Session 2 Part 1Kisah ini adalah pembalasan dendam dan kembalinya lagi Dream team sebagai seorang peretas handal. Selamat membaca.****Setelah kedatangan Haris, Dina kehilangan ketenangannya. Dina lebih banyak menghabiskan waktu bersama Dara, bahkan tak membiarkan siapapun menyentuh gadis kecil itu.Mereka memeriksa cctv di setiap sisi, mengetahui kedatangan Haris yang menyelinap bersama orang catering dari pintu belakang. Banyu memperketat keamanan, bahkan menawarkam hadiah pada siapapun yang bisa membawa Haris hidup atau mati. Meski pada akhirnya Haris lolos dan tak dapat di ketahui keberadaannya lagi.****Lima tahun berlalu, tak ada lagi kabar bagaimana Haris setelah hari itu. Dina mulai melupakan ancaman dan kehadiran Haris, dia terlalu sibuk menikmati hari indahnya bersama Dara dan Sean, mereka tumbuh semakin mengemaskan."Ayah, jangan lupa datang ke sekolah!" Dara sudang memberikan ultimatum.Gadis 6 tahun itu tak ingin Ayahnya lupa acara perpisahan di sekolahnya hari ini, D
Dara sangat cantik, berbalut gaun putih berenda dengan mantel merah menutupi kepalanya. Hari ini dia akan memerankan cerita gadis berkerudung merah dan srigala jahat, cerita yang hampir di ketahui semua anak.Wajah Dina bersemu melihat betapa cantik putrinya dengan riasan tipis."Ayah mana bun?" Dara sudah bertanya, sejak tadi gadis itu memang sibuk mencari di mana Ayahnya berada."Em, mungkin masih di jalan, kita tunggu saja sebentar lagi." Dina menenangkan hati putrinya."Tapi sebentar lagi aku tampil, apa Ayah lupa lagi?" Wajah kecil itu tertekuk sedih.Dina mendekati putrinya, "Ayah pasti datang sayang, Dara jangan khawatir ya. Bagaimana kalau Dara menghafal lagi dialog nanti bersama mbak Ratih." Dina menyibukkan Dara bersama pengasuhnya."Tapi bun...""Bunda akan coba cari tau Ayahmu sampai di mana. Bagaimana?"Dara tersenyum menyetujui ide sang bunda, gadis itu lalu pergi duduk dan menghafal lagi dialognya.Dina berdiri mengambil ponsel di dalam tas, beberapa kali dia memastikan
Banyu terbelalak, ia tak menyangka wanita yang membuat kekacauan hari ini berani datang ke sekolah anaknya, bahkan berani menyapa Dina, istrinya."Ini sekertarisku di kantor, kami ada rapat tadi dan aku lupa meletakkan ini di lobi."Dina tersenyum, "Hay, terimakasih sudah mengantarkan cokelat ini, putri kami akan sangat kecewa jika Ayahnya datang tanpa janjinya membawakan cokelat."Beti tersenyum, senyum yang membuat Banyu ingin segera menyeretnya pergi dari sini."Sama-sama. Apakah acaranya sudah selesai nyonya?""Sudah, kami akan masuk ke belakang panggung.""Wah sayang sekali, padahal saya ingin sekali melihatnya.""Acara ini hanya untuk orang tua murid, siapa kamu ada di sini? Jhon, antarkan Beti keluar sekolah!"Banyu menarik tangan Dina dan Sean ke dalam, meninggalkan Beti yang hanya mampu melihatnya diam dari sisi gedung."Jahat sekali, dia datang untuk membawakan barangmu yang tertinggal, galak sekali!" Dina menepuk lengan sang suami, dia tersenyum melihat betapa angkuh suami
Dina tersenyum kembali pulang ke rumah masa kecilnya, rumah joglo modern yang tak pernah berubah. Saat mobil Pandu masuk pelataran, Emak sedang menyirami tanamannya yang semakin rimbun."Uti!" Dara berlari keluar mobil, membuat mata tua Emak berkaca, gadis cilik yang semalam hanya mampu di lihatnya dalam layar, kini berdiri dan memegangnya."Dara! Ya Allah cucu cantik." Emak melepaskan selang air di tangannya, matanya berbinar menatap lekat gadis cilik itu."Assalamualikum mak!" Dina mendekap ibunya dari belakang, membuat Emak terkejut dan berbalik menatap juga wajah putri sematawayangnya."Waalaikumsalam nduk, Lha kok pada di sini to?" Emak bertanya, sebab tak ada kabar apapun tentang kedatangam mereka."Namanya juga kejutan, masak bilang-bilang!" Dina membuat alasan."Ayo, masuk yok!"Emak sudah sibuk mengandeng Dara masuk, sementara Sean tertidur dalam gendongan Pandu."Kok cuma bertiga nduk, suamimu nggak ikut?" Emak bertanya, ia takut putrinya akan mengalami hal yang sama seperti
Banyu duduk di tepian sebuah restoran, menanti seorang yang tadi dia hubungi itu datang. "Kenapa mesti di sini?"Seorang lelaki berperawakan tinggi dengan jaket kulit duduk di hadapannya, ia membuka sedikit kaca matanya. Topi buket hat hitam menutup sebagian wajah lelaki itu, ia melirik ke kanan dan kiri seperti sedang memastikan sesuatu.Banyu menahan tawa, emosinya reda melihat konyolnya manusia satu ini."Kamu ngapain?" Banyu bertanya pada lelaki yang di kenalnya sejak masih bocah."Takut ada wartawan!" "Sok artis lu, baru juga di kenal sidikit orang!"Banyu melipat tangannya di depan menyaksikan wajah oppa korea itu bersemu merah. Sky memang berwajah khas Asia, karena itulah dia begitu terkenal di beberapa aplikasi yang sedang tren untuk berfoto dan berjoget."Pesan apa?" Banyu menyodorkan menu di depan Sky."Ada tempat yang lebih private nggak, Serius mau di sini?" Dia bertanya pada Banyu."Di sini saja, aku sedang malas ke tempat lain!" Banyu meninggikan suaranya, membuat Sky
Hari ini Mala pulang, seperti menyambut putrinya yang kembali, Emak memasak istimewa. Bahkan ada 'selametan', tradisi Jawa untuk mengundang tetangga dekat, berdo'a bersama meminta di restui juga keinginannya dan memberikan makanan sebagai bentuk terimakasih tuan rumah pada tamunya.Dina ikut duduk di atas tikar, bersama beberapa baskom makanan yang yang sudah matang, sejak kemarin rumah ini memang sudah dibuk, bahkan beberapa tetangga sudah di sini juga selepas subuhDina memperhatikan makanan di dalam baskom, sangat lengkap dengan ayam bumbu kuning, bacem tahu, tempe, bacem daging, sambal goreng kentang, mie goreng bahkan kerupuk merah dan rempeyek."Dina lama sekali mak nggak makan begini." Dina bicara pada mak Rum yang sedang menata makanan ke dalam besek."Iya lah nduk, di Jakarta mana ada orang selametan begini." Ucap salah satu warga yang ikut membantu mas Rum menata makanan."Bunda lagi apa?" Tiba-tiba Dara sudah berdiri di belakang Dina, memakai piama bergambar minimouse dan m
Banyu terkejut saat sebuah foto tak senonoh di kirim ke nomornya, Foto Beti dengan baju nyaris tanpa busana membuat Banyu merasa marah dan di rendahkan.Nomor untuk mengirimkan foto itu bukanlah nomor yang tersimpan di dalam kontak ponselnya dan Banyu tak bisa lagi melacak di mana sang pengirim berada, sebab sesaat kemudian nomor itu tidak lagi aktif."Sial nggak aktif!" Banyu berdecak kesal, di hapusnya foto itu dari ponsel."Wanita gila, dia kira aku mau dengannya begitu? Menjijikkan!" Banyu mengumpat sendiri di dalam ruang kerjanya.Tak berselang lama, nomor baru masuk melakukan panggilan. Banyu yang sedang sibuk memeriksa laporan proyeknya dengan enggan mengambil ponsel di atas meja."Halo, Assalamulaikum..." Banyu menyapa, suaranya terdengar lembut."Waalaikumsalam tuan, bagaimana fotonya, suka?"Banyu mengeryitkan dahi lalu memandang layar ponselnya. "Apa ini wanita gila itu?" Batinnya bertanya, sebab itu adalah nomor baru yang lain."Dengar Beti, aku sudah habis kesabaran deng
Banyu melajukan mobilnya sendiri, membelah gelapnya malam ia datang ke sudut sunyi tepian kota, di mana tak ada banyak kilau lampu atau hiruk pikuk orang. Mobilnya berhenti di sebuah pelataran, rumah tua yang hanya berlampu kekuningan di terasnya. tembok kusam dan berjamur itu terkelupas sebagian, memperlihatkan jajaran batu bata yang tersusun membentuk sebuah dinding.krieeett!tangga kayu tempatnya berpijak, seolah mengucapkan selamat datang pada sang pemilik kekuasaan. Rumah tua ini, berada jauh di dalam sebuah pabrik terbengkalai milik keluarga AMARTHA. Bekas rumah keluarga AMARTHA yang dulu begitu megah di dalam area pabrik, kini menjadi tempat Banyu memberi pelajaran semua musuhnya."Di mana dia?"Banyu bertanya pada Jhon yang mengikutinya menaiki tangga."Di dalam tuan, terikat di tempat biasa!" Ucapnya lalu membukakan pintu untuk majikannya.Banyu masuk, memakai sarung karet berwarna hitam, menutup wajahnya dengan kain penutup, ia berjalan membuka pintu besi di ruang belakang
Sky yang melihat itu tersenyum, dia tau Banyu akan punya cara membawaanya pergi. Ya, Tali itu di ayun Terus agar ujungnya bisa mendekati Sky. beberapa kali ayunan membuat ujungnya lebih dekat ke arah Sky, dirinya mencoba meraih namun masih belum tergapai."Kamu harus lompat!" Teriak Banyu, dipa merasakan angin terlalu kuat sekarang."Lompat Sky!" Banyu merasakan ombak mulai tinggi menghantam"Kompat? sekarang?""Tahun depan, sekarang lah!" Ucap Banyu kesal, kapal terbakar itu mulai tenggelam dan Sky masih juga ragu untuk meninggalkan nya.Sky melihat air laut semakin dekat, jika dia gagal melopat, artinya takk ada lagi kesempatan, tali kapal tak cukup jika harus menyentuh lautan dan jangkar tak bisa di keluarkan dengan segera, sementara gulungan awan hitam mulai terlihat di atas mereka."Kenapa cuaca tiba-tiba berubah mbak?" Anik panik melihat badai akan segera datang."Tidak tiba-tiba, awan itu sudah bergelantung di atas kita sejak pagi hanya saja tidak sebesar ini.""Sky, lompat!" T
Kanaya begitu marah mendengar kabar pelarian Banyu, dia sudah berbuat banyak sejauh ini, namun justeru kebodohan demi kebodohan dia dengar."Tolol kalian semua!" Teriaknya kesal di ruang sunyi tempatnya bersembunyi.Panggilan dari Philip tak lagi di gubrisnya, Kanaya merasa semua sudah berakhir sekarang. "Aku benci pada Kalian semua!" Teriaknya lagi, bayang wajah Banyu semakin membuat hatinya tercabik dan nyeri.Mencoba perbikir jernih bagaimana dia akan menemui Banyu sekarang, Kanaya berjalan keluar ruangan, berusaha tersenyum pada beberapa orang staf nya di luar, Kanaya berjalan menuju lif."Ada apa lagi Naya?" Khan menarik tangan adiknya itu.Kanaya menatap Khan dengan kesal, berusaha melepaskan tangan kakaknya."Aku ada urusan.""Soal Banyu lagi?" Khan bertanya, setelah pertengkaran dengan adiknya tempo hari, Khan mencoba kembalu memberikan kesempatan."Bukan, aku harus pergi menemui temanku!" Ucapnya dingin lalu meninggalkan Khan di depan Lif.Kanaya turun ke lanti dasar, ingin
Banyu keluar lebih dulu ke dalam kabin, Rock masih terduduk di sana dengan mata hampir tak bisa terbuka lagi."Tidurlah, aku akan gantikan." Ucapnya pada Rock, lelaki itu berdiri dan berpindah posisi ke belakang, menyandarkan tubuhnya pada kursi yang lebih lega."Aku masih ada di jalur yang benar, kemudikan saja begitu, mungkin beberapa jam lagi kita sampai di darat." Ucap Rock dengan suara sedikit meracau.Banyu hanya tersenyum tipis menyadari kantuk menguasai sahabatnya itu. "Tidur saja di dalam, aku akan Pastika semua aman." Ucap Banyu lagi, namun Rock sudah tak mendengar, dengkurannya halus sudah menemani tidurnya yang lelap.Banyu kembali menatap ke laut, semalam benar-benar membuatnya ketakutan, matanya yang bening seolah menelisik arah mana dirinya dan yang lain datang semalam."Cari sesuatu?" Sky masuk degan semangkuk mie dalam sterofom, aromanya membuat perut banyu serasa meronta."Baru buat?" Tanya banyu."Ya, di belakang ada, air panas yang aku buat juga masih, bikin saja s
"Kami ada di tempat semula, bergeser sedikit kearah barat."Suara Rock terdengar pada alat yang Dina pakai dalam baju selamnya.Bus... Bus...Suara peluru menembus air, mereka dapat melihat peluru-peluru itu membelah air membentuk gelembung-gelembung yang menjurus ke bawah.Dina memberi sinyal bahaya pada Rock, sementara Banyu membuat isyarat agar mereka berenang lebih dalam.Matikan lampuBanyu meminta dengan isyarat, Dina dan Anik mematikan lampu di tangan mereka.Ke bawah!Sky meunjuk arah bawah dan mereka bergandengan menjauhi peluru yang masih terus menerjang ke dalam air.Mereka menyelam menjauhi tembakan yang masih terdengar, semakin ke dalam menuju ke arah yang di rasa benar. Banyu menyalakan lampu merah di dalam air, mereka saling melihat untuk membaca isyarat selanjutnya.Kalian di mana?Rock kembali menghubungi dan mencari dimana sahabat-sahabat nya sekarang. Anik menyalakan sinyal yang ada di pinggangnya, lalu mencari di mana letak kapal mereka berhenti.Ke arah barat kali
"Bagaimana kita bisa ke bawah? Lihat semua tempat penuh dengan pengawasan." Sky memperhatikan setiap tempat yang mereka lewati, namun tak satupun tempat sepi."Jika begitu kita harus turun." Banyu berbisik, mereka berhenti sebentar di atas sebuah lorong."Bagaimana bisa kita turun? Lantas dimana kita akan turun?" Sku masih tak mengerti apa yang Nanti rencanakan."Jika kita tak bisa mengelabuhi mereka, maka jadilah bagian dari mereka!" Ucap Banyu lalu berusaha membuka tutup lubang angin di bawahnya."Kamu benar!" Ucap Sky saat sadar bahwa ide Banyu mungkin bisa di gunakan membawa mereka ke ruang bawah.Mereka melompat turun, lalu bersembunyi di antara tepian lorong, Banyu sedikit lega sekarang, sebab semua cctv berada di bawah kendali teamnya.Sky berada di belakang Bantu, menyelinap di antara lorong dan tak lama empat lelaki keluar dari sebuah ruangan."Ada yang datang!" Ucap Sky bersembunyi dinujung lorong bersama Banyu. Empat orang itu berbatus rapi, dan dua di antaranya masuk ke ru
Dina menyelam lautan dingin, dia tau bisa saja nyawanya tak selamat malam ini, tugasnya bersama anik adalah masuk dari bawah kabin kapal. Banyu sudah memberikan koordinasi kapal tempatnya di tawan, Sky dan dirinya sudah bisa mengendalikan ruang kontrol kapal sejak kemarin.Anik dan Dina hanya bisa berkomunikasi dengan sandi cahaya, sandi yang sudah mereka pelajari selama perjalanan kemari. Tiba di dekat pintu bawah, Dina dan Anik berusaha meraih tangga besi di atasnya. Kapal itu berhenti di satu tempat jadi cukup aman berada tepat di ujung belakang kapal untuk bisa meraih tangga ke atas.Hup!Anik naik lebih dulu, dia melepas tabung oksigen di pijakan terakhir dan menalinya dengan erat, lalu menarik tubuh Dina naik lebih dulu. Dina Menik melewati Anik dan ikut melepaskan tabung oksigen nya lalu Anik menerimanya dengan sigap, ia menali lagi tabung itu tepat di sisi bawah tabung miliknya.Tanpa banyak bicara, mereka lalu naik mengikuti tangga yang membawa mereka ke pintu belakang kapal
Banyu tau dirinya dan Sky dalam keadaan terancam, kapanpun mereka bisa saja mati sia-sia, sebab semua penjaga di sini tak pernah lepas dari senjata api. Philip diam-diam terus mengawasi, meski Banyu pura-pura tak tau, namun mata-mata yang di bayarnya bisa banyu ketahui.Hari ini terpaksa juga Banyu meminum sesuatu yanh sudah di campur obat pencahar, ia tau Philip yang sudah membuatnya begini, bahkan siapa yang membawakan obat itu Banyu juga tau, tapi untuk sesuatu yang lebih besar, dia relakan perutnya terkuras hari ini."Harusnya jangan kamu telan minuman itu!" Sky berbisik kesal, mereka sedang berada di klinik saat ini."Lalu menurutmu Philip tak akan curiga?" Banyu bertanya dengan alis terangkat."Entah, tapi menyebalkan sekali saat kita tau seseorang ingin mengerjaimu tapi kamu justeru pura-pur bodoh untuk membiarkannya." Ucap Sky kesal sendiri.Banyu tersenyum sendiri, meski benar apa yang Sky katakan, kali ini dia harus mengalah dulu."Ini obat diarenya, jangan lupa untuk banyak
Pov author.Mereka tiba di bandara Banyuwangi, lalu Rock membawa mereka semua ke sebuah tempat yang tak pernah mereka kunjungi. Rock meminta bantuan seseorang untuk bisa membawanya datang kempat ini. Perjalanan mereka cukup menguras tenaga, menyeberangi lautan dengan kapal kecil dan membawa team Dream Net ke pulau misterius."Kita sudah ada di ujung timur jawa.""Lantas apa maksudnya kak?" Anik bertanya, gadis itu begitu tak sabar memulai misinya membawa pulang sang kekasih."Kalian tau Kanaya jelas tak sendiri, kita bahkan tak yakin apakah Khan memang tak tau apa yang di lakukan adiknya atau ini hanya bagian dari rencana mereka.""Lantas apa maksudnya kak Rock?" Anik masih belum memahami."Maksudnya adalah kita kecoh mereka!" Ucapk Dina menjelaskan lebih gamblang apa yang akan mereka lalukan."Jika untuk mengecoh, kenapa hanya di ujung timur kita bisa pergi ke luar jawa, mereka akan berpikir tujuan kita bukan di tempat kapal itu berada." Anik dengan kritisnya mencoba menerka apa yang
Emak terus mendekapku malam ini, tak ada sedikitpun kalimat terucap dari bibirnya setalah aku berpamitan sore tadi, bahkan ketika makan malam bersama, emak tak banyak bicara, bibirnya terkatup dan hanya tersenyum saat dua cucunya mengajak bicara.Dingin udara malam semakin membuat aku menyadari bahwa kehilangan itu terasa sangat menyesakkan. Bapak bahkan menahan tangis saat aku pamit selepas magrib tadi."Mak..."Aku memanggilnya, namun wanita yang melahirkan aku itu hanya memejamkan mata dan diam."Mak, apa emak..." Belum juga aku selesai bicara, emak sudah mengatup bibirku dengan jarinya."Koe ra perlu ngomong opo-opo nduk, emak wes reti kabeh." (kami tak perlu bicara apapun nduk, emak sudah tau semua.)Aku hanya diam, lalu memeluk erat emak. Mungkin juga ini kali terakhir aku bisa mencium aroma tubuh wanita yang begitu aku cintai ini. Mungkin ini juga kali terakhir aku bisa mendekap dan merasakan napas hangatnya menyentuh kulit ku.Mataku terpejam, merasakan setiap detik kasih emak