Home / Romansa / Kupinang Mantan Istriku / 46. Bukan Pertanda

Share

46. Bukan Pertanda

Author: diara_di
last update Last Updated: 2022-05-15 15:01:26

Hidup adalah pilihan. Memilih sesuatu yang menyangkut masa depan membuat diri bimbang. Perlu banyak hari untuk diam sejenak, berpikir dan menimbang segala yang baik dan mampu dijalani. Begitu yang dilakukan Ayudia. Ia tak ingin salah langkah menentukan imam dunia akhirat. Masa depannya akan dipengaruhi oleh akumulasi pilihan-pilihan hari ini.

Terusik pula oleh getar yang kadang ada, saat bertemu, kala berbincang, atau hanya sekedar bertukar pesan. Sedikit rasa menjadi bekal untuk mengajukan tanya pada Uti, bagaimana pendapat orangtua tunggal sangat penting.

Akan tetapi, semua kembali pada pribadi Ayudia. Ia yang tahu merindu pada siapa?

Tiga puluh hari ia gunakan sebagai masa sengap. Berhenti bertemu maupun bertukar kabar dengan pria-pria yang ingin membangun rumah tangga bersama. Hingga pilihan itu jatuh pada salah satu. Ia yang dianggap mampu berikan tenang, ia yang dirasa cukup bersahabat dengan Ayudia. Pun akhirnya semua harus terungkap juga.

Menyemat status janda adalah fakta bur
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kupinang Mantan Istriku    47. Hijau Bolu Pandan

    Ayudia masih berduka, berturut-turut ditinggal orang-orang tercinta bukan perkara mudah. Apalagi usai semua pergi, Ayudia dengan terpaksa akan meninggalkan pulau terpencil itu demi jalani hidup. Seperti sepeninggal Atuk kemarin, rombongan Abah mendahului undur diri. Adam menemani hingga Ayudia siap dan lega mengucap selamat tinggal. Bersyukur sudah ada yang bisa mendekap kerapuhan Ayudia, memungut setiap keping hati yang retak. Ayudia terpukul. Hari ini mereka tengah berberes usai riungan semalam, peringatan tiga hari wafatnya Uti. Selain mengembalikan tikar tetangga, Ayudia sekalian pamit pada mereka. Tetangga yang dikenal baik dan mau ikut sekedar menemani hari Uti. "Makasih ya Buk, sudah meminjamkan tikar sampai berhari-hari. Dia sekalian mau pamit, Dia mau ikut suami ke Sandur." "Sama-sama. Terus rumah kamu gimana?" "Untuk sementara biar kosong dulu, nanti barangkali ada pasangan keluarga yang belum punya rumah, ibu bisa tawarkan. Mau atau ndak kalo nempatin rumah Dia." "N

    Last Updated : 2022-05-16
  • Kupinang Mantan Istriku    48. Terhimpit Takut

    Rumah tangga macam apa yang seseorang harapkan? Tentu hampir seluruh perempuan di penjuru planet bumi, ingin punya suami yang mengerti. Ayudia menganggap Adam punya itu, punya semua yang didamba makhluk hawa. Perhatian dan pengertian bahkan melebihi ekspektasi Ayudia sendiri. Siapa yang tak suka? Andai diobral, tentu para gadis akan berebut. Hihihi.Tetapi, banyak orang yang belum bisa percaya bahwa pria itu sangat perhatian serta pengertian ketika usia pernikahan masih seumur jagung muda. Artinya pasangan belum tahu sedalam mana sabar dan pengertian pria pada seorang istri yang kadang lebih cocok menjadi reporter.Pagi ini pasangan muda itu tampak bersemu, dari bangun hingga duduk berdua di meja makan. Ayudia juga kerap menunduk malu kala ingat aksi mereka dalam melakukan ritual suami-istri semalam. Malam pertama mereka akhirnya terlaksana juga, setelah pernikahan menginjak usia tiga puluh empat hari.Adam bahkan sulit membenamkan bulan sabit yang terlanjur terbit di bibir manisnya.

    Last Updated : 2022-05-17
  • Kupinang Mantan Istriku    49. Semakin Mengakar

    Hari demi hari mereka lalui dengan penuh makna. Umumnya rumah tangga lain, Ayudia sudah merasakan nikmat melayani suami sepenuh hati. Kala hari libur tiba, mereka akan habiskan dengan hal-hal kecil namun tetap membikin suasana romantis tercipta. Seperti belanja bersama ke pasar pagi serta membereskan rumah. Semua dilakukan dengan obrolan dan candaan ringan.Sabtu siang Adam sudah sampai di Kipyuh, guna menjemput Ayudia. Ayudia menginap di rumah peninggalan Atuk sekitar tiga hari lamanya, sedang Adam hanya mengantar dan kembali lagi, ia tak bisa tinggalkan pekerjaan. Kini juga sama, Adam menjemput Ayudia lalu bersiap lagi untuk kembali pulang ke rumah mereka. Tentu dengan kendaraan bebek punya."Apa ndak menginap saja dulu? Mas kan capek bolak-balik." Kata Ayudia sambil memijat lengan Adam."Ndak lah, nanti malam dan besok ada acara di pesantren. Masa Mas ndak di sana."Sebagai istri, sebisa Ayudia mengingatkan apapun, terutama perihal kesehatan Adam. Tetapi kembali lagi, Ayudia akhirn

    Last Updated : 2022-05-18
  • Kupinang Mantan Istriku    50. Tingkah absurd

    Sejak benih Adam terbaca oleh sebuah alat tes pack, pria berusia dua puluh sembilan tahun itu sangat getol bekerja. Mengumpulkan pundi-pundi rupiah dari bakatnya reparasi laptop rusak.Adam sering bekerja hingga larut. Bahkan tidurnya sangat kurang, hanya sekitar 3-4 jam. Bukan tak tahu risiko begadang setiap hari, namun semangat menyambut jabang bayi membuat calon ayah jadi lupa diri.Apalagi kehamilan Ayudia sekarang agak kolokan. Sepertinya bayi juga bisa membaca kondisi jiwa sang ibu. Bayi mengerti kalau sang ayah begitu sayang padanya. Meski usianya baru lima Minggu. Dasar anak ayah.Setiap pagi Ayudia mengalami mual dan muntah, sampai tak tahan mencium bau bumbu dapur. Terpaksa Adam yang menggantikan rutinitas tersebut. Termasuk mencuci piring. Lainnya Ayudia tetap kerjakan sendiri perlahan sesuai mampunya."Tidur dulu, Mas. Uang bisa dicari siang hari, malam waktunya istirahat. Ingat pesan Bu Rina. Anak kita pasti akan sedih kalo tau Ayahnya sakit." Ayudia mengucek mata, ia ter

    Last Updated : 2022-05-19
  • Kupinang Mantan Istriku    51. Ambigu

    Cinta memang sulit di deskripsikan. Cinta bukan sekedar penggambaran bahagia, tetapi juga derita. Namun pesona cinta tetap membuat pemeran selalu menggila. Sungguh aneh. Banyak cerita lucu, nyeleneh bahkan mengerikan dari perkara cinta. Orang kadang mengekspresikan cinta dengan berlebih. Biar apa, tentu saja bertujuan agar diperhatikan oleh seseorang yang sedang dicinta.Sama, itu yang kini dirasakan Ammar. Tak pandang status Ayudia, kadang ia bilang rela, kadang ia bilang ya sudah ikhlas karena takdir. Tapi tetap saja, mendengar nama saja, Ammar sudah gugup dan berdebar tak menentu. Persis anak baru gede.Seperti pagi ini, ia buru-buru berlari ke warung bubur Mang Kardi yang ada di depan pesantren, hanya untuk melihat wajahnya. Kalau lebih, itu rejeki. Katanya begitu.Semua santri yang melihat, jelas gatal untuk tak bertanya ada apa gerangan sang Gus berlari-lari sambil menjinjing sarung agak tinggi."Gus, mau kemana? Kok lari-lari?" Dan pertanyaan seperti itu berulang sampai Ammar m

    Last Updated : 2022-05-22
  • Kupinang Mantan Istriku    52. Dikuasai Setan

    Setelah berpakaian rapi, Umi keluar tergesa."Ayo, Bah." Ajaknya pada Abah yang masih bertanya-tanya apakah yang terjadi.Bukan Abah saja yang berdiri dan mengikuti Umi, namun ketiga anaknya juga. Yang mereka dengar, Umi meminta bersiap tanpa menyebut satu nama. Jadi jangan salahkan Ammar kalau ia sampai membatalkan acara pagi itu."Kalian ngapain? Mau kemana?" Umi bertanya dengan nada bingung?Ammar, Najma dan Muha jauh lebih bingung daripada Umi sendiri."Umi kan tadi bilang siap-siap, Muha udah siap, Mi. Mas Ammar juga sudah batalin ceramah di RT 23.""Kakak juga mau ikut, Dek." Sahut Najma.Umi meringis, "ndak usah, Umi sama Abah saja. Kalian jaga rumah."Muha mendesah kecewa, Najma sama. Ammar masih tegang dengan rasa penasaran. Setahu Ammar, Adam sedang sakit, bisa jadi Umi mendapat telepon dari Ayudia yang bingung karena Adam jatuh pingsan, itu dugaan Ammar saja."Ammar terlanjur minta tolong ke Malik untuk gantikan ngisi pengajian. Ikut ya, Mi. Biar Ammar yang nyetir.""Ndak u

    Last Updated : 2022-05-22
  • Kupinang Mantan Istriku    53. Makhluk astral

    Ayudia bersyukur telah melewati trimester pertama dengan baik. Berat badannya cukup terkuras akibat susah makan selama tiga bulan. Di trimester kedua, Ayudia sudah bisa menyajikan masakan untuk Adam. Anehnya, ia malah jadi tak doyan makan nasi masakan di rumahnya sendiri.Mau tidak mau, setiap sehari tiga kali ia bergantian dengan Adam membeli sebungkus nasi untuknya makan.Sore nanti di rumah Adam dan Ayudia akan digelar acara empat bulanan. Sebagai tanda syukur karena diusia empat bulan, ruh jabang bayi akan ditiupkan ke dalam kandungan. Sungguh luar biasa Kuasa Tuhan, dari setetes sari pati tanah, bisa bertumbuh hingga terlahir sebagai bayi mungil nan lucu.Ayudia juga sangat bahagia karena di usia kandungannya saat ini, ia sudah mulai bisa merasakan gerakan-gerakan halus dari adik bayi. Yang membikin perempuan tersebut lebih bahagia adalah, hari ini juga bertepatan dengan hari ulangtahunnya yang ke dua puluh lima tahun.Acara diadakan sederhana, hanya mengundang keluarga dan beber

    Last Updated : 2022-05-23
  • Kupinang Mantan Istriku    54. Terserah

    Sudah satu bulan Ayudia rajin belajar berkendara mobil, meski perutnya semakin besar, ia tetap bergerak aktif. Baru hari ini Adam tega membiarkan sang istri keliling pasar membawa kendaraan sendiri. Usai perayaan hari ulangtahun Ayudia, Adam juga memutuskan untuk berhenti bekerja di Asmaul Husna. Ayudia tidak tahu pasti alasan berhentinya Adam dari sana, namun Adam bilang ingin bekerja di rumah saja.Sebagai istri, Ayudia mendukung saja setiap keputusan yang Adam ambil. Tak berpikir macam-macam, Ayudia menikmati saja momen kebersamaan mereka yang lebih intens.Akan tetapi, hari ini Ayudia sedikit melihat perubahan suaminya. Tubuh Adam tampak kurus, rahangnya semakin terlihat tipis. Kalau ditanya, Adam biasa akan bilang kelelahan, jadi berat badannya juga ikut menyusut.Awalnya Ayudia percaya dengan alibi-alibi yang dibuat Adam, tetapi kali ini ia ragu. Ayudia sampai membeli timbangan digital untuk mengukur berat badan, apakah benar dugaannya kalau berat badan Adam turun sangat kontras

    Last Updated : 2022-05-24

Latest chapter

  • Kupinang Mantan Istriku    Extra part

    Tiga hari sudah Ammar menjabat sebagai suami dari Ayudia Prasasti. Ia sangat menikmati perannya tersebut. Ia ingin menjadi suami yang terbaik untuk Ayudia, tidak akan mengulang kesalahan dahulu, atau bisa fatal akibatnya. Selama tiga hari, Ammar senantiasa membantu Ayudia dalam hal apapun. Ia cekatan merawat Fa dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci piring dan mencuci pakaian. Ammar juga memutuskan untuk tidak pergi ke luar kota, dalam waktu yang tidak bisa ditentukan. Sementara hanya menerima pekerjaan dari rumah, agar bisa menghabiskan banyak waktu bersama.Hari ini, Ammar mengajak Ayudia untuk pindah ke rumah baru mereka. Tempat yang akan menaungi hari-hari keluarga kecil Ammar ke depan. Rumah yang berhasil Ammar wujudkan dalam kurun waktu satu bulan. Ia mendesain sendiri rumah itu. Berkonsep minimalis dan estetik. Sengaja Ammar hanya memberi dua kamar pada rumah tersebut, dengan alasan agar Ayudia tidak kelelahan membereskan pekerjaan rumah saat ia sedang ke luar k

  • Kupinang Mantan Istriku    73. Ikrar Cinta (Ending)

    Ayudia mematut dirinya di depan cermin, memandang dan menatap detail tubuhnya yang terbalut gamis berwarna navy dengan kerudung senada, menutup sampai di bawah perut. Pakaian sederhana berbahan brukat tanpa pernak-pernik apapun. Namun, aura kecantikan tetap memancar dari wajah ayu itu. Ia memoles bedak dan lipstik. Tidak perlu foundation, tidak perlu eyeliner, blashon dan lain sebagainya. Ayudia pikir, hanya lamaran, tak perlu tampak berlebihan juga.Fa juga terlihat tampan dengan kemeja abu, pakaian yang Ammar belikan. Bocah kecil itu anteng sekali sejak tadi, seakan ia paham benar suasana hati sang ibu. Bahagia. Sudah pukul delapan malam, Ammar juga sudah mengabarkan jika ia sudah berjalan dengan rombongan menuju rumah Ayudia. Akan tetapi, sudah lebih dari sepuluh menit belum juga sampai."Mbak, ayo keluar. Mas Ammar sudah datang. Biar Fa, aku yang gendong.""Sudah sampai? Kok ndak kedengeran suara mobil?"Najma tersenyum, "Ya ndak, orang jalan kaki."Ayudia membelalak, kurang yakin

  • Kupinang Mantan Istriku    72. Kupinang Mantan Istriku

    Dua hari kemudian Ammar baru menanyakan lagi perihal jawaban Ayudia. Sebab ... semakin ditunggu, Ayudia justru semakin kelihatan menjauh, membuat Ammar dilanda kegalauan. Dengan amat sangat terpaksa, Ammar membuang urat malu dan melapisi wajahnya dengan tembok, Ammar menagih jawaban Ayudia. Dengan santai dan hanya dalam sebuah pesan singkat. Ayudia menjawab dengan Jawaban yang masih sama. Tetap iya, membuat Ammar merasa bingung akibat tak mau terlalu percaya diri dulu dan akhirnya kecewa. Lalu ia desak lagi agar menuliskan jawaban yang jelas menggunakan kalimat, bukan sekedar satu kata. [Iya, Dia mau kembali dengan Kakak.] Pesan yang Ayudia kirim barusan, Ammar pandangi sampai lama, sampai seluruh kepingan jiwa dan kewarasannya kembali. Lalu ... "Yey! Yes! Alhamdulillah ya Allah ...! Alhamdulillah! Hore ... Umi ... Dia mau, Dia mau, Mi ....!" Umi tidak heran, sebab beliau begitu paham dengan tabiat anaknya yang memuja Ayudia. Janggal jikalau Ammar tidak jingkrak-jingkrak. Jika sud

  • Kupinang Mantan Istriku    71. Ingin Rujuk

    Ayudia memanggil-manggil Umi dan Abah. Sayangnya tidak ada sahutan. Albi lalu meninggalkan Ammar di kursi saja, dan pergi keluar. Fatma malah meringkuk dengan Fa, tidak mungkin Ayudia membangunkan, yang ada Fa akan kaget. Akhirnya ia sendiri yang menangani Ammar."Kak, Dia siapkan air hangat untuk mandi ya? Tapi di kamar mandi belakang, Kakak ambil bajunya dulu di kamar.""Ndak kuat, Dia ... tolong sekalian."Meski ragu-ragu, Ayudia tetap membuka pintu kamar Ammar, lalu menghidupkan lampu kamar."Dia ..." Panggil Ammar,Ayudia terlonjak, "Ya.""Ehm, itu ... itunya ... ndak usah."Ayudia berbalik dan mendekati Ammar. Ia tidak mengerti apa yang sedang Ammar bicarakan. "Itu itunya itu apa sih, Kak?""Ya itu, ndak usah. Di belakang ada."Ayudia menggeleng, masih tidak paham ia melengos dan masuk ke kamar lalu membuka lemari. Barulah saat pupilnya menangkap segitiga berkerut, bulu kuduknya meremang. Ia baru memahami ucapan Ammar tadi. Mengalihkan pandangan lalu menarik satu kaos dan celana

  • Kupinang Mantan Istriku    70. Temaram

    Pukul sebelas malam, Ayudia dan Ammar baru saja akan pulang dari bidan Diva. Fa tidak perlu pengobatan serius karena memang hanya mau pilek biasa. Kegelapan menemani sepanjang perjalanan mereka, tak nampak sepercik sinar kehidupan dari rumah-rumah warga, semua gelap dan mencekam.Cuaca memang sering tidak terduga, bulan yang seharusnya menjadi musim panas, tiba-tiba terguyur hujan lebat. Biasa begitu kalau lama tidak hujan, giliran hujan petir tampil paling garang. Ayudia yang terkantuk-kantuk sambil mengepuk-ngepuk paha Fa, memaksa buka suara untuk menemani Ammar yang tengah menyetir."Kak ... nanti langsung pulang ke rumah Kak Ammar saja, Dia biar pulang sendiri. Baju Kak Ammar kan basah, takut masuk angin."Ammar mengangguk dalam temaram. Entah terlihat atau tidak. Bibirnya sudah tidak mampu lagi mengatup, dingin yang menyeruak sampai ke tulang sumsum, membuat pria itu menekan gigi-giginya untuk menahan getaran pada tubuh. Rasanya Ammar sudah ingin ambruk, akan tetapi ... dua malai

  • Kupinang Mantan Istriku    69. Penuh Arti

    Semua aktivitas sudah berjalan seperti sediakala. Ayudia sudah terlepas dari bayang-bayang trauma. Ia fokus mengasuh Fa dan mengelola rumah semai bersama Najma. Sedang Ammar juga sibuk sendiri dengan proyek yang membanjiri peminat jasanya. Ya, Ammar memutuskan untuk berhenti mengajar, karena merasa bosan dan itu memang bukan bidangnya. Sudah hampir sepuluh hari Ayudia tidak melihat wajah teduh pria yang semakin sering membayangi dirinya. Selama itu juga Ammar hanya beberapa kali mengirim pesan. Terakhir kemarin siang, pesan yang menanyakan kesehatannya dan Fa. Namun, saat Ayudia membalas, pesan hanya centang satu abu-abu ... sampai hari ini. Ingin bertanya kepada Najma, namun Ayudia sedikit malu. Seakan ia tidak bisa menahan rindu yang menggunung. Iapun hanya pasrah menanti kepulangannya. Kadang terbersit prasangka buruk; apakah Ammar benar-benar dengan perasaan dan pernyataannya? Atau sekedar menghibur dirinya yang kesepian? Ayudia tidak paham. Tetapi, lebih dari seminggu tanpa kab

  • Kupinang Mantan Istriku    68. Gagal lagi

    Malam nanti aqiqah akan diselenggarakan, seluruh ketering sudah Ammar serahkan pada pihak pemotongan kambing. Ammar juga yang sibuk memesan berbagai macam kudapan untuk menambah suguhan para tetangga yang hadir. Tak lupa pria tersebut memesan tenda agar seluruh tamu bisa tertampung, dan juga tenang saat sedang menyelenggarakan marhabanan. Tidak takut kalau hujan tiba-tiba mengguyur.Rumah Ayudia sangat sesak dengan kehadiran para guru-guru dari sekolahnya mengajar dan dari Asmaul Husna. Ramai dan penuh tawa kebahagiaan. Banyak yang melempar ledekan kepada Ammar, sayangnya pria itu tak bisa lama-lama menanggapi candaan-candaan receh yang membuatnya tersenyum. Ia harus wara-wiri mendampingi pemasang dekor dan tenda. Ia ingin semua sempurna. Enak dipandang dan indah. Sesuai keinginannya. Ah, sudah seperti pemilik event organizer, saja."Am ... buruan dilamar, keburu disabet bujang-bujang yang lebih unggul darimu!" Kata Iqbal."Santai aja, Bal. Meski banyak yang lebih unggul, tapi pesonak

  • Kupinang Mantan Istriku    67. Pesan Singkat

    Ayudia menutup kembali buku itu, meletakkan di laci lemari seperti sediakala. Hatinya sudah plong, pikirannya jauh lebih ringan. Tiba-tiba semua suara yang entah sejak kapan suka sekali berbisik di telinga, lenyap begitu saja. Ayudia bingung, sebenarnya apa yang terjadi? Apakah semua adalah pengaruh dari setan? Ah ya sudah lah, yang terpenting kini ia merasa lebih baik. Perempuan tersebut berjalan menapaki semua ruangan di rumahnya. Mencari dimana gerangan gadis yang izin memasak tadi. Ayudia memanggil-manggil gadis itu. Rasanya tak sabar mengabarkan untuk segera mencari bayi kecilnya yang kemarin ia tolak."Najma ... Najma ... di mana, Najma?" Ayudia bertanya pada dirinya, matanya memindai seluruh ruangan tak terkecuali. Ingin berjalan ke belakang, mencari di 'Rumah Semai', namun kewanitaan miliknya masih terasa nyeri. Darah nifas mengalir dengan derasnya. Akhirnya ia duduk di ruang tamu. Bahkan sekarang perempuan berstatus janda dua kali itu, sedang senyum-senyum sendiri. Hatinya se

  • Kupinang Mantan Istriku    66. Ayudia Merasa Lepas

    Akhirnya Adam kecil dibawa pulang oleh Umi yang diantar Andre. Ammar menunggu Ayudia, dan Najma pergi membeli perlengkapan bayi bersama Habibi. Andre harus mengalah karena diamanahi oleh Najma untuk menjaga rumah semai di kediaman Ayudia. Keesokan pagi, Ammar membawa Ayudia pulang. Kondisinya sudah stabil, meski ia masih tampak lesu dan banyak diam. Najma yang menjaga Ayudia semalaman, ikut pulang dengan mobil Ammar. Dua pria yang tengah gencar mendekatinya sudah kembali ke daerah masing-masing. Gadis itu mencoba membuka obrolan agar Ayudia berbicara. "Mbak Dia, kemarin Andre mengantar benih mahoni 250 pohon. Baru Najma bayar setengah, setengahnya nanti kalau sudah laku seluruhnya." Tidak bergeming, Ayudia tetap diam. Najma dan Ammar saling pandang melalui kaca tengah. Lalu Najma mengangkat bahu, kode bahwa ia tak bisa berbuat banyak. Kini giliran Ammar berusaha mengalihkan perhatian Ayudia dari hilir-mudik kendaraan di jalan. "Dia ... bagaimana jika nanti saat sampai di rumah, aku

DMCA.com Protection Status