ranjang. Menjijikan!.Aku jadi penasaran seperti apa wajah 'Mayang' itu, hingga lelakiku seolah memujanya begitu tinggi.Tanganku bergeser, mulai membuka galeri yang terbagi jadi beberapa folder. Tapi yang paling menarik mataku, sebuah folder bertuliskan "MILIKKU"ku 'klik' folder itu, kini terpampang begitu banyak di layar foto menjijikan mereka berdua. Bagai duniaku runtuh seketika, sebuah gambar perempuan dengan rambut tergerai bersembunyi di balik selimut dengan lelaki yang masih bersetatus 'Suamiku'."Mala !" Ucapku bergetar, perempuan yang bermain api dengan suamiku adalah Mala, Sepupuku sendiri.Netraku memanas, kala foto suamiku bercumbu dengan perempuan yang bahkan sudah seperti adik kandungku ini, kini tepat di depanku. Gambar mereka berzina begitu nyata, bahkan mereka mandi bersama dalam satu bathup pun masih sempat di abadikan.Ketegaran yang coba kubangun runtuh seketika, tubuhku luluh ke lantai, menangis sekuat tenaga, menumpahkan segala rasa yang tak dapat dibendung lagi. Beberapa saat Jiwaku seperti lepas dari raga, bahkan sempat kurebahkan tubuh di lantai dapur, aku masih memastikan apa yang sedang kuhadapi ini.Mendapati Mas Haris selingkuh, meski nyeri menusuk, namun masih dapat aku kendalikan. Tapi mendapat kenyataan bahwa perempuan itu adalah sepupuku sendiri, tak pernah terbayangkan sedikitpun.Beberapa saat bergelut dengan segala rasa yang kupendam, perlahan kuhapus air mataku, aku berdiri dan kembali fokus melihat layar. Terkadang aku masih sesegukan, aku putuskan menyalin semua data suamiku, tak sangup lagi melihat lebih banyak gambar tak bermoral itu di layar, segera saja kumatikan laptop. Kusembunyikan lagi laptop dan satu ponsel ketempatnya, satu ponsel lain kubawa karena setelah ini permainan baru akan aku mulai.Kuletakkan lagi ponsel Mas Haris di saku celananya dan aku duduk di depannya lalu menyalakan ponsel lain di tanganku. Aku mulai masuk kesebuah situs rahasia."Hay tim.."Begitu Voice not kukirim, tak lama berselang Pesan demi pesan berondongan masuk membuatku tersenyum."Cepat sekali" Ucapku lalu membaca satu demi satu pesan.Rose[Queen ? Waw !!] Sky[Queen? Are you come back??]Rock[Queen! OMG!! mimpi apa gue!!]Black[Hay Queen!]King J[Ada pekerjaan baru?] Rock[Tanyakan kabarnya dulu, kamu main tembak saja]King J[haha... Aku rindu bermain kawan]Aku tersenyum sendiri membaca pesan mereka. Ya, begitulah kami saat sudah saling terhubung.Sebelumnya, perkenalkan dulu, namaku Dina Arleta. Aku lebih dikenal dengan nama Queen dalam dunia Cyber, kami punya satu tim dengan nama DreamNet, team Cyber yang kami bentuk tujuh tahun lalu.Awalnya, aku yang mencintai dunia game, mengumpulkan beberapa orang dengan hoby yang sama untuk mengikuti beberapa turnamen. Seiring waktu, team kami berkembang, kami yang dari berbagai latar belakang berbeda namun mencintai dunia cyber, akhirnya mengembangkan program Cyber security.Hingga saat ini bahkan program kami terus dikembangkan dan masih digunakan beberapa lembaga dunia, tentunya dengan rahasia.Ya, kami bekerja secara rahasia. Tak ada lisensi resmi, atau kontrak jelas. Bahkan tak pernah ada satupun dari penguna jasa kami, tau identitas, atau bertemu dengan kami. Karena itu mereka menyebut kami 'Cyber bayangan'. Kami termasuk kategori 'Grey hat' kala itu.Kami pernah secara rahasia membobol beberapa situs pemerintahan, Mencuri data sebuah perusahaan besar atau meretas dan merusak sebuah sistem keamanan. Bahkan berusaha meretas sistem keamanan perusahaan besar dan melaporkanya juga jadi bagian permainan kami setelahnya timbal balik bayaran dengan nominal di atas enam digit bisa kami miliki.Namun, sejak dua tahun terkahir, kami hanya fokus mengembangkan cyber security. Menjualnya pada perusahaan pengguna jasa kam, dan memastikan data mereka aman dari cyber crime.Tak sulit, Kami bekerja dengan Enam orang dalam team yang kuat, bahkan meski berbeda daerah, latar belakang, pekerjaan, Kami masih bisa bekerja dalam satu team.Namun demi menyandang gelar 'istri', Kutinggalkan semua pekerjaaanku dan menikah dengan mas Haris, suami pilihan keluarga besar Bapak. Dengan berat hati, kulepas semua pencapaianku, dan mengabdikan diri menjadi Nyonya Haris.Aku tak bisa mengatakan bahwa aku bergelut dalam dunia cyber pada Mas haris, Atau mengatakan aku seorang hacker. Selama enam bulan pernikahan, aku belum bisa mengatakannya, aku masih menunggu waktu yang tepat.Namun sepertinya, rahasiaku akan kusimpan sendiri untuk waktu yang belum kutahu. Karena ternyata suami yang ku hormati itu sudah bermain api.Kuketik kembali sebuah pesan.[Besok bisa bertemu? Aku punya tugas untuk kalian. Lebih tepatnya aku meminta bantuan.]Sky[Oke...] Rock[Tercatat Queen]King J[Jangan tanya bisa atau tidak Queen, Kami pasti bisa!]Rose[Aku Siap !]Rose mengirim foto sebuah tiket.Black[Aku juga... Tapi, seperti biasa.]Rose[Apa wajahmu penuh belatung Black? Sampai hari ini tak pernah ada yang tau siapa kamu?]King J[ Mungkin kau Alien Black? Mengingat begitu jenius nya kau memecahkan sandi?]Sky[ Jangan konyol King! Jika Black Alien, Kuharap kita punya pesawat UFO]King J[hahaha... Mungkin kita retas akun Black saja.]Sky[Jangan! Programmu akan terserang banyak virus.]Rose[Hahahahaaaa.... Seperinya kau pernah coba sky? Bodoh !]Black[Maaf Kawan... Begitulah cara kerjaku]Rock[Tak masalah Black, jangan dengarkan gurauan mereka]Rose[Aku bercanda Black, aku sedang bertanya setampan apa dirimu?]Aku hanya tersenyum. Tak menjadi masalah akan sikap Black, karena sepanjang kami kenal satu dan lainya dia jujur, beretika, bertanggung jawab, meski tak pernah mau membuka siapa dirinya. Bagiku kinerjanya sangat memuaskan, itu saja cukup, pribadinya bukan hakku untuk mengatur.Kuketik lagi sebuah pesan. Mengakhiri perdebatan dan canda mereka pada Black.[Thank you guys... Sampai Jumpa besok my team]Kumatikan ponsel ini, lalu membawanya ke dapur, menaruhnya di antara tumpukan mie instan dan bumbu instan. Disini adalah tempat teraman, Mas Haris tak akan pernah memeriksa apapun di dalam dapur rumah kami."Selamat datang di dunia nyataku Mas Haris sayang."Bersambung....Aku menunggu suami tercintaku bangun. Memasak semua makanan kesukaannya, memakai gaun terindah malam ini dan menyalakan lilin beraroma di setiap sudut ruangan.Saat kulihat tubuh itu mengeliat bangun, Kupasang senyum termanis mendekatinya."Capek sekali mas? Sampai tertidur begitu lama?""Iyaa, jam berapa ini?" Mas Haris memijat pelipisnya sendiri."Sepuluh malam.""Sepuluh? kau tak membangunkan aku Dina? lima jam lebih aku tertidur dan kau diam saja?""Lantas aku harus apa mas? Aku sudah coba membuatmu bangun, tapi kamu bilang 'Jangan ganggu aku' heem ?" Aku mencoba membela diri, meski aku ragu ini tak akan meredam rasa kesalnya padaku, tapi aku tetap berjalan dengan anggun kearahnya."Jangan konyol din, Kamu sedang apa ? Kenapa rumah begitu gelap?" Matanya menyisir ruang tengah rumah kami." Aku hanya ingin memberimu waktu spesial mas, sebelum kamu berangkat keluar kota.
Selamat pagi duniaku. Menikmati tarian mas sepanjang malam, Sunguh membuatku tertidur lelap. Siraman airnya di kamar mandi saja, bahkan jadi musik alami tersendiri. Masuk dan keluar kamar mandi, sambil memegangi perutnya yang entah serasa seperti apa, melihatnya lemas, bahkan untuk sekedar memegang ponsel pun dia tak sempat. Kasihan suamiku!Tapi hidup memang selucu ini ya, lelaki yang semenjak menikah kujaga kualitas hidupnya, makannya, bahkan vitamin dan kesehatannya. kini kubuat tak sangup lagi bercinta online, dengan g**diknya itu.Hari ini kusiapkann sarapan untuk mas Haris, membuatkanya bubur hangat dan juga beberapa lauk untuk menyambut tamu-tamu istimewaku nanti.Aku harus berperan menjadi istri terbaik untuk suamiku bukan? Semangat Dina!Setelah semua siap, Mas Haris terlihat lemas berjalan menuruni tangga lalu melempar tubuhnya ke sofa."Din, lihat ponsel mas?"Dikamar sepertinya, kenapa?"
Hay Queen..." Seseorang dengan tampilan glamour nya berjalan mendekat. Dialah Rose, Cantik, kaya, selebgram ternama, dan semua barangnya tak dapat disebut 'Murah'. Dia mudah bergaul, tapi tak semua diterimanya dengan baik. Aku mengenalnya dalam pertemuan singkat kami disebuah toko komik sembilan tahun lalu, dia masih sama, sahabat kecilku.Dibelakangnya seorang laki-laki dengan tubuh gempal ikut berdiri mendekatiku. Kukatupkan kedua tangan, mengingat kami bukan mukhrim. Dengan cepat dia melemparkan botol kosong kearahku."Sialan kau Queen!"Aku tertawa, tapi dia tau, aku memang tak mau disentuh lelaki lain. Dialah Rock.Sayangnya dia bukan pemain band. Rock seorang koki disalah satu Hotel berbintang dulu. Tapi sudah Tiga tahun ini berhenti. dan mebuka Cafe usahanya sendiri. Jelas saja dia memilih membuka usaha sendiri. pendapatanya didunia Cyber bahkan bisa sepuluh kali lipat dari gaji dan bonusnya seb
Aku hampir saja berlari kebawah, saat mobil mas Haris memutarkan arahnya, namun tiba-tiba mobil itu kembali berputar ke arah Bandung dan aku kembali duduk mengatur nafasku sendiri."Jangan ulang lagi!" Titahku pada King."Oke... Oke... !" Jawabnya sembari tertawa. Hampir saja aku klimpungan, jika Mas Haris benar-benar pulang, aku bisa dibilang "Bukan istri sholeha' karena keluar tanpa izinnya.Melihat dua manusia koral itu masih dalam perjalanan, dan tak akan terjadi apapun, aku memilih berjalan keluar ruangan dan mencari udara segar.Aku menuju ke mobil dan mengambil makanan yang kubawa tadi. "Pak, makan!" Kuserahkan dua kotak makanan pada pak Salim dan mang Harjo. Biar mereka ikut juga merasakan masakanku"Terimakasih bu." Pak Salim menerima makananku lalu berjalan menghampiri mang Harjo di taman."Itu pedas ya pak, Jadi sediakan minum.dilantai" Ucapku lalu kembali mas
Prov HarisKulaju mobilku ke Kontrakan mala, sebenarnya aku hanya ingin merebahkan diri di kasur, namun empat puluh lebih panggilan tak terjawab dan ratusan pesan membuatku tak bisa tenang sebelum menjelaskannya.Mala, sepupu Dina istriku, usianya baru 23 tahun. Mala memang tak terlalu cantik, dibandingkan Dina yang punya tinggi hampir 170 meter, Mala hanya terlihat sejengkalnya. Namun entah mengapa wanita itu bisa membuat adrenalinku terpacu setiap kali bercinta dengannya.Mala begitu lihai memanjakanku di atas ranjang, dengan Dina aku hanya merasakan kenyamanan, namun tak ada yang membuatku bergejolak liar. Dina istri yang patuh, cantik, lugu dan penurut, lelaki manapun akan mudah jatuh hati padanya.Aku dan Mala bertemu saat aku melamar Dina, setelahnya entah dari mana, Mala mendapat nomorku. Kami sering menjalin komunikasi dan setelahnya bertemu hingga berlanjut ke atas ranjang. Mala membuatku nyaman bercerita padanya, saa
Benda Kotak berantai itu terus saja menghantam kepalaku, wajahku, tanganku bahkan leherku tak luput dari sambaranya.Aku sudah berusaha menjelaskan pada Mala, namun wanita ini seperti kerasukan jin ponsel, dia bahkan menarikku ke tengah semak belukar sekarang."Cari!" Tirahnya, kakinya menghentak-hentak tanah, seperti orang tersetrum saja!Aku menyisir tempatku berpijak sekarang, bagaimana akan kucari benda sekecil itu di rimbunnya rumput liar ini?"Cari mas!" Aku terkejut Mala melemparku dengan kerikil, segera saja aku berjongkok, menyibak semak dan duri di depanku.Sialnya aku, baru beberapa saat lalu membayangkan nikmatnya liburan, kini aku harus mencari benda sia*lan itu. Bodohnya aku, kenapa juga harus kubuang, harusnya kumasukkan saja ke tas Mala lalu memintanya keluar bersama ponselnya itu.Aku lihat Mala masih menyisir rumput yang lebih pendek, sementara dia paksa aku membuka hutan duri di te
Hari mulai gelap, Selepas solat Isya bersama dan makan malam yang hangat, aku duduk berdua dengan mas pandu di bakon rumahku.Balkon memang selalu jadi tempar favorit kami bercerita. Dulu di rumah, Kami akan naik tangga bambu dan duduk berlama-lama di atap rumah hanya untuk saling berbagi cerita.Lalu semenjak rumah di renovasi, Bapak membuat baklon juga di belakang rumah. Bapak bilang, itu di buat untukku dan Mas Pandu, karena seringnya kami memanjat ke atap rumah. Namun kenyataanya jadi hak milik Emak, tempat istimewa menjemur pakaian saat siang." Bagaimana kabarmu mas? "Mas Pandu menatapku sebentar, lalu memandang langit yang penuh bintang."Aku baik, seperti yang kau lihat. Kau sendiri, apa kesibukanmu?"Aku hanya tersenyum, memandang rumput plastik tempat kami duduk. "Jadi istri sholeha mas, tu pekerjaanku.""Itu bukan pekerja Din!""Lantas?" Aku
Aku masih terdiam mendengar tanya mas Pandu. Haruskah aku bercerita padanya sekarang? Atau nanti menunggu semuanya jelas."Tak ingin memulai bercerita?"Dia kembali melemparkan tanya. Aku hanya tertunduk menatap rumput sintetis di kakiku."Baiklah Din, simpan sendiri saja!" Ucapnya lagi, lalu berjalan masuk ke dalam rumah."Mas, tunggu!" Akhirnya aku menyerah."Duduklah!" Aku memintanya duduk kembali.Mas Pandu menurutiku, kuhembuskan nafas panjang sebelum memulai, akhirnya semua bebanku lolos keluar dari krongkongan. Kecuali tentang siapa perempuan itu dan Dreamnet."Lantas apa yang akan kau lakukan?""Mengumpulkan bukti mas, sejauh ini aku belum memiliki banyak bukti." Ucapku menerangkan."Aku dan Mas Haris memiliki perjanjian pra nikah. Toko mebel pemberian Bapak, Rumah ini dan juga separuh saham bapak di batu bara, masuk sebagai harta kami bersama setelah
Sky yang melihat itu tersenyum, dia tau Banyu akan punya cara membawaanya pergi. Ya, Tali itu di ayun Terus agar ujungnya bisa mendekati Sky. beberapa kali ayunan membuat ujungnya lebih dekat ke arah Sky, dirinya mencoba meraih namun masih belum tergapai."Kamu harus lompat!" Teriak Banyu, dipa merasakan angin terlalu kuat sekarang."Lompat Sky!" Banyu merasakan ombak mulai tinggi menghantam"Kompat? sekarang?""Tahun depan, sekarang lah!" Ucap Banyu kesal, kapal terbakar itu mulai tenggelam dan Sky masih juga ragu untuk meninggalkan nya.Sky melihat air laut semakin dekat, jika dia gagal melopat, artinya takk ada lagi kesempatan, tali kapal tak cukup jika harus menyentuh lautan dan jangkar tak bisa di keluarkan dengan segera, sementara gulungan awan hitam mulai terlihat di atas mereka."Kenapa cuaca tiba-tiba berubah mbak?" Anik panik melihat badai akan segera datang."Tidak tiba-tiba, awan itu sudah bergelantung di atas kita sejak pagi hanya saja tidak sebesar ini.""Sky, lompat!" T
Kanaya begitu marah mendengar kabar pelarian Banyu, dia sudah berbuat banyak sejauh ini, namun justeru kebodohan demi kebodohan dia dengar."Tolol kalian semua!" Teriaknya kesal di ruang sunyi tempatnya bersembunyi.Panggilan dari Philip tak lagi di gubrisnya, Kanaya merasa semua sudah berakhir sekarang. "Aku benci pada Kalian semua!" Teriaknya lagi, bayang wajah Banyu semakin membuat hatinya tercabik dan nyeri.Mencoba perbikir jernih bagaimana dia akan menemui Banyu sekarang, Kanaya berjalan keluar ruangan, berusaha tersenyum pada beberapa orang staf nya di luar, Kanaya berjalan menuju lif."Ada apa lagi Naya?" Khan menarik tangan adiknya itu.Kanaya menatap Khan dengan kesal, berusaha melepaskan tangan kakaknya."Aku ada urusan.""Soal Banyu lagi?" Khan bertanya, setelah pertengkaran dengan adiknya tempo hari, Khan mencoba kembalu memberikan kesempatan."Bukan, aku harus pergi menemui temanku!" Ucapnya dingin lalu meninggalkan Khan di depan Lif.Kanaya turun ke lanti dasar, ingin
Banyu keluar lebih dulu ke dalam kabin, Rock masih terduduk di sana dengan mata hampir tak bisa terbuka lagi."Tidurlah, aku akan gantikan." Ucapnya pada Rock, lelaki itu berdiri dan berpindah posisi ke belakang, menyandarkan tubuhnya pada kursi yang lebih lega."Aku masih ada di jalur yang benar, kemudikan saja begitu, mungkin beberapa jam lagi kita sampai di darat." Ucap Rock dengan suara sedikit meracau.Banyu hanya tersenyum tipis menyadari kantuk menguasai sahabatnya itu. "Tidur saja di dalam, aku akan Pastika semua aman." Ucap Banyu lagi, namun Rock sudah tak mendengar, dengkurannya halus sudah menemani tidurnya yang lelap.Banyu kembali menatap ke laut, semalam benar-benar membuatnya ketakutan, matanya yang bening seolah menelisik arah mana dirinya dan yang lain datang semalam."Cari sesuatu?" Sky masuk degan semangkuk mie dalam sterofom, aromanya membuat perut banyu serasa meronta."Baru buat?" Tanya banyu."Ya, di belakang ada, air panas yang aku buat juga masih, bikin saja s
"Kami ada di tempat semula, bergeser sedikit kearah barat."Suara Rock terdengar pada alat yang Dina pakai dalam baju selamnya.Bus... Bus...Suara peluru menembus air, mereka dapat melihat peluru-peluru itu membelah air membentuk gelembung-gelembung yang menjurus ke bawah.Dina memberi sinyal bahaya pada Rock, sementara Banyu membuat isyarat agar mereka berenang lebih dalam.Matikan lampuBanyu meminta dengan isyarat, Dina dan Anik mematikan lampu di tangan mereka.Ke bawah!Sky meunjuk arah bawah dan mereka bergandengan menjauhi peluru yang masih terus menerjang ke dalam air.Mereka menyelam menjauhi tembakan yang masih terdengar, semakin ke dalam menuju ke arah yang di rasa benar. Banyu menyalakan lampu merah di dalam air, mereka saling melihat untuk membaca isyarat selanjutnya.Kalian di mana?Rock kembali menghubungi dan mencari dimana sahabat-sahabat nya sekarang. Anik menyalakan sinyal yang ada di pinggangnya, lalu mencari di mana letak kapal mereka berhenti.Ke arah barat kali
"Bagaimana kita bisa ke bawah? Lihat semua tempat penuh dengan pengawasan." Sky memperhatikan setiap tempat yang mereka lewati, namun tak satupun tempat sepi."Jika begitu kita harus turun." Banyu berbisik, mereka berhenti sebentar di atas sebuah lorong."Bagaimana bisa kita turun? Lantas dimana kita akan turun?" Sku masih tak mengerti apa yang Nanti rencanakan."Jika kita tak bisa mengelabuhi mereka, maka jadilah bagian dari mereka!" Ucap Banyu lalu berusaha membuka tutup lubang angin di bawahnya."Kamu benar!" Ucap Sky saat sadar bahwa ide Banyu mungkin bisa di gunakan membawa mereka ke ruang bawah.Mereka melompat turun, lalu bersembunyi di antara tepian lorong, Banyu sedikit lega sekarang, sebab semua cctv berada di bawah kendali teamnya.Sky berada di belakang Bantu, menyelinap di antara lorong dan tak lama empat lelaki keluar dari sebuah ruangan."Ada yang datang!" Ucap Sky bersembunyi dinujung lorong bersama Banyu. Empat orang itu berbatus rapi, dan dua di antaranya masuk ke ru
Dina menyelam lautan dingin, dia tau bisa saja nyawanya tak selamat malam ini, tugasnya bersama anik adalah masuk dari bawah kabin kapal. Banyu sudah memberikan koordinasi kapal tempatnya di tawan, Sky dan dirinya sudah bisa mengendalikan ruang kontrol kapal sejak kemarin.Anik dan Dina hanya bisa berkomunikasi dengan sandi cahaya, sandi yang sudah mereka pelajari selama perjalanan kemari. Tiba di dekat pintu bawah, Dina dan Anik berusaha meraih tangga besi di atasnya. Kapal itu berhenti di satu tempat jadi cukup aman berada tepat di ujung belakang kapal untuk bisa meraih tangga ke atas.Hup!Anik naik lebih dulu, dia melepas tabung oksigen di pijakan terakhir dan menalinya dengan erat, lalu menarik tubuh Dina naik lebih dulu. Dina Menik melewati Anik dan ikut melepaskan tabung oksigen nya lalu Anik menerimanya dengan sigap, ia menali lagi tabung itu tepat di sisi bawah tabung miliknya.Tanpa banyak bicara, mereka lalu naik mengikuti tangga yang membawa mereka ke pintu belakang kapal
Banyu tau dirinya dan Sky dalam keadaan terancam, kapanpun mereka bisa saja mati sia-sia, sebab semua penjaga di sini tak pernah lepas dari senjata api. Philip diam-diam terus mengawasi, meski Banyu pura-pura tak tau, namun mata-mata yang di bayarnya bisa banyu ketahui.Hari ini terpaksa juga Banyu meminum sesuatu yanh sudah di campur obat pencahar, ia tau Philip yang sudah membuatnya begini, bahkan siapa yang membawakan obat itu Banyu juga tau, tapi untuk sesuatu yang lebih besar, dia relakan perutnya terkuras hari ini."Harusnya jangan kamu telan minuman itu!" Sky berbisik kesal, mereka sedang berada di klinik saat ini."Lalu menurutmu Philip tak akan curiga?" Banyu bertanya dengan alis terangkat."Entah, tapi menyebalkan sekali saat kita tau seseorang ingin mengerjaimu tapi kamu justeru pura-pur bodoh untuk membiarkannya." Ucap Sky kesal sendiri.Banyu tersenyum sendiri, meski benar apa yang Sky katakan, kali ini dia harus mengalah dulu."Ini obat diarenya, jangan lupa untuk banyak
Pov author.Mereka tiba di bandara Banyuwangi, lalu Rock membawa mereka semua ke sebuah tempat yang tak pernah mereka kunjungi. Rock meminta bantuan seseorang untuk bisa membawanya datang kempat ini. Perjalanan mereka cukup menguras tenaga, menyeberangi lautan dengan kapal kecil dan membawa team Dream Net ke pulau misterius."Kita sudah ada di ujung timur jawa.""Lantas apa maksudnya kak?" Anik bertanya, gadis itu begitu tak sabar memulai misinya membawa pulang sang kekasih."Kalian tau Kanaya jelas tak sendiri, kita bahkan tak yakin apakah Khan memang tak tau apa yang di lakukan adiknya atau ini hanya bagian dari rencana mereka.""Lantas apa maksudnya kak Rock?" Anik masih belum memahami."Maksudnya adalah kita kecoh mereka!" Ucapk Dina menjelaskan lebih gamblang apa yang akan mereka lalukan."Jika untuk mengecoh, kenapa hanya di ujung timur kita bisa pergi ke luar jawa, mereka akan berpikir tujuan kita bukan di tempat kapal itu berada." Anik dengan kritisnya mencoba menerka apa yang
Emak terus mendekapku malam ini, tak ada sedikitpun kalimat terucap dari bibirnya setalah aku berpamitan sore tadi, bahkan ketika makan malam bersama, emak tak banyak bicara, bibirnya terkatup dan hanya tersenyum saat dua cucunya mengajak bicara.Dingin udara malam semakin membuat aku menyadari bahwa kehilangan itu terasa sangat menyesakkan. Bapak bahkan menahan tangis saat aku pamit selepas magrib tadi."Mak..."Aku memanggilnya, namun wanita yang melahirkan aku itu hanya memejamkan mata dan diam."Mak, apa emak..." Belum juga aku selesai bicara, emak sudah mengatup bibirku dengan jarinya."Koe ra perlu ngomong opo-opo nduk, emak wes reti kabeh." (kami tak perlu bicara apapun nduk, emak sudah tau semua.)Aku hanya diam, lalu memeluk erat emak. Mungkin juga ini kali terakhir aku bisa mencium aroma tubuh wanita yang begitu aku cintai ini. Mungkin ini juga kali terakhir aku bisa mendekap dan merasakan napas hangatnya menyentuh kulit ku.Mataku terpejam, merasakan setiap detik kasih emak