Share

Pertemuan

Penulis: Pramesti GC
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-21 18:15:29

Selamat pagi duniaku. Menikmati tarian mas  sepanjang malam, Sunguh membuatku tertidur lelap. Siraman airnya di kamar mandi saja, bahkan jadi musik alami tersendiri. Masuk dan keluar kamar mandi, sambil memegangi perutnya yang entah serasa seperti apa, melihatnya lemas, bahkan untuk sekedar memegang ponsel pun dia tak sempat. Kasihan suamiku!

Tapi hidup memang selucu ini ya, lelaki yang semenjak menikah kujaga kualitas hidupnya, makannya, bahkan vitamin dan kesehatannya. kini kubuat tak sangup lagi bercinta online, dengan g**diknya itu.

Hari ini kusiapkann sarapan untuk mas Haris, membuatkanya bubur hangat dan juga beberapa lauk untuk menyambut tamu-tamu istimewaku nanti.

Aku harus berperan menjadi istri terbaik untuk suamiku bukan? Semangat Dina!

Setelah semua siap, Mas Haris terlihat lemas berjalan menuruni tangga lalu melempar tubuhnya ke sofa.

"Din, lihat ponsel mas?

"Dikamar sepertinya, kenapa?"

" Yasudah, nanti saja." Ucapnya masih mengusap perutnya yang terlihat lebih ramping.

"Bagaimana perutmu mas?" Ucapku dari dapur, rumah kami tak terlalu luas, ruang tengah dan dapur terhubung tanpa sekat.

"Sudah mendingan din, kamu baik-baik saja?" Mas Haris nampak mendongak ke arahku.

"Aku baik, makan kenyang dan tidur sangat nyenyak." Ucapku masih sibuk menyiapkan sarapan mas haris.

"Suamimu diambang sekarat, kau bisa tidur din?"

"Lalu harus apa mas? menemanimu ke kamar mandi? minta kuceboki?"

Mual sendiri aku mengucap kalimat terakhir!

"Yaa tidak, setidaknya ikut prihatin lah din!" Ketusnya.

"Aku prihatin mas, tapi aku masih marah mas bilang makananku penyebabnya. Siapa yang tau mas 'Jajan' sembarangan di luar selama ini" Ucapku penuh penekanan.

Kulihat Mas Haris sudah tidak menangapi, tubuhnya kembali direbahkan ke sofa.

 Aku berjalan mendekat, membawa secangkir teh hangat dengan sepiring bubur. Kali ini makananya aman, tak baik terus menerus membuat suami sendiri tersiksa.

"Aku menunggu permintaan maafmu." Ucapku meletakkan makanan di meja.

Kulihat Mas Haris mengerutkan alisnya, dengan sisa tenaga dia berusaha duduk. Kubantu tentu, kubantu dia duduk. Aku istri idaman kan?

"Maaf apa?"

"Menuduh makananku penyebabnya sakit perutmu! "

Seperti enggan berdebat, mas Haris memutar matanya. "Baiklah, Mas minta maaf. Sepertinya memang mas salah makan di kantor." Ucapnya memegang tanganku.

Kukibaskan segera, mengingat tangan itu bekerja apa semalaman, aku tak ingin membayangkan lebih. oh, Cukup sudah!

"Masih tetap akan berangkat keluar kota?"Tanyaku basa basi. Tentu saja dia akan tetap berangkat menemui J*lang kecilnya itu.

"Iya lah, apa kata dia nanti, Semalaman saja aku sudah tak ada kabar!"

"Dia mas?" Aku mengulang kalimatnya

" Maksud mas, mereka em, teman kerja mas. Semalam harusnya mas keluar kan? Tapi tak jadi karena sakit perut."

Aku hanya mengangguk lalu kembali kedapur. 'Dia' tadi Mas Haris bilang? Sudah hampir mati dehidrasi masih memikirkan selakangan batu kali.

Aku ambil sepiring bubur dan memakanya tanpa bicara, menahan emosi ternyata menghabiskan banyak tenaga. Apa lagi harus berakting manis di depan suami tak berakhlak sepertinya. Sungguh menghabiskan tenaga dan rasaku, pantas saja pemeran sinetron itu mahal bayarnya, akting memang butuh banyak bersabar.

Kulap manis bibirku, kembali berperan menjadi perempuan lugu dan istri terbaik Haris Gunawan. Aku mencuci bekas piring kotor dan berjalan ke depan menyiram tanaman kami yang subur dan hijau.

Tak berapa lama aku menyiram tanaman, Mas Haris nampak keluar dengan pakaian rapi, wanginya bahkan menusuk hidungku. Meski sudah membersihkan diri, wajah pucatnya masih kentara.

"Din, mas pergi ya?"

" Sudah bawa obat?" Aku mendekat pada mas Haris. melihat caranya berpakaian, sunguh seperti anak muda jaman sekarang.

Kulihat mas Haris mengeleng pelan, sambil berulang kali dia mengusap layar Ponselnya. Aku tersenyum melihatnya tengah pusing sendiri, pasti j*lang kecil itu tengah mengamuknya.

"Aku ambilkan obat dulu mas, bisa diminum nanti di sana." 

Aku berlari masuk menuju kotak obat, mengambil obat diare dan memasukkannya ke koper depan. Seketika wajahnya pucat seperti mengingat sesuatu.

"Din, kemana plastik di koper ini?"

"Oh, aku buang mas, kenapa memang?"

" Betul kamu buang? Kamu ngak nemu apa begitu ?" Mas Haris kembali bertanya, nampak kegusaran dari caranya menatapku. 

" Iya, aku buang. Ada permen aku lihat sekilas, tapi sudah ikut kubuang mas. Sampahnya juga sudah diangkut pagi tadi." Ucapku menjelaskan.

"oh.. Yasudah."

"memang kenapa mas? "

"Tak apa, mas pikir ada kuwitansi atau apa terselip." Dustanya.

Aku tersenyum menganggukan kepalaku. Owalah mas... mas.. Memangnya aku tak tau, kau sedang mencari sarung keramatmu itu !

"Mas Berangkat ya Din, Jaga rumah, jangan keluyuran. Ingat ya, kalau pergi pamit dulu!"

Aku hanya memganggukkan kepala. Mencium takzim tangan mas Haris. Sesaat kemudian mobil itu telah melesat entah kemana.

"Pergi pamit mukamu! Huu... Barangmu cari lubang lain saja kau tak permisi padaku!"

Teriakku sambil mengepalkan satu tangan kearah mobilnya menghilang. Sudah macam orang gila aku bicara sendiri!

Segera kulempar selang air, mematikan kran dan bersiap menuju tempatku dan yang lain bertemu. Memasukkan semua makanan masakanku pagi ini ke dalam wadah, Semua masih utuh. Mas Haris hanya memakan buburnya. Tentu  saja utuh, sebab yang lain kumasak dengan sambal ekstra.

Setelah berganti pakaian, aku berkaca sebentar, gamis marun dengan renda putih di tengahnya, Aku nampak Berbinar, meski hatiku remuk redam.

Aku masuk ke dalam mobil, melajukannya perlahan, membelah jalan yang mulai ramai dijam sesibuk ini. Tiga puluh menit aku sudah sampai di tempat tujuanku.

Kunyalakan klakson dan gerbang besar itu terbuka. Dua mobil yang tak asing bagiku terparkir di garasi rumah, aku keluar saat pak Salim berlari mendekat.

"Sudah ada yang datang pak?"

"Sudah bu, ada di dalam."

Aku melangkah memasuki rumah besar ini. Ya, rumah yang kami beli dari hasil 'bekerja' selama ini, rumah ini tak pernah dipakai, kecuali hanya untuk bertemu seperti ini.

Bersambung....

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
Wonder woman
goodnovel comment avatar
Tini Win
mndukung mu Queen tetap lh mnjdi yg trbaik
goodnovel comment avatar
Yanyan
wanita hebat.. diam" menghanyutkan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kuretas Hidup Suamiku Dan Simpanannya   Permainan baru

    Hay  Queen..." Seseorang dengan tampilan glamour nya berjalan mendekat. Dialah Rose, Cantik, kaya, selebgram ternama, dan semua barangnya tak dapat disebut 'Murah'. Dia mudah bergaul, tapi tak semua diterimanya dengan baik. Aku mengenalnya dalam pertemuan singkat kami disebuah toko komik sembilan tahun lalu, dia masih sama, sahabat kecilku.Dibelakangnya seorang laki-laki dengan tubuh gempal ikut berdiri mendekatiku. Kukatupkan kedua tangan, mengingat kami bukan mukhrim. Dengan cepat dia melemparkan botol kosong kearahku."Sialan kau Queen!"Aku tertawa, tapi dia tau, aku memang tak mau disentuh lelaki lain. Dialah Rock.Sayangnya dia bukan pemain band. Rock seorang koki disalah satu Hotel berbintang dulu. Tapi sudah Tiga tahun ini berhenti. dan mebuka Cafe usahanya sendiri. Jelas saja dia memilih membuka usaha sendiri. pendapatanya didunia Cyber bahkan bisa sepuluh kali lipat dari gaji dan bonusnya seb

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-21
  • Kuretas Hidup Suamiku Dan Simpanannya   Tamu Besar

    Aku hampir saja berlari kebawah, saat mobil mas Haris memutarkan arahnya, namun tiba-tiba mobil itu kembali berputar ke arah Bandung dan aku kembali duduk mengatur nafasku sendiri."Jangan ulang lagi!" Titahku pada King."Oke... Oke... !" Jawabnya sembari tertawa. Hampir saja aku klimpungan, jika Mas Haris benar-benar pulang, aku bisa dibilang "Bukan istri sholeha' karena keluar tanpa izinnya.Melihat dua manusia koral itu masih dalam perjalanan, dan tak akan terjadi apapun, aku memilih berjalan keluar ruangan dan mencari udara segar.Aku menuju ke mobil dan mengambil makanan yang kubawa tadi. "Pak, makan!" Kuserahkan dua kotak makanan pada pak Salim dan mang Harjo. Biar mereka ikut juga merasakan masakanku"Terimakasih bu." Pak Salim menerima makananku lalu berjalan menghampiri mang Harjo di taman."Itu pedas ya pak, Jadi sediakan minum.dilantai" Ucapku lalu kembali mas

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-23
  • Kuretas Hidup Suamiku Dan Simpanannya   Haris : Begundal kecil 1

    Prov HarisKulaju mobilku ke Kontrakan mala, sebenarnya aku hanya ingin merebahkan diri di kasur, namun empat puluh lebih panggilan tak terjawab dan ratusan pesan membuatku tak bisa tenang sebelum menjelaskannya.Mala, sepupu Dina istriku, usianya baru 23 tahun. Mala memang tak terlalu cantik, dibandingkan Dina yang punya tinggi hampir 170 meter, Mala hanya terlihat sejengkalnya. Namun entah mengapa wanita itu bisa membuat adrenalinku terpacu setiap kali bercinta dengannya.Mala begitu lihai memanjakanku di atas ranjang, dengan Dina aku hanya merasakan kenyamanan, namun tak ada yang membuatku bergejolak liar. Dina istri yang patuh, cantik, lugu dan penurut, lelaki manapun akan mudah jatuh hati padanya.Aku dan Mala bertemu saat aku melamar Dina, setelahnya entah dari mana, Mala mendapat nomorku. Kami sering menjalin komunikasi  dan setelahnya bertemu hingga berlanjut ke atas ranjang. Mala membuatku nyaman bercerita padanya, saa

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-23
  • Kuretas Hidup Suamiku Dan Simpanannya   Haris : Begundal kecil 2

    Benda Kotak berantai itu terus saja menghantam kepalaku, wajahku, tanganku bahkan leherku tak luput dari sambaranya.Aku sudah berusaha menjelaskan pada Mala, namun wanita ini seperti kerasukan jin ponsel, dia bahkan menarikku ke tengah semak belukar sekarang."Cari!" Tirahnya, kakinya menghentak-hentak tanah, seperti orang tersetrum saja!Aku menyisir tempatku berpijak sekarang, bagaimana akan kucari benda sekecil itu di rimbunnya rumput liar ini?"Cari mas!" Aku terkejut Mala melemparku dengan kerikil, segera saja aku berjongkok, menyibak semak dan duri di depanku.Sialnya aku, baru beberapa saat lalu membayangkan nikmatnya liburan, kini aku harus mencari benda sia*lan itu. Bodohnya aku, kenapa juga harus kubuang, harusnya kumasukkan saja ke tas Mala lalu memintanya keluar bersama ponselnya itu.Aku lihat Mala masih menyisir rumput yang lebih pendek, sementara dia paksa aku membuka hutan duri di te

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-23
  • Kuretas Hidup Suamiku Dan Simpanannya   Tak dapat berdusta

    Hari mulai gelap, Selepas solat Isya bersama dan makan malam yang hangat, aku duduk berdua dengan mas pandu di bakon rumahku.Balkon memang selalu jadi tempar favorit kami bercerita. Dulu di rumah, Kami akan naik tangga bambu dan duduk berlama-lama di atap rumah hanya untuk saling berbagi cerita.Lalu semenjak rumah di renovasi, Bapak membuat baklon juga di belakang rumah. Bapak bilang, itu di buat untukku dan Mas Pandu, karena seringnya kami memanjat ke atap rumah. Namun kenyataanya jadi hak milik Emak, tempat istimewa menjemur pakaian saat siang." Bagaimana kabarmu mas? "Mas Pandu menatapku sebentar, lalu memandang langit yang penuh bintang."Aku baik, seperti yang kau lihat. Kau sendiri, apa kesibukanmu?"Aku hanya tersenyum, memandang rumput plastik tempat kami duduk. "Jadi istri sholeha mas, tu pekerjaanku.""Itu bukan pekerja Din!""Lantas?" Aku

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-23
  • Kuretas Hidup Suamiku Dan Simpanannya   Lelaki Penjilat

    Aku masih terdiam mendengar tanya mas Pandu. Haruskah aku bercerita padanya sekarang? Atau nanti menunggu semuanya jelas."Tak ingin memulai bercerita?"Dia kembali melemparkan tanya. Aku hanya tertunduk menatap rumput sintetis di kakiku."Baiklah Din, simpan sendiri saja!" Ucapnya lagi, lalu berjalan masuk ke dalam rumah."Mas, tunggu!" Akhirnya aku menyerah."Duduklah!" Aku memintanya duduk kembali.Mas Pandu menurutiku, kuhembuskan nafas panjang sebelum memulai, akhirnya semua bebanku lolos keluar dari krongkongan. Kecuali tentang siapa perempuan itu dan Dreamnet."Lantas apa yang akan kau lakukan?""Mengumpulkan bukti mas, sejauh ini aku belum memiliki banyak bukti." Ucapku menerangkan."Aku dan Mas Haris memiliki perjanjian pra nikah. Toko mebel pemberian Bapak, Rumah ini dan juga separuh saham bapak di batu bara, masuk sebagai harta kami bersama setelah

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-24
  • Kuretas Hidup Suamiku Dan Simpanannya   Tak tau diri

    Bapak, Mas Pandu dan Mas Haris mengobrol hingga larut sekali, aku tak ingat pukul berapa Mas Haris masuk kekamar, pagi ini dia bahkan bangun terlalu siang.Ini hari minggu, jika sesuai rencana harusnya sekarang dia sedang bercinta dengan pujaannya, tapi justeru kembali ke rumah degan wajah penuh polesan merah."Bangunmu siang sekali?"Bapak menegur saat Mas Haris turun dari tangga.Mas Haris hanya tersenyum lalu duduk di meja makan."Iya pak, Haris lelah" Ucapnya membela diri."Biasakan solat subuh berjamaah, kamu laki-laki, sehat, waras, wajib solat di Masjid! Masjid juga tak terlalu jauh."Mas Haris tersedak mendengar ucapan Bapak, jelas dia tersindir sekarang, jangankan solat sendiri, azan saja justeru tidurnya semakin pulas.Aku hanya melihatnya sambil menata makanan di piring, lalu membawanya ke meja makan. Mataku melihatnya tajam, entah mengapa ia malah salah tingkah.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-25
  • Kuretas Hidup Suamiku Dan Simpanannya   Jangan remehkan aku

    "Yaa Allah mbak, ada apa ini?" Seorang Wanita bertubuh gempal mendekat dan memapahku duduk di teras samping rumah Mala. " Saya ini kakak sepupunya bu, datang kemari meminta kejelasan, kenapa dia menjalin hubungan terlarang dengan suami saya." Ucapku tergugu, tentunya dengan air mata buaya."astagfirullah! " mereka mejawab bersahutan, saling pandang dan saling berbisik menaruh iba padaku."Perempuan murahan!" Celetuk wanita berambut ikal." Betul mbak Yasi, warga baru saja sudah bikin masalah!""Jangan-jangan suaminya mbak ini mobil hitam yang sering kesini itu ya? mobilnya Mobili* yaa mbak?"Aku semakin kencang menangis, saat yang disebutkan memang benar mobil mas Haris. Aku anggungkan saja kepalaku dengan kencang."Tapi ada mobil lain juga yang sering kesini lho, ganti-ganti." seseorang yang lain menimpali, aku yakin dia pemilik rumah yang sekarang aku duduki.Kubuka leb

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-26

Bab terbaru

  • Kuretas Hidup Suamiku Dan Simpanannya   Berjuang hidup

    Sky yang melihat itu tersenyum, dia tau Banyu akan punya cara membawaanya pergi. Ya, Tali itu di ayun Terus agar ujungnya bisa mendekati Sky. beberapa kali ayunan membuat ujungnya lebih dekat ke arah Sky, dirinya mencoba meraih namun masih belum tergapai."Kamu harus lompat!" Teriak Banyu, dipa merasakan angin terlalu kuat sekarang."Lompat Sky!" Banyu merasakan ombak mulai tinggi menghantam"Kompat? sekarang?""Tahun depan, sekarang lah!" Ucap Banyu kesal, kapal terbakar itu mulai tenggelam dan Sky masih juga ragu untuk meninggalkan nya.Sky melihat air laut semakin dekat, jika dia gagal melopat, artinya takk ada lagi kesempatan, tali kapal tak cukup jika harus menyentuh lautan dan jangkar tak bisa di keluarkan dengan segera, sementara gulungan awan hitam mulai terlihat di atas mereka."Kenapa cuaca tiba-tiba berubah mbak?" Anik panik melihat badai akan segera datang."Tidak tiba-tiba, awan itu sudah bergelantung di atas kita sejak pagi hanya saja tidak sebesar ini.""Sky, lompat!" T

  • Kuretas Hidup Suamiku Dan Simpanannya   Tanpa batasan

    Kanaya begitu marah mendengar kabar pelarian Banyu, dia sudah berbuat banyak sejauh ini, namun justeru kebodohan demi kebodohan dia dengar."Tolol kalian semua!" Teriaknya kesal di ruang sunyi tempatnya bersembunyi.Panggilan dari Philip tak lagi di gubrisnya, Kanaya merasa semua sudah berakhir sekarang. "Aku benci pada Kalian semua!" Teriaknya lagi, bayang wajah Banyu semakin membuat hatinya tercabik dan nyeri.Mencoba perbikir jernih bagaimana dia akan menemui Banyu sekarang, Kanaya berjalan keluar ruangan, berusaha tersenyum pada beberapa orang staf nya di luar, Kanaya berjalan menuju lif."Ada apa lagi Naya?" Khan menarik tangan adiknya itu.Kanaya menatap Khan dengan kesal, berusaha melepaskan tangan kakaknya."Aku ada urusan.""Soal Banyu lagi?" Khan bertanya, setelah pertengkaran dengan adiknya tempo hari, Khan mencoba kembalu memberikan kesempatan."Bukan, aku harus pergi menemui temanku!" Ucapnya dingin lalu meninggalkan Khan di depan Lif.Kanaya turun ke lanti dasar, ingin

  • Kuretas Hidup Suamiku Dan Simpanannya   Bebas

    Banyu keluar lebih dulu ke dalam kabin, Rock masih terduduk di sana dengan mata hampir tak bisa terbuka lagi."Tidurlah, aku akan gantikan." Ucapnya pada Rock, lelaki itu berdiri dan berpindah posisi ke belakang, menyandarkan tubuhnya pada kursi yang lebih lega."Aku masih ada di jalur yang benar, kemudikan saja begitu, mungkin beberapa jam lagi kita sampai di darat." Ucap Rock dengan suara sedikit meracau.Banyu hanya tersenyum tipis menyadari kantuk menguasai sahabatnya itu. "Tidur saja di dalam, aku akan Pastika semua aman." Ucap Banyu lagi, namun Rock sudah tak mendengar, dengkurannya halus sudah menemani tidurnya yang lelap.Banyu kembali menatap ke laut, semalam benar-benar membuatnya ketakutan, matanya yang bening seolah menelisik arah mana dirinya dan yang lain datang semalam."Cari sesuatu?" Sky masuk degan semangkuk mie dalam sterofom, aromanya membuat perut banyu serasa meronta."Baru buat?" Tanya banyu."Ya, di belakang ada, air panas yang aku buat juga masih, bikin saja s

  • Kuretas Hidup Suamiku Dan Simpanannya   Menyelam Bersama Rindu

    "Kami ada di tempat semula, bergeser sedikit kearah barat."Suara Rock terdengar pada alat yang Dina pakai dalam baju selamnya.Bus... Bus...Suara peluru menembus air, mereka dapat melihat peluru-peluru itu membelah air membentuk gelembung-gelembung yang menjurus ke bawah.Dina memberi sinyal bahaya pada Rock, sementara Banyu membuat isyarat agar mereka berenang lebih dalam.Matikan lampuBanyu meminta dengan isyarat, Dina dan Anik mematikan lampu di tangan mereka.Ke bawah!Sky meunjuk arah bawah dan mereka bergandengan menjauhi peluru yang masih terus menerjang ke dalam air.Mereka menyelam menjauhi tembakan yang masih terdengar, semakin ke dalam menuju ke arah yang di rasa benar. Banyu menyalakan lampu merah di dalam air, mereka saling melihat untuk membaca isyarat selanjutnya.Kalian di mana?Rock kembali menghubungi dan mencari dimana sahabat-sahabat nya sekarang. Anik menyalakan sinyal yang ada di pinggangnya, lalu mencari di mana letak kapal mereka berhenti.Ke arah barat kali

  • Kuretas Hidup Suamiku Dan Simpanannya   Pelarian

    "Bagaimana kita bisa ke bawah? Lihat semua tempat penuh dengan pengawasan." Sky memperhatikan setiap tempat yang mereka lewati, namun tak satupun tempat sepi."Jika begitu kita harus turun." Banyu berbisik, mereka berhenti sebentar di atas sebuah lorong."Bagaimana bisa kita turun? Lantas dimana kita akan turun?" Sku masih tak mengerti apa yang Nanti rencanakan."Jika kita tak bisa mengelabuhi mereka, maka jadilah bagian dari mereka!" Ucap Banyu lalu berusaha membuka tutup lubang angin di bawahnya."Kamu benar!" Ucap Sky saat sadar bahwa ide Banyu mungkin bisa di gunakan membawa mereka ke ruang bawah.Mereka melompat turun, lalu bersembunyi di antara tepian lorong, Banyu sedikit lega sekarang, sebab semua cctv berada di bawah kendali teamnya.Sky berada di belakang Bantu, menyelinap di antara lorong dan tak lama empat lelaki keluar dari sebuah ruangan."Ada yang datang!" Ucap Sky bersembunyi dinujung lorong bersama Banyu. Empat orang itu berbatus rapi, dan dua di antaranya masuk ke ru

  • Kuretas Hidup Suamiku Dan Simpanannya   Pertaruhan hidup dan mati

    Dina menyelam lautan dingin, dia tau bisa saja nyawanya tak selamat malam ini, tugasnya bersama anik adalah masuk dari bawah kabin kapal. Banyu sudah memberikan koordinasi kapal tempatnya di tawan, Sky dan dirinya sudah bisa mengendalikan ruang kontrol kapal sejak kemarin.Anik dan Dina hanya bisa berkomunikasi dengan sandi cahaya, sandi yang sudah mereka pelajari selama perjalanan kemari. Tiba di dekat pintu bawah, Dina dan Anik berusaha meraih tangga besi di atasnya. Kapal itu berhenti di satu tempat jadi cukup aman berada tepat di ujung belakang kapal untuk bisa meraih tangga ke atas.Hup!Anik naik lebih dulu, dia melepas tabung oksigen di pijakan terakhir dan menalinya dengan erat, lalu menarik tubuh Dina naik lebih dulu. Dina Menik melewati Anik dan ikut melepaskan tabung oksigen nya lalu Anik menerimanya dengan sigap, ia menali lagi tabung itu tepat di sisi bawah tabung miliknya.Tanpa banyak bicara, mereka lalu naik mengikuti tangga yang membawa mereka ke pintu belakang kapal

  • Kuretas Hidup Suamiku Dan Simpanannya   36. Pertarungan harga diri

    Banyu tau dirinya dan Sky dalam keadaan terancam, kapanpun mereka bisa saja mati sia-sia, sebab semua penjaga di sini tak pernah lepas dari senjata api. Philip diam-diam terus mengawasi, meski Banyu pura-pura tak tau, namun mata-mata yang di bayarnya bisa banyu ketahui.Hari ini terpaksa juga Banyu meminum sesuatu yanh sudah di campur obat pencahar, ia tau Philip yang sudah membuatnya begini, bahkan siapa yang membawakan obat itu Banyu juga tau, tapi untuk sesuatu yang lebih besar, dia relakan perutnya terkuras hari ini."Harusnya jangan kamu telan minuman itu!" Sky berbisik kesal, mereka sedang berada di klinik saat ini."Lalu menurutmu Philip tak akan curiga?" Banyu bertanya dengan alis terangkat."Entah, tapi menyebalkan sekali saat kita tau seseorang ingin mengerjaimu tapi kamu justeru pura-pur bodoh untuk membiarkannya." Ucap Sky kesal sendiri.Banyu tersenyum sendiri, meski benar apa yang Sky katakan, kali ini dia harus mengalah dulu."Ini obat diarenya, jangan lupa untuk banyak

  • Kuretas Hidup Suamiku Dan Simpanannya   Misi Rahasia

    Pov author.Mereka tiba di bandara Banyuwangi, lalu Rock membawa mereka semua ke sebuah tempat yang tak pernah mereka kunjungi. Rock meminta bantuan seseorang untuk bisa membawanya datang kempat ini. Perjalanan mereka cukup menguras tenaga, menyeberangi lautan dengan kapal kecil dan membawa team Dream Net ke pulau misterius."Kita sudah ada di ujung timur jawa.""Lantas apa maksudnya kak?" Anik bertanya, gadis itu begitu tak sabar memulai misinya membawa pulang sang kekasih."Kalian tau Kanaya jelas tak sendiri, kita bahkan tak yakin apakah Khan memang tak tau apa yang di lakukan adiknya atau ini hanya bagian dari rencana mereka.""Lantas apa maksudnya kak Rock?" Anik masih belum memahami."Maksudnya adalah kita kecoh mereka!" Ucapk Dina menjelaskan lebih gamblang apa yang akan mereka lalukan."Jika untuk mengecoh, kenapa hanya di ujung timur kita bisa pergi ke luar jawa, mereka akan berpikir tujuan kita bukan di tempat kapal itu berada." Anik dengan kritisnya mencoba menerka apa yang

  • Kuretas Hidup Suamiku Dan Simpanannya   34. Kami pergi mak, pak.

    Emak terus mendekapku malam ini, tak ada sedikitpun kalimat terucap dari bibirnya setalah aku berpamitan sore tadi, bahkan ketika makan malam bersama, emak tak banyak bicara, bibirnya terkatup dan hanya tersenyum saat dua cucunya mengajak bicara.Dingin udara malam semakin membuat aku menyadari bahwa kehilangan itu terasa sangat menyesakkan. Bapak bahkan menahan tangis saat aku pamit selepas magrib tadi."Mak..."Aku memanggilnya, namun wanita yang melahirkan aku itu hanya memejamkan mata dan diam."Mak, apa emak..." Belum juga aku selesai bicara, emak sudah mengatup bibirku dengan jarinya."Koe ra perlu ngomong opo-opo nduk, emak wes reti kabeh." (kami tak perlu bicara apapun nduk, emak sudah tau semua.)Aku hanya diam, lalu memeluk erat emak. Mungkin juga ini kali terakhir aku bisa mencium aroma tubuh wanita yang begitu aku cintai ini. Mungkin ini juga kali terakhir aku bisa mendekap dan merasakan napas hangatnya menyentuh kulit ku.Mataku terpejam, merasakan setiap detik kasih emak

DMCA.com Protection Status