Resepsi pernikahan tinggal dua hari lagi, segala persiapan sudah sangat matang di buat. Aku dan Banyu terbang ke jakarta, kami tiba siang hari dan langsung menuju rumahnya di kawasan Pondok Indah.Kami memasuki gerbang, jarak gerbang dengan rumahnya saja hampir dua puluh meter. Rumah mewah bernuansa putih dengan ukiran emas pada interior di atap dan pilarnya. Aku merasa sedang masuk kesebuah istana di kawasan timur tengah."Ayo masuk!"Pintu mobil dibuka, ibu mertuaku sudah berdiri menyambut kami. Dia wanita bersahaja, dengan jilbab besar dan wajah yang nyaris tanpa make up."Selamat datang sayangku.""Terimakasih Mami"Aku disambut hangat, kucium takzim tangannya. Ibu tiri jahat tak berlaku di mataku padanya. Dia ramah, bahkan selama aku di Solo, ibu sambung King lebih sering menelphonku ."Ayo masuk sayang, di dalam sudah banyak anggota keluarga yang lain."Aku menganggukkan kepala. Masuk melewati pintu yang tingginya lebih dari dua meter, sebuah vas bunga besar begitu indah ada di
Syukuran acara malam ini hanya sebatas keluarga inti. Besok Emak dan Bapak akan datang untuk resepsi besarnya, sejujurnya aku sedikit gugup.Banyu bukan hanya keluarga kaya, namun juga terpandang. Akan ada banyak mata menatap dan bertanya siapa aku. "Sayang, jangan diam saja." Aku tersenyum menatap Banyu. Aku tak diam, aku hanya sedikit pusing. Menghafalkan nama keluarganya yang ternyata sangat banyak.Tak banyak yang ku ingat. Hanya adik-adik perempuan dari papa dan suaminya yang aku hafal. Sepupu Banyu yang begitu banyak, aku tak hafal semua.Yang ku ingat hanya beberapa. Seperti Derbi, aku ingat karena tau siapa dia. Pemain sinetron di TV bersayap. Ada Aira yang sangat cantik, dan Mario seorang angkatan udara. Ah, bahkan aku lupa anak-anak kecil yang berlarian ini siapa saja namanya."Bagaimana Dina sayang, kamu menikmati syukurannya?" Mami mendekatiku dengan senyum sumringah."Iya mi, mereka semua sangat baik dan ramah".Mami menganggukan kepala. "Sudah masuk kamar saja. Acarany
Pov Banyu"Tuan, Nyonya muda tuan, nyonya muda, nyonya! " Seorang pelayan berlari menggampiriku. Dia nampak pucat dan gugup saat bicara."Ada apa?" Aku berdiri panik."Disana tuan, nyonya muda di aula..." Ah aku tak sabar menunggu penjelasan darinya, aku berlari segera ke aula. Dina sudah tergeletak di lantai, mami memangku kepalanya. Dia hanya memakai dalaman kemben dan celana pendek tipis.Para pelayan mengusap badannya dengan kain kering. Aku bisa melihat kulit putihnya melepuh."Ada apa ini! Mami, Dina kenapa?""Bawa ke rumah sakit dulu Sayang. Mami juga tak tau, ada apa dengan baju itu. Dina memakainya dan jadi begini" Mami terisak saat menjelaskan bahkan tangannya bergetar karena panik. "Ada apa ini? "Papa masuk, tak kalah terkejut denganku."Ambilkan kain, selimut atau apapun !" Aku meminta untuk menutupi badannya. Dua pelayan berlari keluar menuruti titahku. "Dina, Sayangku" aku membangunkannya. Tak ada respon. "Sabar sayang, kita akan ke rumah sakit"Maafkan aku Dina, aku
"Bawa dia ke kantor polisi!" Mas Pandu berteriak, namun Bapak sudah mengacungkan pistol pada gadis itu, matanya nyalang mengarahkan bidikan.Gadis itu terkejut, dia tak bisa menutupi rasa takutnya, satu biji peluru saja menembus kepalanya, bisa membuat nyawanya lolos dari raga."Akan aku katakan siapa bosku." Ucapnya gemetar.Aku mendekat, memegang wajahnya kasar. Bukan tabiatku berlaku kasar pada wanita, tapi jika dia sudah berani menyentuh keluargaku, Istriku bahkan. Aku tak segan bila membunuhnya."Katakan siapa!""Ba...bang Joki" Ucapnya lemah."Joki? Dia punya tato kapak di leher kanannya." Bapak bertanya pada gadis itu, dia menganggukkan kepalanya pelan."Bawa aku padanya!" Ucap Bapak.Aku meminta orangku melepaskan Gadis itu dari kursi. Membiarkannya berjalan di depan dan kami mengikutinya menemui lelaki itu.Apa Bapak mengenalnya? Lelaki yang disebut bernama Joki itu, kenapa Bapak langsung tau seperti apa dia bahkan letak tatonya.Kami mengantarnya ke pinggiran jakarta, masuk
Hari ini aku sudah pulang ke rumah, nanti sore kami ada janji dengan beberapa wartawan. Pembatalan resepsi pernikahan kami menimbulkan banyak opini miring di masyarakat."Tidur saja dan jngan banyak gerak?" Banyu memberi perintah, sudah seperti satpam dia sekarang, mengawasi aku duduk ditepian ranjang."Jangan duduk disitu?" aku berucap menatapnya."Lalu di mana?" Dia menaikkan alis."Disini" Aku berbisik, menepuk tempat tidur disampingku."Jangan, nanti kebablasan. Aku tak punya rem cakram kalau didekatmu." Ucapnya mencubit hidungku, membuat pipiku merah jambu. Tapi rem cakram? Dia kira aku aspal goreng!"Masih sakit?" Dia memegang pinggulku yang tersibak."Sedikit, tapi tak terlalu. Sebenarnya lebih sakit dicampakan." Godaku."Kapan aku mencampakanmu? Mendapatkanmu saja harus menunggu jandamu dulu, enak saja mau mencampakan. Tak semudah itu marimar!""Eleh, sok ngelucu. Pasaran!" Tawaku, dia malah mencibik. Gemas aku dibuatnya.Sesaat aku terdiam, mengingat Mala yang tengah hamil tu
Mereka ada disini, siapa lagi jika bukan team terbaikku DreamNet. Rock bahkan sudah berjingkrak memeluk Banyu, Sky tersenyum dengan gaya khasnya dan aku sudah memeluk Rose sejak dari pintu."Mana Black?" Rock bertanya."Sebentar lagi datang, dia sedang pergi dengan Bapak" Banyu menjelaskan."Kau baik-baik saja Queen? Aku cemas sekali." Rose memperhatikan tubuhku dengan seksama."Jangan memanggilnya Queen. Panggil dia Nyonya Banyu!" Sky bicara menirukan gaya bangsawan meminta di hormati."Ah, tak lucu!" Rose mengabaikannya, dia kembali melihatku."Aku baik Rose. Oh iya, bagaimana film mu?" Aku bertanya padanya. Rose sekarang bintang besar. "Berjalan sangat baik, nanti kita nonton bersama saat tayang""Sombong! Memang apa peranmu di sana?" Sky menimpali. Ah, mereka memang tak pernah akur.Rose berjalan mendekat. Menjambak kepala Sky hingga anak itu berteriak. "Bocah tengil!" Ucapnya kesal."Lepas Rose, lepas..., Adrianaaa!" Akhirnya nama asli Rose yang di teriakkan."Sudah! Teriak-teri
Extra Part 1( Kematian itu datang )Flast Back Banyu menjemputku, saat aku katakan ingin melihat bulek Ningrum. Mimpiku selamam terlihat nyata. Aku tak ingin terlambat, mengatakan aku memaafkan wanita yang kini tak berdaya itu.Mobil kami melaju, membelah hutan mantingan, dengan jalan berkelok dan mendung yang kulihat menggulung, memberikan aku rasa yang semakin nyata.Kecemasan akan kenyataan yang bisa saja berbanding terbalik dengan harapanku."Kamu baik-baik saja?" Banyu bertanya. Dia bida membaca bahwa hatiku sedang dilanda rasa gamang."Ya, hanya takut. Kita akan terlambat""Semoga saja tidak." Dia memandang jalanan. Kurasakan mobil ini melaju lebih cepat.Kami memasuki pelataran. Mendung masih menggulung di atas kami. Sepertu dunu lain dengan pintu yang siap terbuka kapan pun.Perlahan kaki ini menapak masuk. "Assalamualaikum" Ucapku pelan.Bulek Tri keluar. Agak terkejut melihatku datang sendiri. Hanya Banyu yanh berdidi disampingku. Bulik menghambur memelukku."Bulekmu itu k
Banyu menggendong bayi lucu kami, Bapak mengikuti saja di sampingnya. Maksud hati Bapak ingin mengendong cucunya juga, apalah daya, takutnya lebih besar."Bapak gak berani, lihat dia masih merah, salah pegang, jatuh nantin. Ora..., ora..., Bapak emoh!"Begitulah kalimatnya setiap kali di minta menggendong. Ibu masih duduk di sofa, membawa Andara dalam dekapannya. Sekarang usiaanya hampir satu tahun, sudah pandai berjalan dan suka sekali memegang celana Banyu bila meminta sesuatu. Mungkin benar jika ada yang bilang cinta pertama seorang anak perempuan adalah Ayahnya."Dia tampan sekali, seperti Ayahnya. Ya kan pak?" Banyu meminta pendapat Bapak.Bapak mengerutkan alis. "Kamu gak lihat, Bapak juga tampan!" Bapak menjawab tak terima.Aku dan ibu hanya bisa menggelengkan kepala, selalu saja, mereka tak berhenti bertengkar. Sebentar bertengkar jenis kelamin, sebentar bertengkar nama, sebentar apa lagi. Ada saja tingkahnya yang membuat kami semua pusing."Jangan mulai, taruh cucuku di t
Sky yang melihat itu tersenyum, dia tau Banyu akan punya cara membawaanya pergi. Ya, Tali itu di ayun Terus agar ujungnya bisa mendekati Sky. beberapa kali ayunan membuat ujungnya lebih dekat ke arah Sky, dirinya mencoba meraih namun masih belum tergapai."Kamu harus lompat!" Teriak Banyu, dipa merasakan angin terlalu kuat sekarang."Lompat Sky!" Banyu merasakan ombak mulai tinggi menghantam"Kompat? sekarang?""Tahun depan, sekarang lah!" Ucap Banyu kesal, kapal terbakar itu mulai tenggelam dan Sky masih juga ragu untuk meninggalkan nya.Sky melihat air laut semakin dekat, jika dia gagal melopat, artinya takk ada lagi kesempatan, tali kapal tak cukup jika harus menyentuh lautan dan jangkar tak bisa di keluarkan dengan segera, sementara gulungan awan hitam mulai terlihat di atas mereka."Kenapa cuaca tiba-tiba berubah mbak?" Anik panik melihat badai akan segera datang."Tidak tiba-tiba, awan itu sudah bergelantung di atas kita sejak pagi hanya saja tidak sebesar ini.""Sky, lompat!" T
Kanaya begitu marah mendengar kabar pelarian Banyu, dia sudah berbuat banyak sejauh ini, namun justeru kebodohan demi kebodohan dia dengar."Tolol kalian semua!" Teriaknya kesal di ruang sunyi tempatnya bersembunyi.Panggilan dari Philip tak lagi di gubrisnya, Kanaya merasa semua sudah berakhir sekarang. "Aku benci pada Kalian semua!" Teriaknya lagi, bayang wajah Banyu semakin membuat hatinya tercabik dan nyeri.Mencoba perbikir jernih bagaimana dia akan menemui Banyu sekarang, Kanaya berjalan keluar ruangan, berusaha tersenyum pada beberapa orang staf nya di luar, Kanaya berjalan menuju lif."Ada apa lagi Naya?" Khan menarik tangan adiknya itu.Kanaya menatap Khan dengan kesal, berusaha melepaskan tangan kakaknya."Aku ada urusan.""Soal Banyu lagi?" Khan bertanya, setelah pertengkaran dengan adiknya tempo hari, Khan mencoba kembalu memberikan kesempatan."Bukan, aku harus pergi menemui temanku!" Ucapnya dingin lalu meninggalkan Khan di depan Lif.Kanaya turun ke lanti dasar, ingin
Banyu keluar lebih dulu ke dalam kabin, Rock masih terduduk di sana dengan mata hampir tak bisa terbuka lagi."Tidurlah, aku akan gantikan." Ucapnya pada Rock, lelaki itu berdiri dan berpindah posisi ke belakang, menyandarkan tubuhnya pada kursi yang lebih lega."Aku masih ada di jalur yang benar, kemudikan saja begitu, mungkin beberapa jam lagi kita sampai di darat." Ucap Rock dengan suara sedikit meracau.Banyu hanya tersenyum tipis menyadari kantuk menguasai sahabatnya itu. "Tidur saja di dalam, aku akan Pastika semua aman." Ucap Banyu lagi, namun Rock sudah tak mendengar, dengkurannya halus sudah menemani tidurnya yang lelap.Banyu kembali menatap ke laut, semalam benar-benar membuatnya ketakutan, matanya yang bening seolah menelisik arah mana dirinya dan yang lain datang semalam."Cari sesuatu?" Sky masuk degan semangkuk mie dalam sterofom, aromanya membuat perut banyu serasa meronta."Baru buat?" Tanya banyu."Ya, di belakang ada, air panas yang aku buat juga masih, bikin saja s
"Kami ada di tempat semula, bergeser sedikit kearah barat."Suara Rock terdengar pada alat yang Dina pakai dalam baju selamnya.Bus... Bus...Suara peluru menembus air, mereka dapat melihat peluru-peluru itu membelah air membentuk gelembung-gelembung yang menjurus ke bawah.Dina memberi sinyal bahaya pada Rock, sementara Banyu membuat isyarat agar mereka berenang lebih dalam.Matikan lampuBanyu meminta dengan isyarat, Dina dan Anik mematikan lampu di tangan mereka.Ke bawah!Sky meunjuk arah bawah dan mereka bergandengan menjauhi peluru yang masih terus menerjang ke dalam air.Mereka menyelam menjauhi tembakan yang masih terdengar, semakin ke dalam menuju ke arah yang di rasa benar. Banyu menyalakan lampu merah di dalam air, mereka saling melihat untuk membaca isyarat selanjutnya.Kalian di mana?Rock kembali menghubungi dan mencari dimana sahabat-sahabat nya sekarang. Anik menyalakan sinyal yang ada di pinggangnya, lalu mencari di mana letak kapal mereka berhenti.Ke arah barat kali
"Bagaimana kita bisa ke bawah? Lihat semua tempat penuh dengan pengawasan." Sky memperhatikan setiap tempat yang mereka lewati, namun tak satupun tempat sepi."Jika begitu kita harus turun." Banyu berbisik, mereka berhenti sebentar di atas sebuah lorong."Bagaimana bisa kita turun? Lantas dimana kita akan turun?" Sku masih tak mengerti apa yang Nanti rencanakan."Jika kita tak bisa mengelabuhi mereka, maka jadilah bagian dari mereka!" Ucap Banyu lalu berusaha membuka tutup lubang angin di bawahnya."Kamu benar!" Ucap Sky saat sadar bahwa ide Banyu mungkin bisa di gunakan membawa mereka ke ruang bawah.Mereka melompat turun, lalu bersembunyi di antara tepian lorong, Banyu sedikit lega sekarang, sebab semua cctv berada di bawah kendali teamnya.Sky berada di belakang Bantu, menyelinap di antara lorong dan tak lama empat lelaki keluar dari sebuah ruangan."Ada yang datang!" Ucap Sky bersembunyi dinujung lorong bersama Banyu. Empat orang itu berbatus rapi, dan dua di antaranya masuk ke ru
Dina menyelam lautan dingin, dia tau bisa saja nyawanya tak selamat malam ini, tugasnya bersama anik adalah masuk dari bawah kabin kapal. Banyu sudah memberikan koordinasi kapal tempatnya di tawan, Sky dan dirinya sudah bisa mengendalikan ruang kontrol kapal sejak kemarin.Anik dan Dina hanya bisa berkomunikasi dengan sandi cahaya, sandi yang sudah mereka pelajari selama perjalanan kemari. Tiba di dekat pintu bawah, Dina dan Anik berusaha meraih tangga besi di atasnya. Kapal itu berhenti di satu tempat jadi cukup aman berada tepat di ujung belakang kapal untuk bisa meraih tangga ke atas.Hup!Anik naik lebih dulu, dia melepas tabung oksigen di pijakan terakhir dan menalinya dengan erat, lalu menarik tubuh Dina naik lebih dulu. Dina Menik melewati Anik dan ikut melepaskan tabung oksigen nya lalu Anik menerimanya dengan sigap, ia menali lagi tabung itu tepat di sisi bawah tabung miliknya.Tanpa banyak bicara, mereka lalu naik mengikuti tangga yang membawa mereka ke pintu belakang kapal
Banyu tau dirinya dan Sky dalam keadaan terancam, kapanpun mereka bisa saja mati sia-sia, sebab semua penjaga di sini tak pernah lepas dari senjata api. Philip diam-diam terus mengawasi, meski Banyu pura-pura tak tau, namun mata-mata yang di bayarnya bisa banyu ketahui.Hari ini terpaksa juga Banyu meminum sesuatu yanh sudah di campur obat pencahar, ia tau Philip yang sudah membuatnya begini, bahkan siapa yang membawakan obat itu Banyu juga tau, tapi untuk sesuatu yang lebih besar, dia relakan perutnya terkuras hari ini."Harusnya jangan kamu telan minuman itu!" Sky berbisik kesal, mereka sedang berada di klinik saat ini."Lalu menurutmu Philip tak akan curiga?" Banyu bertanya dengan alis terangkat."Entah, tapi menyebalkan sekali saat kita tau seseorang ingin mengerjaimu tapi kamu justeru pura-pur bodoh untuk membiarkannya." Ucap Sky kesal sendiri.Banyu tersenyum sendiri, meski benar apa yang Sky katakan, kali ini dia harus mengalah dulu."Ini obat diarenya, jangan lupa untuk banyak
Pov author.Mereka tiba di bandara Banyuwangi, lalu Rock membawa mereka semua ke sebuah tempat yang tak pernah mereka kunjungi. Rock meminta bantuan seseorang untuk bisa membawanya datang kempat ini. Perjalanan mereka cukup menguras tenaga, menyeberangi lautan dengan kapal kecil dan membawa team Dream Net ke pulau misterius."Kita sudah ada di ujung timur jawa.""Lantas apa maksudnya kak?" Anik bertanya, gadis itu begitu tak sabar memulai misinya membawa pulang sang kekasih."Kalian tau Kanaya jelas tak sendiri, kita bahkan tak yakin apakah Khan memang tak tau apa yang di lakukan adiknya atau ini hanya bagian dari rencana mereka.""Lantas apa maksudnya kak Rock?" Anik masih belum memahami."Maksudnya adalah kita kecoh mereka!" Ucapk Dina menjelaskan lebih gamblang apa yang akan mereka lalukan."Jika untuk mengecoh, kenapa hanya di ujung timur kita bisa pergi ke luar jawa, mereka akan berpikir tujuan kita bukan di tempat kapal itu berada." Anik dengan kritisnya mencoba menerka apa yang
Emak terus mendekapku malam ini, tak ada sedikitpun kalimat terucap dari bibirnya setalah aku berpamitan sore tadi, bahkan ketika makan malam bersama, emak tak banyak bicara, bibirnya terkatup dan hanya tersenyum saat dua cucunya mengajak bicara.Dingin udara malam semakin membuat aku menyadari bahwa kehilangan itu terasa sangat menyesakkan. Bapak bahkan menahan tangis saat aku pamit selepas magrib tadi."Mak..."Aku memanggilnya, namun wanita yang melahirkan aku itu hanya memejamkan mata dan diam."Mak, apa emak..." Belum juga aku selesai bicara, emak sudah mengatup bibirku dengan jarinya."Koe ra perlu ngomong opo-opo nduk, emak wes reti kabeh." (kami tak perlu bicara apapun nduk, emak sudah tau semua.)Aku hanya diam, lalu memeluk erat emak. Mungkin juga ini kali terakhir aku bisa mencium aroma tubuh wanita yang begitu aku cintai ini. Mungkin ini juga kali terakhir aku bisa mendekap dan merasakan napas hangatnya menyentuh kulit ku.Mataku terpejam, merasakan setiap detik kasih emak