Nilam tidak membalas senyum Daffa, ia merasa seperti tatapan itu membunuhnya. Bila merasa bahwa Daffa mengetahui perbuatannya pada hari itu.Iya menggenggam tangan William dengan erat, sementara satu tangan William menggendong Angel."Papa, kenapa pesta pernikahannya sepi sekali sih, Pa?" tanya Angel kecil nyeletuk."Ya sayang, karena yang diundang hanya beberapa tamu saja, ini namanya undangan pesta pernikahan tertutup," tutur William menciumi pipi putri tunggalnya."Berarti kita adalah tamu penting Pa, Karena Om Daffa mengundang kita?" Pertanyaan Angel buat Willy dan Nilam geleng kepala, pikiran mereka sama: pertanyaan sang putri sangat bijak."Bisa dibilang begitu Sayang, Yuk kita duduk! Mengikuti acara ini dengan hikmat acara pernikahan ini hingga usai," suruh William lagi.Mereka sengaja memakai seragam couple, berwarna putih. Nilam dan Angel sengaja menggerai rambutnya dan memberikan aksesoris pita di ujung rambut, membuat keduanya seperti bidadari milik Willy.Satu dompet hita
Plak!Nilam menamparnya keras. Mendengar ucapannya yang menjijikan. Daffa memegang pipinya erat. "Lumayan juga tamparanmu."Bug!"Ah! Sakit!"Sebuah tendangan mengenai sarang wallet nya. Hingga pria itu mundur beberapa langkah seraya memegangi benda pusakanya--yang seakan patah.Terlihat ia meringis kesakitan. Selang beberapa saat itu, terdengar suara William berteriak. "Sayang! Kamu masih di dalam?" teriak William dari luar pintu.Gegas, Nilam mencoba membuka slot kunci 0pintu. Saat pintu berhasil terbuka, Daffa bersembunyi di belakang pintu. Ia menutup mulut dengan jarinya sendiri. Menyuruh Nilam tutup mulut. Nilam pun patuh, ia juga takut, kesalahan di mall saat itu, berimbas buruk pada dirinya ataupun keluarga nya nanti. Akan dipikirkan kembali saat situasinya lebih tenang."Sayang! Kamu lama sekali di toilet! Tidak terjadi apapun kan, padamu?" Nilam tidak segera menjawab, ia cepat keluar bersama William dan Angel dalam gendongan sang ayah."Maaf Mas, perut aku sakit tadi, jad
William ingin mendengar Nilam mengatakan itu, ia sudah rindu pada Nilam istrinya.Perlahan, ia harus mengucapkannya, Nilam menarik napas dan membuangnya pelan.Sialnya, Willy mengerti apa yang dia lakukan. "Kenapa mendadak gugup? Haish!""Aku harus ngomong gimana, Mas?" tanya Nilam.Masih diam di atas tubuh Willy."Gini Sayang. Katakan, Mas Willy, sayangku, manisku, cintaku, belahan hatiku, suamiku yang paling tampan, berkarisma, tampan rupawan, tiada bandingnya, aku sangat mencintai kamu. Gitu Sayang, coba katakan!"Wanita itu menatap wajah William dengan tatapan ketus. "Apa nggak kurang panjang: kamu nyuruh ngucapin kata-kata itu, Mas?""Tuh kan buktinya apa--kamu nggak mau bilang berarti kamu itu nggak mencintai aku, Sayangku ..."Ia berusaha lepas dari pelukan Willy, wanita itu segera duduk dengan wajah manyun. "Sini Mas, aku mau bisikin sesuatu!" titah Nilam pada William yang ikut bangun dari tidurnya lalu duduk mendekatkan telinganya."Makin hari kamu itu makin, jelek! Haha!"
"Selamat datang Nyonya Daffa Ardiansyah!"Seketika Nilam terkejut. Ia meletakkan gelasnya dan melihat sendiri--yang datang kala itu adalah Shireen. Dan benar saja, wanita iblis itu yang muncul.Nilam mencoba melihat gaya wanita itu, bagaimana ia belajar menjadi nyonya-nyonya sosialita dalam sekejap.Nilam terkikis dalam batin: seorang Shireen yang dulu hanya lulusan sekolah menengah atas, bisa duduk di kursi kebesaran menjadi istri seorang pebisnis terkenal Daffa Ardiansyah, jabatan serta harta yang dihasilkan dengan cara mencuri. Cih!Nilam menarik salah satu sudut bibir, ia tersenyum menyeringai. Melihat gaya pakaiannya yang tidak sinkron.Terdengar suara wanita-wanita sosialita di sampingnya, menggunjing Shireen. 'Ah, andai saja volume suara mereka ini lebih di tingkatkan, pastilah ia akan sangat malu'."Hai selamat malam, Nyonya Daffa Ardiansyah, perkenalkan semuanya-- Nyonya Daffa adalah anggota baru kita. Beri sambutan pada beliau ...." ucap seorang wanita yang terlihat welcome s
"Meyla! Tambahkan lagi!"Meyla pun menuang kembali minuman beralkohol itu ke gelas wine Nilam.Perlahan ia meneguknya, sampai gelas itu kosong. "Meyla ... Kepala ku sedikit pusing!""You're drunk. It's better for you to rest in the hotel here, I'll call your husband!" ucap Meyla, wanita yang saat ini tinggal di Singapura.Meyla datang ke Indonesia hanya untuk beberapa keperluan saja."Aku mau minum lagi! Tambahkan satu gelas lagi Meyla! Please ...!" ucap Nilam, bicara sambil menyipitkan kedua matanya."No, you're too drunk. I'm sorry I forced you to drink!" Tidak hanya satu dan dua, mereka saling mengunggah foto, atau mengabadikan dalam sebuah video durasi pendek-- hasil pertemuan ini, Meyla tidak ingin Nilam tersorot dalam keadaan seperti ini.Dari seberang meja, Shireen tertawa senang. Ia harus bisa mempermalukan Nilam di depan mereka di meja ini."Biarkan, Nyonya Nilam menambah minumannya lagi, Nyonya. Pertemuan kita harus berkesan bukan? Hanya 6 bulan sekali!" kata Shireen--menye
William menarik handuk, berwarna putih, tergantung dan sudah tersedia dalam kamar hotel-- menyelimuti tubuh Nilam yang baru keluar dari bak mandi. Ia menggendongnya keluar.Aduhai beberapa kali tak sengaja menyenggol buah kenyalnya. Nilam masih terpejam, sampai Willy meletakkan nya di atas ranjang dengan hati-hati.Ia dengan telaten mengeringkan tubuh Nilam yang masih basah. Lalu perlahan mengenakan piyama yang tersedia disana.Ia hanya mampu menatap tubuh indah Nilam tanpa berani menjamahnya. Jika wanita itu belum mengizinkan-- lebih baik ia menahannya. Itu lebih baik, dari pada saat sadar, Nilam malah memotong buah terong yang bergelayut miliknya.Ia harus membangunkan wanitanya, untuk meminum minuman yang dipesannya tadi.Ia mendekati wajahnya, dan mengelus pipi Nilam, memanggil namanya dengan lembut."Sayang, bangun!" bisiknya."Aku tidak tega jika harus membangunkan istriku ini, tapi ... Ah, biar aja dia istirahat dulu, aku juga mau tidur, ngantuk!" ucapnya sendiriWilliam tidur d
Nilam melotot ke arah keduanya, secara bergiliran. Dengan bertolak pinggang. Willy bukannya takut, pria itu malah tersenyum melihat Nilam bersikap seperti itu. "Kenapa kamu malah tersenyum, kamu senang ya diperlakukan seperti itu sama Tiara?"Wajah Nilam sangat culas, menunggu mereka bicara."Maafkan saya ibu Nilam, Saya hanya kasihan pada Pak Willy. Sungguh saya tidak berniat apapun," ucap Tiada, membela diri."Ah alasan saja kau! Dasar sekretaris ganjen! Awas aja kamu, sekali lagi kau menggoda suamiku! Aku tidak akan segan-segan memecat mu! Pergi! Pergi!" ancam Nilam tidak main-main."Sekali lagi saya minta maaf Ibu Nilam," Tiara menundukkan kepala lalu segera keluar dari ruangan William.Nilam melihat ke arah Willy yang masih senyum tanpa dosa. Wajah wanita itu sangat buruk sekarang."Apa maksudnya kamu tersenyum seperti itu, Mas? Hah? Kamu senang ya disuapin sama Tiara?" tanya Nilam tanpa memandang Willy.Sett ..William tiba-tiba menarik tubuh Nilam hingga ia jatuh di pangkuan
Keesokan harinya ...Brak!"Apa-apaan ini! Kenapa beberapa klien mendadak memutuskan sepihak, hubungan kerja sama antar perusahaan. Harusnya mereka memberi alasan yang detail!" Pagi-pagi Daffa sudah di suguhkan dengan problematika perusahaannya. Belum selesai pikirannya kacau balau karena ulah istri barunya itu. Sekarang menambah satu lagi masalah.Pria itu mengutak atik mouse, menatap ke arah layar laptop. Ia membuat surat pernyataan tentang alasan kenapa perusahaan mereka menghentikan kontrak kerjasama dengan perusahaannya secara sepihak, melalui akun email Daffa Ardiansyah miliknya.Surat resmi yang di kirimkan saat itu juga, setelah ia tinjau berulangkali.Serangkaian pertanyaan yang sudah ia buatnya, ia kirimkan pada manajer pusatnya. Dia tidak akan tenang sebelum menunggu balasan nya.Sebelumnya, ia sangat menyayangkan hal ini, Karena perusahaan raksasa tersebut, diyakini mampu mendongkrak perkembangan kemajuan perusahaannya. Semula ia yakin, jika perusahaan Ardiansyah Group me