Share

Perhatian

Penulis: Ayaya Malila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Arunika memaksakan diri bangkit dari ranjang. Dia merasa sudah cukup menangis dan bersembunyi di balik selimut. Apalagi saat menyadari bahwa jam digital menunjukkan pukul sepuluh malam.

Dengan langkah gontai, Arunika berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Akan tetapi, rasa sedihnya kembali menyeruak tatkala melihat sikat gigi couple miliknya dan Abhimanyu.

Angan Arunika melayang ke saat sebelum terjadi badai besar dalam rumah tangganya. Abhimanyu lah yang memiliki ide untuk menyamakan peralatan mandi. Pria tampan itu beralasan, supaya mereka bisa lebih bersemangat saat melakukan ritual di kamar mandi bersama-sama.

Arunika tersenyum kelu. Sebuah pertanyaan besar terus bergaung di benaknya. Akankah keadaan bisa kembali seperti semula, atau dia akan kehilangan Abhimanyu selamanya.

Dalam kegelisahan itu, seseorang mengetuk pintu kamar cukup kencang, membuyarkan lamunan Arunika.

Sambil menyeka wajahnya yang basah menggunakan handuk, Arunika bergegas menuju pintu dan membuka k
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Panas Hati

    "Aku suka dengan balkonnya yang langsung berhadapan dengan taman. Sinar matahari juga tak terhalang sama sekali," celoteh Delia. "Tidak bisa," tolak Arunika. "Run!" Masayu meraih tangan Arunika dan meremasnya. "Kalau Delia mau pindah ke ruangan itu, ya biar saja. Toh, kamu juga belum tentu hamil dalam waktu dekat ini. Aku tidak mau, perkara kecil seperti ini memicu pertengkaran." Arunika yang sedari tadi melotot ke arah Delia, langsung memusatkan perhatiannya pada Masayu. "Tapi, Ma ...." "Kalau di atas, kamar kita kan bisa berdekatan, Mbak. Mas Abhim juga bisa bolak-balik ke kamar Mbak Arun dengan leluasa. Coba seandainya kamar kami masih di lantai bawah. Pasti ribet. Ya kan, Mas?" potong Delia seraya menoleh pada suaminya. "Betul juga," celetuk Abhimanyu sambil manggut-manggut. "Ya, sudah. Aku akan menyuruh asisten rumah tangga menyiapkan semuanya." "Ah, terima kasih, Mas." Delia merentangkan kedua tangan, lalu memeluk Abhimanyu erat-erat. Melihat hal itu, suasana hati Arunika

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Pusing

    "Saya tidak menyangka, Mama bisa begitu tega terhadap saya," ujar Arunika dengan suara bergetar. "Ini cuma permintaan sederhana, Run," sanggah Masayu. "Saya sudah merelakan Abhimanyu untuk Delia, dan sekarang saya harus tunduk pada madu saya. Begitukah yang Mama inginkan?" Lirih suara Arunika menahan tangis. "Apa kamu punya cara lain, Run? Bisakah kamu menggantikan posisi Delia, menyelamatkan perusahaan Abhimanyu dan mencegah kita bangkrut? Kalau tidak, sebaiknya kamu menurut. Sejak menikah juga kamu tidak bisa membantu apa-apa," cibir Masayu. Suaranya memang pelan, tapi cukup untuk mengoyak perasaan. "Ah, iya. Mama benar sekali. Saya memang tidak bisa membantu apa-apa dan hanya bisa menyusahkan Mas Abhim. Rupanya cinta dan kasih sayang yang tulus memang tidak pernah cukup." Arunika tersenyum getir. Sakit kepala dan sensasi berputar itu datang lagi. Entah karena terlalu lelah atau terlalu banyak berpikir. Arunika tak dapat berpikir jernih. Dia memegangi kepalanya, lalu mengem

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Balkon Kamar

    Arunika terbangun saat merasakan kakinya dipijit oleh seseorang. Dia segera bangkit dengan raut terkejut, tapi akhirnya bernapas lega ketika menyadari bahwa Ijah lah yang memijat lembut betisnya. "Bi, aku sampai kaget. Kukira siapa," ujar Arunika sambil mengusap-usap dada. "Tidak apa-apa, Bu. Istirahat saja lagi," tutur Ijah. "Memangnya jam berapa sekarang? Mas Abhim belum pulang?" Belum sempat pertanyaan Arunika terjawab, tiba-tiba pintu kamar dibuka oleh seseorang. Abhimanyu berdiri gagah di ambang pintu. Dua tangannya menggenggam beberapa kantong plastik berukuran besar. "Run, kamu belum makan, kan?" tanya Abhimanyu. Ijah terkesiap. Dia buru-buru berdiri dan mengangguk hormat pada majikan prianya. "Selamat malam, Pak," sapanya. "Tumben kamu di sini?" Abhimanyu menatap Ijah penuh selidik. "Nyonya Besar yang menyuruh saya menjaga Bu Arun, Pak," jawab Ijah sopan. "Kenapa?" "Bu Arun sakit. Sakit kepalanya kambuh lagi sejak tadi pagi, setelah Bapak berangkat," beber Ijah. "Bena

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Malam Terakhir

    Abhimanyu dan Arunika melewati malam dengan mengobrol dan bercanda. Dua kotak dimsum dan bakmie telah tandas sejak satu jam yang lalu.Namun, Arunika masih betah bersandar di bahu lebar suaminya. Sesekali dia membelai rahang Abhimanyu yang mulai ditumbuhi bulu-bulu halus."Mas Abhim belum cukuran." Arunika tertawa geli."Biasanya kamu yang mencukur jenggotku, Run. Peralatan mandiku masih di sini semua," sahut Abhimanyu yang menyandarkan kepalanya di atas kepala Arunika."Peralatan couple kita ...." Arunika tersenyum getir."Aku janji, Run. Aku akan menyelesaikan semua masalah secepatnya. Doakan aku," ujar Abhimanyu sambil memainkan jemari lentik istrinya."Aku akan bersabar. Semoga Mas Abhim tidak tergoda dengan Delia," celetuk Arunika."Run ...." Abhimanyu menggeser duduk sehingga menghadap ke arah Arunika. "Aku tidak akan menikahinya jika kamu tidak memaksaku. Sekarang, dia telah sah menjadi istriku. Aku tidak paham dengan kata 'tergoda' yang kamu maksud, sebab mau tidak mau, aku ha

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Pertemuan Tak Terduga

    "Eh, jangan, Bu Arun. Saya sedang banyak pekerjaan," tolak Ijah dengan segera."Kalau kamu tidak mau, lebih baik aku kembali saja ke kamar dan tidur seharian," ancam Arunika. "Kamu suka melihatku menangis, ya?""Tapi ... saya tidak enak dengan pegawai lain," dalih Ijah."Biar aku yang menjelaskan pada mereka," desak Arunika."Ehm ...." Ijah menggaruk kulit kepalanya yang tidak gatal. "Iya, deh, Bu. Saya ikut Bu Arun," putus Ijah pada akhirnya."Nah, gitu, dong. Cepat ganti baju. Kutunggu di garasi samping," ujar Arunika seraya bergegas kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap.Sepuluh menit kemudian, Arunika sudah tampil cantik dengan busana kasual. Dia berdiri menunggu kedatangan Ijah di depan pintu garasi.Tak berselang lama, Ijah datang. Dia begitu berbeda jika tidak sedang memakai seragam pelayan. Dengan T-shirt sederhana dan rok plisket berwarna krem, Ijah tampak seperti seorang pekerja kantoran."Bi, cantik sekali," sanjung Arunika. "Ah, jadi tidak cocok dipanggil 'Bi'. Aku panggil

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Jalan-jalan

    "Lihatlah ini." Arga meletakkan ponsel mahalnya ke meja, lalu mendorongnya supaya Arunika dapat menjangkau benda pipih itu. Akan tetapi, Arunika tak segera mengambilnya. Dia hanya melihat sekilas cuplikan video yang berputar di layar. "Kamu lihat, kan? Itu suamimu," tunjuk Arga. "Video itu diambil beberapa menit yang lalu." Bukannya sedih, Arunika malah menatap Arga curiga. "Bagaimana caranya kamu merekam kegiatan suamiku?" desisnya penuh penekanan. "Anggap saja, mata-mataku ada di mana-mana. Aku terus mengawasimu dan Abhimanyu sejak mendengar berita bahwa suamimu menikah lagi," sahut Arga tanpa beban. "Untuk apa kamu memata-matai kami?" geram Arunika. "Atas perintah ibumu, Run," jawab Arga singkat, tapi cukup membuat bulu kuduk Arunika meremang. "Kamu bohong." Arunika tiba-tiba berdiri. Tangannya lurus tertuju pada Arga. "Kamu pasti mengikutiku! Ya, kan? Kamu sengaja merekam semua itu dan menunjukkannya padaku, supaya aku hancur dan terpuruk. Dengan demikian, kamu berharap

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Tangis

    "Memangnya Bu Arun punya saudara di Bandung?" Ijah tampak semakin gelisah."Aku sudah tidak punya saudara, Mbak. Mereka semua membuangku. Cuma Ayah yang pada akhirnya ikhlas menerima pernikahanku dengan Mas Abhim. Itupun secara diam-diam," ungkap Arunika dengan sorot sendu."Sekarang Ayah sudah tiada. Tak ada lagi yang mendukungku." Sebulir air mata lolos di pipi Arunika. Buru-buru dia menyekanya lalu tersenyum dan menoleh kepada Ijah."Aku hanya punya Mas Abhim, Mbak," ucap Arunika lirih."Bu Arun ...." Ijah dapat merasakan kesedihan itu. Matanya turut berkaca-kaca. Wanita berambut pendek sedikit bergelombang itu memberanikan diri untuk mengusap lembut pundak sang majikan, berharap dapat menenangkannya walaupun sedikit."Tapi, sekarang pernikahan kami menjadi seperti ini." Tangis Arunika semakin kencang. Dia terisak sampai bahunya berguncang."Bu, sebaiknya menepi dulu. Bahaya kalau berkendara dalam keadaan seperti ini," tutur Ijah. "Apa biar saya yang menyetir?"Sambil mengusap sudu

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Andai

    "Apa yang sudah mas Abhim lakukan?" pancing Arunika sambil memandang dengan sorot selidik pada sang suami. "Apapun akan kulakukan supaya bisa menjemputmu pulang," jawab Abhimanyu penuh teka-teki. "Jadi, sampai kapan kamu akan membiarkanku berdiri di sini?" "Siapa suruh Mas Abhim ke sini. Tolong, pulanglah dan jangan membuatku berada dalam masalah," usir Arunika. "Dengan kamu pergi tanpa pamit begini, kamu sudah membuat masalah, Run! Paham, tidak?" hardik Abhimanyu. "Jangan seperti anak kecil begini. Kita bisa membicarakan semuanya secara baik-baik di rumah kita sendiri. Tak perlu pergi jauh-jauh ke Bandung," imbuhnya. "Itu rumah Mas Abhim, bukan rumah kita. Mungkin sebentar lagi malah jadi rumah Delia," cibir Arunika. Sontak, Abhimanyu mencekal lengan sang istri, lalu mendorongnya masuk. Dia menutup pintu menggunakan kaki dan menghempaskan tubuh ramping Arunika ke dinding. "Aku kemari, selain untuk menjemputmu pulang, juga karena ingin menjelaskan semuanya supaya kamu tidak

Bab terbaru

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Beautiful Ending

    "Ya, ampun. Mas Abhim ...." Arunika menutup mulutnya yang terbuka dengan kedua tangan. Terharu, bahagia, sekaligus malu, bercampur menjadi satu. "Yuk, Sayang." Abhimanyu mengulurkan tangan pada Arunika. Dia membawa sang istri tercinta masuk ke dalam sebuah bangunan lima lantai yang dulu pernah mereka jadikan tempat resepsi pernikahan. "Mas masih ingat dengan hotel ini?" Arunika terkikik geli. "Mana mungkin aku lupa, Run. Dulu, kita berikrar sehidup semati sekaligus mengadakan pesta di ballroom hotel ini." Abhimanyu mencolek ujung hidung istrinya gemas. "Malam pertama juga di hotel ini," ujar Arunika malu-malu. "Kamar Suite 301," timpal Abhimanyu. "Aku sudah memesannya untuk malam ini dan besok." "Yang benar saja, Mas!" Arunika terbelalak tak percaya. "Untuk merayakan ulang tahun pernikahan kita yang tertunda, Sayang." Abhimanyu berbisik lirih, tepat di telinga Arunika. Getaran halus seakan bermuatan aliran listrik, merambat ke seluruh pembuluh darah, menciptakan sensasi luar b

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Meluruskan Semua

    Abhimanyu semakin mengeratkan genggaman di tangan istrinya saat mereka berjalan melintasi ruang tamu mewah kediaman Gayatri. Namun, langkahnya seketika terhenti ketika berpapasan dengan Arga yang baru saja masuk.Pria tampan itu seperti sudah biasa mendatangi rumah sang mertua. Terbukti dengan sikapnya yang bebas dan santai. Akan tetapi, bukan itu yang membuat Abhimanyu terkejut. Melainkan sosok wanita berpakaian rapi yang berdiri di samping Arga."Bi Ijah?" desis Abhimanyu dengan sorot tak percaya."P-pak Abhimanyu?" sahut Evelyn. Dia begitu salah tingkah ketika majikannya itu menatap dirinya penuh selidik."Sedang apa di sini?" tanya Abhimanyu curiga."Aku bisa menjelaskan, Mas," ujar Arunika lembut sembari mengusap lengan suaminya."Apa?" Abhimanyu mengalihkan perhatian pada sang istri, lalu menoleh pada Evelyn, kemudian kembali menatap Arunika. "Apa aku ketinggalan sesuatu? Atau kalian yang menyembunyikan sesuatu?" sindirnya."Bukan begitu." Arunika menghela napas panjang. Dapat d

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Restu

    Abhimanyu berkali-kali mengusap telapak tangannya demi menghilangkan rasa gugup yang semakin mendera. Pertemuannya yang berlangsung alot dengan RImba tadi sama sekali tak ada apa-apanya dibanidingkan detik-detik memasuki gerbang besar kediaman keluarga Hadiwinata. Perjalanannya memasuki rumah paling mewah saat itu cukup lancar. Para satpam rumah terlihat begitu hormat padanya. Mereka bahkan menawarkan untuk memarkirkan mobil Abhimanyu, sehingga pria itu dapat leluasa memasuki rumah dan menemui mertuanya di ruang kerja. Sesampainya di sana, Abhimanyu sudah disambut oleh Gayatri dan putra tertua, Sagara. Mereka memandang aneh ke arahnya, membuat Abhimanyu salah tingkah. "Se-selamat siang," sapanya. Sekilas, ekor mata pria tampan itu melirik ke arah Arunika dan Fahad yang duduk di sofa. "Selamat sore," sapa Abhimanyu sedikit gugup. "Jadi, kamu adalah anak kandung Tuan Fahad Omar Al Attas?" tanya Sagara dingin, tanpa membalas sapaan Abhimanyu. "Iya, betul. Aku juga baru tahu aka

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Lepas

    Abhimanyu melangkah gagah menuju ruangan penyidik. Di sana, Delia sudah menunggu bersama beberapa orang pengacaranya dan seorang pria yang membuat Abhimanyu langsung terpaku."Kenalkan, Bhim. Namanya Wildan. Dia yang akan membantu kita bernegosiasi dengan pihak kepolisian," tutur Delia. "Dia kenal dengan salah satu pejabat tinggi," bisiknya tepat di telinga Abhimanyu."Oh, ya?" Abhimanyu melirik ke arah pria bernama Wildan itu, dengan sorot aneh. "Aku juga sudah menyiapkan sejumlah uang untuk mengembalikan seluruh dana yang kamu investasikan ke perusahaanku. Dengan demikian, aku tidak memiliki utang sama sekali," paparnya."Apa?" Delia terbelalak tak percaya. "Ini bukan saatnya membicarakan hal itu, Bhim!""Oh, malah ini adalah saat yang paling tepat. Dengan aku mengembalikan semuanya, aku jadi tidak perlu ikut terseret dalam kasusmu," timpal Abhimanyu."Kamu tega membiarkan aku sendirian melalui ini semua, Bhim?" tanya Delia dengan nada tinggi."Kamu tidak sendiri, kok. Ada Wildan di

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Bertemu Besan

    "Tenang saja, Bhim. Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk meyakinkan mertuamu." Fahad Omar menepuk pundak putra kandung yang baru saja dia temukan."Baiklah, Pa. Kuserahkan semua padamu. Aku akan ke kantor polisi, menemui Delia dan menyelesaikan semua urusan," pamit Abhimanyu."Jangan lupa, tanyakan pada pihak penuntut, seberapa banyak yang mereka mau, aku akan melunasi seluruhnya," ucap Fahad.Abhimanyu sempat tertegun dan terdiam. Betapa keadaan bisa berbalik dengan begitu cepat. Kemarin dia yang membuang harga diri demi keinginan sang ibu, kini dapat tegak berdiri, menghadapi semua masalah dengan pikiran tenang, seolah kekuasaan sudah berada dalam genggamannya."Aku pergi dulu, Pa." Abhimanyu mencium punggung tangan Fahad, kemudian beralih pada Arunika. Dia mencium kening istrinya dengan penuh perasaan.Arunika dan Fahad memperhatikan langkah gagah Abhimanyu menjauh hingga menghilang di balik pintu restoran."Bagaimana? Apa kamu sudah siap?" tanya Fahad."Siap, Om." Arunika mengang

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Perkenalan

    "Siapa?" tanya Arunika penasaran."Nanti kamu juga tahu sendiri." Abhimanyu tersenyum penuh arti seraya memutar kemudi. Dia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, menuju salah satu restoran langganan di pusat kota, yang dekat dengan kantornya.Setelah memarkir kendaraan, Abhimanyu menggandeng Arunika dan menuntunnya masuk ke restoran. Langkahnya langsung tertuju pada salah satu meja yang terletak di sudut ruangan. Dia tak ragu menghampiri seorang pria paruh baya yang duduk seorang diri. Pria itu tampak asyik menggulir gawainya."Siapa dia, Mas?" bisik Arunika."Kenapa kamu tidak bertanya langsung saja padanya?" Abhimanyu malah menantang istrinya."Jangan bercanda ah, Mas!" sungut Arunika, membuat Abhimanyu tertawa renyah.Sontak, pria asing tersebut langsung mendongak. Tatapannya langsung tertuju pada Abhimanyu. "Hei, Nak! Sudah datang?" sapanya hangat dengan bahasa Indonesia yang terdengar sangat kaku."Nak?" ulang Arunika, seolah meyakinkan diri bahwa dia tak salah dengar."Oh,

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Pisah

    "Apa-apaan kamu, Bhim!" sentak Masayu. "Ingat, kamu juga masih punya aku!" sambung Delia. "Kamu tidak bisa seenaknya pergi dari rumah tanpa memedulikan aku!""Maafkan aku yang tidak bisa tegas, Del. Seharusnya sejak awal, aku menolak ide gila ini. Sekarang, setelah datang masalah sebesar ini, aku sadar. Semakin lama aku mempertahankan hubungan tak sehat ini, semakin buruk pengaruhnya terhadap kita berdua," jelas Abhimanyu panjang lebar."Apa maksudnya, Bhim? Apa yang akan kamu lakukan?" cecar Delia panik."Setelah permasalahan ini beres, aku akan menceraikanmu. Aku juga sudah siap mengembalikan seratus persen dana yang sudah kamu gelontorkan ke perusahaan," lanjut Abhimanyu."Bhim, jangan ngawur!" Masayu mulai histeris. Namun, Abhimanyu tetap pada pendiriannya. Dia mengangkat tangan sebagai isyarat agar ibunya berhenti berbicara."Sekali ini saja. Kumohon, supaya Mama mempercayai keputusanku. Percayalah, Ma. Tidak akan ada yang mengolok-olok kita, mencaci apalagi menghina. Dan kupas

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Pelik

    "Tadi malam kan aku sudah berpamitan, Ma," sahut Delia ketus."Pesta macam apa yang berlangsung semalam suntuk? Arunika saja, selama menikah dengan Abhim, tidak pernah bertingkah macam-macam!" hardik Masayu."Aku bukan Arunika! Aku juga tidak sudi disamakan dengannya!" balas Delia. Dia tak memiliki keraguan sama sekali saat membentak Masayu."Ada apa ini?" seru Abhimanyu yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Delia. "Kenapa kamu berkata kasar terhadap Mama?"Delia tersentak. Dia sama sekali tak menyangka jika Abhimanyu memergoki secara langsung tindakannya yang tak terpuji."A-aku tidak bermaksud, Bhim. Ma-mama dan aku hanya saling salah paham," kilah Delia terbata."Kesalahpahaman apa yang bisa membuatmu bersikap kurang ajar pada Mama?" geram Abhimanyu dengan tangan terkepal erat."Sudah, Bhim. Delia benar. Dia tidak serius berkata seperti tadi. Mama sama sekali tak ada masalah, kok," sela Masayu, berusaha menengahi."Apa?" desis Abhimanyu. Dia tak mengira bahwa sang ibu akan bersi

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Gugup

    Masayu berniat keluar dari kamar Delia secara diam-diam. Akan tetapi, rencananya tak berhasil. Arunika malah memergoki ulahnya. "Mama? Sedang apa di sini?" tanya Arunika curiga. "Kamu sendiri? Sedang apa di sini?" Masayu balik bertanya. Dia tak mampu menyembunyikan rasa gugupnya. "Mas Abhim meminta saya untuk mengambil minyak kayu putih," jelas Arunika. "Kenapa dia?" "Sepertinya masuk angin," jawab Arunika lembut seraya menggeser tubuh, melewati Masayu. Setelah beberapa langkah, dia tiba-tiba berbalik ke arah Masayu yang masih terpaku. "Mama sedang apa di sini?" tanya Arunika. "A-aku ... ta-tadi ...." Masayu terbata, seakan kehilangan kemampuan bicara. "Mama juga melihat Delia pergi dari rumah?" terka Arunika. "I-iya. Di bawah," jawab Masayu gugup. "Mas Abhim juga melihatnya dari balkon," beber Arunika. "Lantas, kenapa dia tidak mencegah Delia? Kamu juga kenapa diam saja? Sebenarnya kamu paham tidak sih, situasi yang kita hadapi sekarang!" cerca Masayu. "Kenapa

DMCA.com Protection Status