Share

42. Bahagia tanpa ekspresi

Ayudia tak hapus senyum dari datang tadi sampai sudah menjelang pulang. Gurat sedih lenyap, wajah mulus itu terlihat amat manis, lain dengan kala tinggal di pesantren. Entah sudah bangkit, atau ia memang perempuan pandai menelan kepahitan tanpa mau makhluk lain mendengar kecuali diri sendiri. Tentu dengan topeng gembira.

Betapa sederhana hidup sesungguhnya, yang pelik cuma liku dan tafsirannya. Kalau tidak pandai-pandai mengolah hati, pasti tumpas juga termakan sesal tak berkesudahan.

Adam gagal mencerna kalimat Ayudia, pria itu tiba-tiba menggeragap kala Muha kagetkan di bahu. Saking seru ia susuri detail wajah cantik di hadapannya. Kerudung instan warna krim membentuk lingkar wajah sempurna. Pipi tirus hidung mancung dan bibir atas agak tebal. Cantik luar biasa. Sudah wajar ketika insan jatuh cinta, semua dianggap sempurna tanpa cacat.

Saat begini, Adam sulit menjadi manusia normal. Kecerdasan seolah terbang dan ia jadi orang bebal. Isinya cuma Ayudia, Ayudia dan Ayudia.

Pada waktu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status