Nilam melotot ke arah keduanya, secara bergiliran. Dengan bertolak pinggang. Willy bukannya takut, pria itu malah tersenyum melihat Nilam bersikap seperti itu. "Kenapa kamu malah tersenyum, kamu senang ya diperlakukan seperti itu sama Tiara?"Wajah Nilam sangat culas, menunggu mereka bicara."Maafkan saya ibu Nilam, Saya hanya kasihan pada Pak Willy. Sungguh saya tidak berniat apapun," ucap Tiada, membela diri."Ah alasan saja kau! Dasar sekretaris ganjen! Awas aja kamu, sekali lagi kau menggoda suamiku! Aku tidak akan segan-segan memecat mu! Pergi! Pergi!" ancam Nilam tidak main-main."Sekali lagi saya minta maaf Ibu Nilam," Tiara menundukkan kepala lalu segera keluar dari ruangan William.Nilam melihat ke arah Willy yang masih senyum tanpa dosa. Wajah wanita itu sangat buruk sekarang."Apa maksudnya kamu tersenyum seperti itu, Mas? Hah? Kamu senang ya disuapin sama Tiara?" tanya Nilam tanpa memandang Willy.Sett ..William tiba-tiba menarik tubuh Nilam hingga ia jatuh di pangkuan
Keesokan harinya ...Brak!"Apa-apaan ini! Kenapa beberapa klien mendadak memutuskan sepihak, hubungan kerja sama antar perusahaan. Harusnya mereka memberi alasan yang detail!" Pagi-pagi Daffa sudah di suguhkan dengan problematika perusahaannya. Belum selesai pikirannya kacau balau karena ulah istri barunya itu. Sekarang menambah satu lagi masalah.Pria itu mengutak atik mouse, menatap ke arah layar laptop. Ia membuat surat pernyataan tentang alasan kenapa perusahaan mereka menghentikan kontrak kerjasama dengan perusahaannya secara sepihak, melalui akun email Daffa Ardiansyah miliknya.Surat resmi yang di kirimkan saat itu juga, setelah ia tinjau berulangkali.Serangkaian pertanyaan yang sudah ia buatnya, ia kirimkan pada manajer pusatnya. Dia tidak akan tenang sebelum menunggu balasan nya.Sebelumnya, ia sangat menyayangkan hal ini, Karena perusahaan raksasa tersebut, diyakini mampu mendongkrak perkembangan kemajuan perusahaannya. Semula ia yakin, jika perusahaan Ardiansyah Group me
"Pesan dari siapa, Sayang?" tanya Willy sekali lagi.Nilam masih memperhatikan layar ponsel, ia membaca satu pesan masuk. Alumni grup universitas Airlangga.Grup ini baru-baru saja di terima oleh Nilam, asal mula memang sudah lama. Tapi salah satu teman baru mendapatkan kembali nomer Nilam-- dan baru memasukkan nomernya ke daftar anggota grup.Karena ponsel lama Nilam rusak, saat kecelakaan beberapa bulan lalu . Terkadang ia dibuat bingung, harus mencari tahu satu persatu, siapa saja dari teman dekat Nilam.Terdapat sebuah acara dari sekelompok anggota grup tersebut. Tidak banyak yang mengikuti, karena akan menyangkut keselamatan.Hanya beberapa orang yang di kenal sebagai mahasiswa dan mahasiswi tangguh yang mampu melawan alam."Sayangku, kenapa kamu diam? Chat dari siapa?" tanya Willy ketiga kalinya.Ia terpaksa meraih ponsel itu, tanpa izin. Nilam biarkan saja. Kedua mata Willy melihat isi pesan grup.'AKAN DIADAKAN ACARA PENDAKIAN di GUNUNG ARJUNO JAWATIMUR ...'Dari daftar nama-na
Keduanya sudah sampai di pelataran halaman universitas Airlangga. Terlihat oleh mereka beberapa pria dan wanita yang mengenakan pakaian outbound seperti yang dipakai Nilam.Nilam dan William turun bersama dan menghampiri mereka yang berada di depan sebuah bis.Seketika mereka menyapa William dengan hormat, karena pria itu bukanlah pria sembarangan. William terkenal sebagai pebisnis sukses di kota Surabaya. Bukan itu saja Ia memiliki cabang perusahaan di Jakarta, yang dikendalikan oleh papa Nilam."Selamat pagi, Bapak William ... Suatu kehormatan sekali karena Bapak bisa hadir di sini mengantarkan Ibu Nilam," sapa salah satu pria yang akan memandu mereka.Kali ini Nilam harus lebih welcome pada mereka, Karena bagaimanapun juga mereka adalah teman-teman Nilam sesungguhnya. Ia memandang satu persatu dari wajah-wajah asing yang baru ia lihatnya ini. Ia juga harus berhati-hati dan berusaha keras untuk mengingat siapa saja nama-nama dari mereka."Ah, kamu tidak perlu memanggil saya dengan s
Matahari sudah terbit dari ufuk timur. Nilam melihat jam dengan fitur multi fungsi menunjukkan pukul 05. 30 pagi, sebelumnya jadwal keberangkatan bis dimulai pukul 05.00, agar tidak kesiangan saja--saat start pendakian.Ia menengok beberapa temannya, mereka sudah terlelap karena masih mengantuk. Bisa tidur seperti di kasur kamar hotel, kursi bus yang di desain khusus untuk penumpang kelas atas. Daftar mengikuti acara ini pun Nilam, wanita itu harus membayar uang yang lumayan, ternyata uang sebanyak itu untuk sewa bis mewah ini.Bus yang diluncurkan oleh PO. Nusantara ini dibagun di atas mesin Volvo B12M dan punya kapasitas mensin 12.000 cc serta punya power maksimal 420 HP. Uniknya bus ini punya desain interior mirip hotel berbintang 5! Kamu bisa merasakan duduk di sofa yang berlapis kulit, kursi pijat elektronik yang bisa di gunakan untuk merefleksi badan yang capek akibat perjalanan. Nggak ketinggalan pula televisi LCD 32 inchi. Namun kedua mata Nilam tidak dapat tidur seperti merek
Nilam membenarkan posisinya, entahlah sepertinya ia merasakan jika Bagas memiliki perasaan kepadanya.Terlihat dari tatapan kedua mata pria itu yang terlihat aneh saat memandangnya."Terima kasih Mas Bagas, untung saja kau menolongku," ucap Nilam. "Sama-sama, sebagai pemandu pendakian. Aku harus sigap terhadap semua anggota grup, mari kita lanjutkan! Ke-4 temanmu sudah berjalan lumayan jauh," kata Bagas, bermaksud menggandeng tangan Nilam.Sontak, Nilam terkejut. Kenapa pria itu berani memegang tangannya, gegas Nilam melepaskannya. "Maaf, aku hanya ingin membantumu, menaiki jalan terjal ini saja, tidak lebih!" jelas Bagas, ia tidak ingin Nilam memiliki pikiran macam-macam terhadapnya.Nilam buru-buru mengejar temannya yang sudah berjalan jauh darinya. "Keyla tunggu!'Keyla dari kejauhan menoleh kebelakang, dan menunggunya sampai mendekatinya. "Ya, ampun! Kamu dari mana saja? Maaf aku tidak menoleh kebelakang, Nilam." Keyla menggaruk kepala dengan cengengesan."Gak apa-apa, oh ya, t
Nilam berjalan mencari suara gemericik air tersebut, berjalan menjauhi jalan yang dipakai untuk para pendakian. Mengambil roti di bag-nya, dan memotong kecil-kecil, ia buang di jalanan yang ia lalui.Pikirnya, ia bisa kembali tanpa tersesat dengan mengikuti arah potongan roti tersebut. Ia tidak memikirkan cara lain selain itu."Sebentar saja, tidak masalah Luna. Dari pada pipis di celana, pasti malu sekali. Apalagi tidak membawa baju ganti, haish, menjijikan, siapa yang tahan dengan baunya?" mulutnya komat kamit sendiri.Kedua matanya masih mencari sumber air yang ditangkap telinganya. Ia makin berjalan jauh dari petunjuk jalan yang bisa di lewati."Dimana sih, suara itu berasal. Aku sudah tidak tahan!"Seperti yang pernah di baca sebelumnya, oleh Nilam. Lembah Kidang, seperti halnya bagian-bagian lainnya di dalam hutan dan gunung, adalah sosok seribu wajah. Bentang alam yang bergantung pada sifat waktu dan cuaca. Jika waktu terang dan cuaca bersahabat, Lembah Kidang akan terlihat cer
William mencoba menghubungi kembali Bagas, beberapa kali nomor Bagas tidak dapat dihubungi. William mencoba berpikir positif, jika di gunung susah signal. Jadi seberapa pun ia mencoba menghubungi, tidak akan ada hasilnya.Willy mencoba mengecek, dari geogle maps yang sudah di setting olehnya, perangkat untuk menghubungkan ponselnya dengan Nilam, ia akan tahu, dimana pun lokasi istrinya berada."Apa yang Papa lakukan sih? Angel tidak paham," ucap Angel polos, dia melihat Papanya mengutak-atik benda canggih milik Willy."Princess Papa, kamu main sama Bik Marni dulu ya, Papa mau mencari informasi tentang mama dulu," ucap William dengan mengelus kepala Angel lembut."Tapi, Angel mau mendengarkan suara mama, Angel sudah kangen, Pah. Seharian tidak bertemu mama," ucap Angel mulai merajuk."My princess, mulai nakal ya, gak mau dengar ucapan Papa? Hah?" kata William menakuti dan nada suaranya sudah menakuti Angel."Ayo, Sayang. Nanti di marahin Papa lho kalau tidak menurut," bujuk Marni, den