Hay Queen..." Seseorang dengan tampilan glamour nya berjalan mendekat. Dialah Rose, Cantik, kaya, selebgram ternama, dan semua barangnya tak dapat disebut 'Murah'.
Dia mudah bergaul, tapi tak semua diterimanya dengan baik. Aku mengenalnya dalam pertemuan singkat kami disebuah toko komik sembilan tahun lalu, dia masih sama, sahabat kecilku.Dibelakangnya seorang laki-laki dengan tubuh gempal ikut berdiri mendekatiku. Kukatupkan kedua tangan, mengingat kami bukan mukhrim. Dengan cepat dia melemparkan botol kosong kearahku."Sialan kau Queen!"Aku tertawa, tapi dia tau, aku memang tak mau disentuh lelaki lain. Dialah Rock.Sayangnya dia bukan pemain band. Rock seorang koki disalah satu Hotel berbintang dulu. Tapi sudah Tiga tahun ini berhenti. dan mebuka Cafe usahanya sendiri. Jelas saja dia memilih membuka usaha sendiri. pendapatanya didunia Cyber bahkan bisa sepuluh kali lipat dari gaji dan bonusnya sebagai koki.Tak lama kemudian. satu orang masuk kerumah ini. Kulihat itu Sky. Siapapun akan jatuh hati pada wajah Oppa koreanya. Dia anggota termuda kami. sembilan belas tahun usianya. Bisa bayangkan, Usia berapa dia mulai bermain dengan perangkat ajaib itu? Jangan tanya, komputer makananya sejak masih sekolah dasar. Orang tuanya cukup berada untuk menunjang hobinya ini."Hay kak Queen, siapa yang belum datang?""Siapa lagi jika bukan si tuan besar" Ucap Rose sambil mengarahkan dagunya keluar. Aku bisa dengar deru mobil lain masuk kedalam garasi. Saat kulihat sebuah Lamborghini Huracan Orange melewati kaca ruang depan."Wohooo... gila... gilaa !" Rock berjingkrak semangat melihat tunggangan king J."Jangan Norak!" Rose memukul perut gempal Rock. lalu berjalan menaiki tangga."Itu mobil Delapan Milyar Rose! Delapan Milyar!"Rock bicara dengan binar kagumnya."Beli lah, Beli kalau mau!" Sky menambahkan.Dengan cepat Rock memukul kepala bocah ingusan itu. "Beli kepalamu! Memangnya itu mobil permen kapas. Pas pengen aku bisa beli""Bukan Rock, itu gerobak mie ayam. Yang bisa kau hentikan saat kau inginkan" Canda Sky lagi.Aku tertawa melihatnya, lalu aku pun berjalan menaiki tangga. memuju ruang lain di rumah ini.Zona nyaman kami memang bersama. Jika kalian bertemu kami dijalan, belum tentu kami saling menyapa. Aku tak mengenal mereka selain disini. dan merekapun tak akan mengenalku di tempat lain. Begitulah cara kami 'Bekerja'.Namun diluar semua itu. Kami adalah Satu tubuh. Jika tangan terluka, seluruh tubuh pun merasakannya.Tiba kami disebuah ruangan. Saat lampu menyala. terlihat puluhan monitor didepan kami. Enam komputer terbaru berjajar. Dengan segera Rock mencium satu-satu layar monitor."Aku rindu bau kalian kawan" Ucapnya pada layar-layar itu. Mesra sekali.Aku duduk ditengah dan mengambil tablet di bawah mejaku. Yang lain pun sama. King J datang dan lansung menyesuaikan diri.Dan tak lama sebuah layar besar menyala di belakangku. Tampak disana, seseorang bertopeng putih menatap kami."Hay Black!" Sapaku padanya. Dia hanya melambaikan tangan. Tanpa basa basi aku mulai mengutarakan niatku mengundang mereka."Aku butuh bantuan kalian. Ini masalah pribadiku"Aku pandang mereka satu persatu. menunggu reaksinya akan permintaanku."Oke...!" Ucap mereka hampir bersamaan, lalu menyalakan monitor masing - masing."buka semua akses pribadi mereka! Awasi, laporkan, rekam, apapun, cari informasi. Dimanapun mereka, ambil gambarnya dan kirim padaku!"Kukirim data yang kudapat dari HP Mas Haris. beserta akun Mala dan semua informasinya. Sesaat mereka menatapku, lalu beralih kelayar tablet."Queen?" Rose memanggilku pelan. Ada tanya disana."Aku baik Rose, jangan khawatir" Aku tersenyum menatap mereka satu persatu."Kau yakin?" King J memastikan. Mereka tau betul, lelaki itu adalah suamiku sendiri.Aku menganggukan kepala dengan cepat."Tangisku sudah habis" Aku berucap tegas."Hari ini mereka keBandung. Mungkin ini sudah diperjalanan. Biarkan mereka pergi dan kita kumpulkan semua gambar mereka"" Suamimu masih dimobil dengan perempuan itu" Sky menunjukkan sebuah video dari kamera dalam mobil mas Haris." Mereka bertengkar?" Rose pun melihatnya di dalam layar monitor."Mungkin, Sebab semalaman suamiku tak bisa menghubungi simpanannya itu""Menarik! Perempuan ini punya hutang hampir seratus juta" Rock menatap layar monitornya. Dia nampak begitu serius. Baru sebentar dia sudah membaca semua riwayat pesan Mala.Aku membelalakkan mata."Seratus juta? Pada siapa?"Aku belum masuk kedalam akun pribadi mala. Bahkan sejak semalam aku sibuk menikmati mas Haris yang kukerjai habis."Pinjaman Online sepertinya. Dua hari lagi jatuh tempo"" Baiklah" Aku tersenyum kecut. Bahkan dia punya hutang hampir seratus juta."Aku sudah masuk rekening Bank Perempuan itu, kita blokir?" Sky meminta perserujuankuAku tertawa lepas."Jangan buru-buru adik kecilku. Biarkan mereka menikmati hari indahnya dulu" Kulipat tanganku. Menikmati pertengkaran mereka dilayar. Nampaknya Mas Haris masih membujuk pujaannya itu agar tak merusak hari mereka." mereka berpelukan!" Kudengar tawa renyah Rose menggema diruangan."murah sekali hargamu gadis ingusan. Hanya diberi sebuah kartu kredit silver dia luluh. Memalukan !" Rose melihat minitor itu, seperti meremehkan.Aku pun melihatnya. Ada desir nyeri didadaku. tapi untuk menangis? Jangan harap lagi. Tagis, kecewa, bahkan rasa cintaku sudah melebur kemarin. Kini hanya tersisa penyesalan. Dan ini pula yang membuatku tak segan membuat mereka meminta maaf padaku."Sund*l murahan!, Kau lihat barang-barang palsunya? " Rose kembali berucap."Dia bukan levelmu Queen" Rose menunjuk layar monitor didepanya."Aku tau, tapi dia sudah menghancurkan hidupku" Ucapku lirih"Ayolah Queen. Kau tak hancur. Perempuan itu justru menyingkirkan duri dalam hidupmu" King J berkomentar.Sementara Black, kulihat masih saja terdiam."Kau baik-baik saja?" Aku bertanya padanya. Black hanya menanggukan kepala. jari telunjuk dan jempolnya membentuk huruf O."Mobilnya berjalan, mau ikuti?" Sky memberi informasi."Pakai GPS saja. Jangan retas semua CCTV. Mereka cuma dua manusia setengah batu kali" Aku berdiri dan melihat kearah Black yang masih terus melihat monitornya.Yaa inilah timku. Jika aku punya tim yang siap membantuku, kenapa harus kukerjakan sendiri?Jika aku bisa membagi bebanku dengan mereka, kenapa harus kupikul sendiri?Aku sudah sangat lelah menjadi istri yang baik dan sempurna untuk mas Haris. Sementara semua sibuk dengan tugasnya. King J mendekatiku." Kau akan bercerai Queen?""Yaa, lelaki seperti itu, tak akan pernah berubah""Apa perempuan itu saudaramu?" Rock memperlihatkan fotoku dan mala saat berlibur setahun lalu. Sejak tadi memang dia sibuk mencari informasi tentang Mala."Sepupuku. Dia sepupuku" Kuucap kalimat itu seperti tercekat di kerongkongan. Mengingat Mala adalah saudaraku sendiri. Rasanya lebih sakit.Rose mengusap punggungku menanangkan. Aku hanya tersenyum. "Jangan melemah. J*lang itu bukan saudaramu! Kamu tau Queen, saudara tak akan mengambil milik saudaranya sendiri"Aku mendengar nada marah pada ucapan Rose. Aku tau maksudnya, dia pernah hampir dijual kakak kandungnya sendiri. Dan bersembunyi selama beberapa waktu. Hingga kami bertemu lagi tujuh tahun yang lalu. Setelah dua tahun sebelumnya kami pernah bertemu.Aku mengajaknya bersamaku, membesarkan DreamNet. Sejak itulah hidupnya berubah. Kini Rose tak bisa diremehkan. Apa yang ia mau seolah berlutut dihadapannya.Sementara saat kembali menatap kelayar. Black sudah menutup komunikasinya.Sebuah pesan masuk di tablet[Suamimu urusanku. Akan kulihat dia, kemanapun][Terimakasih Black] Ketikku membalas."Mereka menuju keBandung" Sky kembali memberi info."Sepuluh detik lagi. Aku ada kejutan untuknya" King J mulai serius memperhatikan layar."Jangan King!" Aku berusaha mencegah, tapi apalah dayaku. file sudah terkirim ke HP mala.Di layar kulihat dia memperhatiakan HPnya dan jika dia memencet file itu. Sudah, habislah semua datanya terserang.Dan benar saja, dia panik, melempar HP nya kebawah. Kupastikan batrainya memanas. Karena itulah dia takut. Mobil itu kembali menepi.Mas Haris mengambil HP mala. nampak terkejut juga. HP nya terjatuh lagi. Membuka jendela mobil dan melempar HP mala keluar."Lelaki itu takut HP nya meledak" Ucap Sky dengan tawa lepasnya."Kenapa kau kirimi file king? ini diluar rencana kita" Ucapku protes."Maaf Queen, Aku tak sabar. Harus menunggu mereka ena.. ena baru kita beraksi? Terlalu lama Queen!"Aku hanya berdecak kesal. Namun apa boleh buat, selain menikmati permainan ini, tak ada lagi yang bisa kulakukan"Sementara yang lain masih saja tak berhenti tertawa. bagaimana tidak, mala mengamuk didalam mobil setelah HPnya di buang Mas Haris.HP itu sebenarnya tak akan meledak. Panas dihasilkan dari beratnya kerja software karena menerima file yang berisi malware . kerja batrai dan RAM menjadi lebih berat. Sehingga suhu HP berubah drastis menjadi lebih panas."itu hanya Worm, tak akan meledakkan HP"Aku tersenyum mendengar Ucapan Sky.Ya, Worm sendiri adalah salah satu dari Malware. dia bekerja selama ada jaringan, atau file yang di unduh. Worm dengan pintar mengandakan dirinya dan mengambil semua informasi yang dibutuhkan. atau bahkan merusak data yang ada. Selama ada koneksi internet. Worm dengan cepat menguasai data.Banyak jenis dan spesifikasi yang berbeda pada setiap jenis Malware. Salah satunya adalah Ransomeware yang bekerja menyandera akun pribadi korban. Ini biasa digunakan para Black hat untuk meminta tebusan dengan sejumlah nominal.Aku masih terdiam melihat mereka kebingungan. Berharap bercinta dihari liburnya. Kini justru kulihat mas Haris sibuk mencari HP simpanannya itu."Dari mana gambar itu diambil?" Rose bertanya"CCTV sebuah gudang" Sky menjawab sambil menaikkan pundaknya.Aku hanya tersenyum. Bahkan keberuntungan ada padaku. Melihat jelas mereka menyisir semak belukar di kebun kosong. Mencari HP Mala yang mungkin tak akan pernah ditemukan." Jahatnya kau King. Mereka tak jadi bercinta" Rock berucap sambil tertawa.Dengan cepat Rose memukul kepalanya. Rock melihat kearahku. Ada rasa tak enak kutangkap."Maaf Queen" Ucapnya tulus.Aku tersenyum " Aku sudah tak ada rasa Rock. Tenanglah, aku baik-baik saja"Hampir satu jam mereka disana. Mala masih terpaku di dalam kebun kosong. Sementara mas Haris sepertinya Sudah malas mencari, memilih masuk kembali kedalam mobilnya.Kulihat mas Haris memutar mobilnya. Aku terperajat. Mereka putar balik. Sedang aku tak dirumah saat ini. Kulihat Mala ikut masuk kemobil mas Haris dan mereka benar-benar kearah pulang.Bagaimana ini?Aku hampir saja berlari kebawah, saat mobil mas Haris memutarkan arahnya, namun tiba-tiba mobil itu kembali berputar ke arah Bandung dan aku kembali duduk mengatur nafasku sendiri."Jangan ulang lagi!" Titahku pada King."Oke... Oke... !" Jawabnya sembari tertawa. Hampir saja aku klimpungan, jika Mas Haris benar-benar pulang, aku bisa dibilang "Bukan istri sholeha' karena keluar tanpa izinnya.Melihat dua manusia koral itu masih dalam perjalanan, dan tak akan terjadi apapun, aku memilih berjalan keluar ruangan dan mencari udara segar.Aku menuju ke mobil dan mengambil makanan yang kubawa tadi. "Pak, makan!" Kuserahkan dua kotak makanan pada pak Salim dan mang Harjo. Biar mereka ikut juga merasakan masakanku"Terimakasih bu." Pak Salim menerima makananku lalu berjalan menghampiri mang Harjo di taman."Itu pedas ya pak, Jadi sediakan minum.dilantai" Ucapku lalu kembali mas
Prov HarisKulaju mobilku ke Kontrakan mala, sebenarnya aku hanya ingin merebahkan diri di kasur, namun empat puluh lebih panggilan tak terjawab dan ratusan pesan membuatku tak bisa tenang sebelum menjelaskannya.Mala, sepupu Dina istriku, usianya baru 23 tahun. Mala memang tak terlalu cantik, dibandingkan Dina yang punya tinggi hampir 170 meter, Mala hanya terlihat sejengkalnya. Namun entah mengapa wanita itu bisa membuat adrenalinku terpacu setiap kali bercinta dengannya.Mala begitu lihai memanjakanku di atas ranjang, dengan Dina aku hanya merasakan kenyamanan, namun tak ada yang membuatku bergejolak liar. Dina istri yang patuh, cantik, lugu dan penurut, lelaki manapun akan mudah jatuh hati padanya.Aku dan Mala bertemu saat aku melamar Dina, setelahnya entah dari mana, Mala mendapat nomorku. Kami sering menjalin komunikasi dan setelahnya bertemu hingga berlanjut ke atas ranjang. Mala membuatku nyaman bercerita padanya, saa
Benda Kotak berantai itu terus saja menghantam kepalaku, wajahku, tanganku bahkan leherku tak luput dari sambaranya.Aku sudah berusaha menjelaskan pada Mala, namun wanita ini seperti kerasukan jin ponsel, dia bahkan menarikku ke tengah semak belukar sekarang."Cari!" Tirahnya, kakinya menghentak-hentak tanah, seperti orang tersetrum saja!Aku menyisir tempatku berpijak sekarang, bagaimana akan kucari benda sekecil itu di rimbunnya rumput liar ini?"Cari mas!" Aku terkejut Mala melemparku dengan kerikil, segera saja aku berjongkok, menyibak semak dan duri di depanku.Sialnya aku, baru beberapa saat lalu membayangkan nikmatnya liburan, kini aku harus mencari benda sia*lan itu. Bodohnya aku, kenapa juga harus kubuang, harusnya kumasukkan saja ke tas Mala lalu memintanya keluar bersama ponselnya itu.Aku lihat Mala masih menyisir rumput yang lebih pendek, sementara dia paksa aku membuka hutan duri di te
Hari mulai gelap, Selepas solat Isya bersama dan makan malam yang hangat, aku duduk berdua dengan mas pandu di bakon rumahku.Balkon memang selalu jadi tempar favorit kami bercerita. Dulu di rumah, Kami akan naik tangga bambu dan duduk berlama-lama di atap rumah hanya untuk saling berbagi cerita.Lalu semenjak rumah di renovasi, Bapak membuat baklon juga di belakang rumah. Bapak bilang, itu di buat untukku dan Mas Pandu, karena seringnya kami memanjat ke atap rumah. Namun kenyataanya jadi hak milik Emak, tempat istimewa menjemur pakaian saat siang." Bagaimana kabarmu mas? "Mas Pandu menatapku sebentar, lalu memandang langit yang penuh bintang."Aku baik, seperti yang kau lihat. Kau sendiri, apa kesibukanmu?"Aku hanya tersenyum, memandang rumput plastik tempat kami duduk. "Jadi istri sholeha mas, tu pekerjaanku.""Itu bukan pekerja Din!""Lantas?" Aku
Aku masih terdiam mendengar tanya mas Pandu. Haruskah aku bercerita padanya sekarang? Atau nanti menunggu semuanya jelas."Tak ingin memulai bercerita?"Dia kembali melemparkan tanya. Aku hanya tertunduk menatap rumput sintetis di kakiku."Baiklah Din, simpan sendiri saja!" Ucapnya lagi, lalu berjalan masuk ke dalam rumah."Mas, tunggu!" Akhirnya aku menyerah."Duduklah!" Aku memintanya duduk kembali.Mas Pandu menurutiku, kuhembuskan nafas panjang sebelum memulai, akhirnya semua bebanku lolos keluar dari krongkongan. Kecuali tentang siapa perempuan itu dan Dreamnet."Lantas apa yang akan kau lakukan?""Mengumpulkan bukti mas, sejauh ini aku belum memiliki banyak bukti." Ucapku menerangkan."Aku dan Mas Haris memiliki perjanjian pra nikah. Toko mebel pemberian Bapak, Rumah ini dan juga separuh saham bapak di batu bara, masuk sebagai harta kami bersama setelah
Bapak, Mas Pandu dan Mas Haris mengobrol hingga larut sekali, aku tak ingat pukul berapa Mas Haris masuk kekamar, pagi ini dia bahkan bangun terlalu siang.Ini hari minggu, jika sesuai rencana harusnya sekarang dia sedang bercinta dengan pujaannya, tapi justeru kembali ke rumah degan wajah penuh polesan merah."Bangunmu siang sekali?"Bapak menegur saat Mas Haris turun dari tangga.Mas Haris hanya tersenyum lalu duduk di meja makan."Iya pak, Haris lelah" Ucapnya membela diri."Biasakan solat subuh berjamaah, kamu laki-laki, sehat, waras, wajib solat di Masjid! Masjid juga tak terlalu jauh."Mas Haris tersedak mendengar ucapan Bapak, jelas dia tersindir sekarang, jangankan solat sendiri, azan saja justeru tidurnya semakin pulas.Aku hanya melihatnya sambil menata makanan di piring, lalu membawanya ke meja makan. Mataku melihatnya tajam, entah mengapa ia malah salah tingkah.
"Yaa Allah mbak, ada apa ini?" Seorang Wanita bertubuh gempal mendekat dan memapahku duduk di teras samping rumah Mala. " Saya ini kakak sepupunya bu, datang kemari meminta kejelasan, kenapa dia menjalin hubungan terlarang dengan suami saya." Ucapku tergugu, tentunya dengan air mata buaya."astagfirullah! " mereka mejawab bersahutan, saling pandang dan saling berbisik menaruh iba padaku."Perempuan murahan!" Celetuk wanita berambut ikal." Betul mbak Yasi, warga baru saja sudah bikin masalah!""Jangan-jangan suaminya mbak ini mobil hitam yang sering kesini itu ya? mobilnya Mobili* yaa mbak?"Aku semakin kencang menangis, saat yang disebutkan memang benar mobil mas Haris. Aku anggungkan saja kepalaku dengan kencang."Tapi ada mobil lain juga yang sering kesini lho, ganti-ganti." seseorang yang lain menimpali, aku yakin dia pemilik rumah yang sekarang aku duduki.Kubuka leb
Selesai kuperbaiki mobilku, aku bergegas kembali ke rumah, Emak pasti sudah menungguku cemas. Saat berkendara, aku mendengar bunyi dering, ternyata aku mendapat sebuah pesan dari ponsel rahaisaku. Segera aku menepi dan membaca pesan yang ku terima.King J[Queen, kau baik-baik saja?]Aku merasa heran dengan pertanyaan King J, apa ada sesuatu yang terjadi?'Yaa, aku baik. Ada apa King?' Kukirim sebuah voice note.King J[Dengar Queen, Jangan mendekati Mala saat ini, aku baru menemukan informasi tentangnya, kita semua harus bertemu!]' Aku baru saja mendampratnya, bahkan dia mengirim dua orang untuk menghadangku, Informasi apa? Apa terjadi sesuatu?'Sebuah voice note masuk'Kau tak apa Queen? Berhenti mendekatinya secara langsung. Mala ternyata bukan cuma gundik suamimu, dia juga terlibat jaringan obat terlarang'" Astagfirullah!" Aku berucap sepontan.
Sky yang melihat itu tersenyum, dia tau Banyu akan punya cara membawaanya pergi. Ya, Tali itu di ayun Terus agar ujungnya bisa mendekati Sky. beberapa kali ayunan membuat ujungnya lebih dekat ke arah Sky, dirinya mencoba meraih namun masih belum tergapai."Kamu harus lompat!" Teriak Banyu, dipa merasakan angin terlalu kuat sekarang."Lompat Sky!" Banyu merasakan ombak mulai tinggi menghantam"Kompat? sekarang?""Tahun depan, sekarang lah!" Ucap Banyu kesal, kapal terbakar itu mulai tenggelam dan Sky masih juga ragu untuk meninggalkan nya.Sky melihat air laut semakin dekat, jika dia gagal melopat, artinya takk ada lagi kesempatan, tali kapal tak cukup jika harus menyentuh lautan dan jangkar tak bisa di keluarkan dengan segera, sementara gulungan awan hitam mulai terlihat di atas mereka."Kenapa cuaca tiba-tiba berubah mbak?" Anik panik melihat badai akan segera datang."Tidak tiba-tiba, awan itu sudah bergelantung di atas kita sejak pagi hanya saja tidak sebesar ini.""Sky, lompat!" T
Kanaya begitu marah mendengar kabar pelarian Banyu, dia sudah berbuat banyak sejauh ini, namun justeru kebodohan demi kebodohan dia dengar."Tolol kalian semua!" Teriaknya kesal di ruang sunyi tempatnya bersembunyi.Panggilan dari Philip tak lagi di gubrisnya, Kanaya merasa semua sudah berakhir sekarang. "Aku benci pada Kalian semua!" Teriaknya lagi, bayang wajah Banyu semakin membuat hatinya tercabik dan nyeri.Mencoba perbikir jernih bagaimana dia akan menemui Banyu sekarang, Kanaya berjalan keluar ruangan, berusaha tersenyum pada beberapa orang staf nya di luar, Kanaya berjalan menuju lif."Ada apa lagi Naya?" Khan menarik tangan adiknya itu.Kanaya menatap Khan dengan kesal, berusaha melepaskan tangan kakaknya."Aku ada urusan.""Soal Banyu lagi?" Khan bertanya, setelah pertengkaran dengan adiknya tempo hari, Khan mencoba kembalu memberikan kesempatan."Bukan, aku harus pergi menemui temanku!" Ucapnya dingin lalu meninggalkan Khan di depan Lif.Kanaya turun ke lanti dasar, ingin
Banyu keluar lebih dulu ke dalam kabin, Rock masih terduduk di sana dengan mata hampir tak bisa terbuka lagi."Tidurlah, aku akan gantikan." Ucapnya pada Rock, lelaki itu berdiri dan berpindah posisi ke belakang, menyandarkan tubuhnya pada kursi yang lebih lega."Aku masih ada di jalur yang benar, kemudikan saja begitu, mungkin beberapa jam lagi kita sampai di darat." Ucap Rock dengan suara sedikit meracau.Banyu hanya tersenyum tipis menyadari kantuk menguasai sahabatnya itu. "Tidur saja di dalam, aku akan Pastika semua aman." Ucap Banyu lagi, namun Rock sudah tak mendengar, dengkurannya halus sudah menemani tidurnya yang lelap.Banyu kembali menatap ke laut, semalam benar-benar membuatnya ketakutan, matanya yang bening seolah menelisik arah mana dirinya dan yang lain datang semalam."Cari sesuatu?" Sky masuk degan semangkuk mie dalam sterofom, aromanya membuat perut banyu serasa meronta."Baru buat?" Tanya banyu."Ya, di belakang ada, air panas yang aku buat juga masih, bikin saja s
"Kami ada di tempat semula, bergeser sedikit kearah barat."Suara Rock terdengar pada alat yang Dina pakai dalam baju selamnya.Bus... Bus...Suara peluru menembus air, mereka dapat melihat peluru-peluru itu membelah air membentuk gelembung-gelembung yang menjurus ke bawah.Dina memberi sinyal bahaya pada Rock, sementara Banyu membuat isyarat agar mereka berenang lebih dalam.Matikan lampuBanyu meminta dengan isyarat, Dina dan Anik mematikan lampu di tangan mereka.Ke bawah!Sky meunjuk arah bawah dan mereka bergandengan menjauhi peluru yang masih terus menerjang ke dalam air.Mereka menyelam menjauhi tembakan yang masih terdengar, semakin ke dalam menuju ke arah yang di rasa benar. Banyu menyalakan lampu merah di dalam air, mereka saling melihat untuk membaca isyarat selanjutnya.Kalian di mana?Rock kembali menghubungi dan mencari dimana sahabat-sahabat nya sekarang. Anik menyalakan sinyal yang ada di pinggangnya, lalu mencari di mana letak kapal mereka berhenti.Ke arah barat kali
"Bagaimana kita bisa ke bawah? Lihat semua tempat penuh dengan pengawasan." Sky memperhatikan setiap tempat yang mereka lewati, namun tak satupun tempat sepi."Jika begitu kita harus turun." Banyu berbisik, mereka berhenti sebentar di atas sebuah lorong."Bagaimana bisa kita turun? Lantas dimana kita akan turun?" Sku masih tak mengerti apa yang Nanti rencanakan."Jika kita tak bisa mengelabuhi mereka, maka jadilah bagian dari mereka!" Ucap Banyu lalu berusaha membuka tutup lubang angin di bawahnya."Kamu benar!" Ucap Sky saat sadar bahwa ide Banyu mungkin bisa di gunakan membawa mereka ke ruang bawah.Mereka melompat turun, lalu bersembunyi di antara tepian lorong, Banyu sedikit lega sekarang, sebab semua cctv berada di bawah kendali teamnya.Sky berada di belakang Bantu, menyelinap di antara lorong dan tak lama empat lelaki keluar dari sebuah ruangan."Ada yang datang!" Ucap Sky bersembunyi dinujung lorong bersama Banyu. Empat orang itu berbatus rapi, dan dua di antaranya masuk ke ru
Dina menyelam lautan dingin, dia tau bisa saja nyawanya tak selamat malam ini, tugasnya bersama anik adalah masuk dari bawah kabin kapal. Banyu sudah memberikan koordinasi kapal tempatnya di tawan, Sky dan dirinya sudah bisa mengendalikan ruang kontrol kapal sejak kemarin.Anik dan Dina hanya bisa berkomunikasi dengan sandi cahaya, sandi yang sudah mereka pelajari selama perjalanan kemari. Tiba di dekat pintu bawah, Dina dan Anik berusaha meraih tangga besi di atasnya. Kapal itu berhenti di satu tempat jadi cukup aman berada tepat di ujung belakang kapal untuk bisa meraih tangga ke atas.Hup!Anik naik lebih dulu, dia melepas tabung oksigen di pijakan terakhir dan menalinya dengan erat, lalu menarik tubuh Dina naik lebih dulu. Dina Menik melewati Anik dan ikut melepaskan tabung oksigen nya lalu Anik menerimanya dengan sigap, ia menali lagi tabung itu tepat di sisi bawah tabung miliknya.Tanpa banyak bicara, mereka lalu naik mengikuti tangga yang membawa mereka ke pintu belakang kapal
Banyu tau dirinya dan Sky dalam keadaan terancam, kapanpun mereka bisa saja mati sia-sia, sebab semua penjaga di sini tak pernah lepas dari senjata api. Philip diam-diam terus mengawasi, meski Banyu pura-pura tak tau, namun mata-mata yang di bayarnya bisa banyu ketahui.Hari ini terpaksa juga Banyu meminum sesuatu yanh sudah di campur obat pencahar, ia tau Philip yang sudah membuatnya begini, bahkan siapa yang membawakan obat itu Banyu juga tau, tapi untuk sesuatu yang lebih besar, dia relakan perutnya terkuras hari ini."Harusnya jangan kamu telan minuman itu!" Sky berbisik kesal, mereka sedang berada di klinik saat ini."Lalu menurutmu Philip tak akan curiga?" Banyu bertanya dengan alis terangkat."Entah, tapi menyebalkan sekali saat kita tau seseorang ingin mengerjaimu tapi kamu justeru pura-pur bodoh untuk membiarkannya." Ucap Sky kesal sendiri.Banyu tersenyum sendiri, meski benar apa yang Sky katakan, kali ini dia harus mengalah dulu."Ini obat diarenya, jangan lupa untuk banyak
Pov author.Mereka tiba di bandara Banyuwangi, lalu Rock membawa mereka semua ke sebuah tempat yang tak pernah mereka kunjungi. Rock meminta bantuan seseorang untuk bisa membawanya datang kempat ini. Perjalanan mereka cukup menguras tenaga, menyeberangi lautan dengan kapal kecil dan membawa team Dream Net ke pulau misterius."Kita sudah ada di ujung timur jawa.""Lantas apa maksudnya kak?" Anik bertanya, gadis itu begitu tak sabar memulai misinya membawa pulang sang kekasih."Kalian tau Kanaya jelas tak sendiri, kita bahkan tak yakin apakah Khan memang tak tau apa yang di lakukan adiknya atau ini hanya bagian dari rencana mereka.""Lantas apa maksudnya kak Rock?" Anik masih belum memahami."Maksudnya adalah kita kecoh mereka!" Ucapk Dina menjelaskan lebih gamblang apa yang akan mereka lalukan."Jika untuk mengecoh, kenapa hanya di ujung timur kita bisa pergi ke luar jawa, mereka akan berpikir tujuan kita bukan di tempat kapal itu berada." Anik dengan kritisnya mencoba menerka apa yang
Emak terus mendekapku malam ini, tak ada sedikitpun kalimat terucap dari bibirnya setalah aku berpamitan sore tadi, bahkan ketika makan malam bersama, emak tak banyak bicara, bibirnya terkatup dan hanya tersenyum saat dua cucunya mengajak bicara.Dingin udara malam semakin membuat aku menyadari bahwa kehilangan itu terasa sangat menyesakkan. Bapak bahkan menahan tangis saat aku pamit selepas magrib tadi."Mak..."Aku memanggilnya, namun wanita yang melahirkan aku itu hanya memejamkan mata dan diam."Mak, apa emak..." Belum juga aku selesai bicara, emak sudah mengatup bibirku dengan jarinya."Koe ra perlu ngomong opo-opo nduk, emak wes reti kabeh." (kami tak perlu bicara apapun nduk, emak sudah tau semua.)Aku hanya diam, lalu memeluk erat emak. Mungkin juga ini kali terakhir aku bisa mencium aroma tubuh wanita yang begitu aku cintai ini. Mungkin ini juga kali terakhir aku bisa mendekap dan merasakan napas hangatnya menyentuh kulit ku.Mataku terpejam, merasakan setiap detik kasih emak