Share

44. Aneh, Bukan Aneh

Sang Surya terik dengan ganas, menyengat kulit hingga menusuk pori-pori. Sangat panas. Kemarin tujuh hari Atuk, Abah beserta rombongan baru saja lepas, usai habiskan malam peringatan tujuh harian. Tinggallah Adam dan Ammar, sebentar saja mereka duduk, lalu akan lepas juga. Meninggalkan Ayudia sendiri dengan sang Uti. Sedih, tapi begitulah hidup. Semua yang bernyawa akan merasakan mati. Semua yang datang akan pergi.

Sepanjang hari Ayudia membisu, bicara dengan sinarmata dan perubahan-perubahan air mukanya saja. Kata-katanya tak berbunyi, akan tetapi semua pasti tahu maknanya: bagaimana akan jalani hidup selanjutnya?

Hanya senyum palsu sesekali tergambar, lalu kembali lagi buyar. Uti satu yang ia punya malah jatuh juga, Adam sangat prihatin. Pilu hidup yang dirasa, ternyata tak ada apa-apa dibanding liku cerita Ayudia.

"Kami pulang dulu. Jaga kesehatanmu, agar bisa menjaga Uti dengan baik. Nanti, sesekali aku akan datang menengok kesini." Kata Adam, lalu berbalik. Mengusap sudut mata
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status