Terus ku susul Alwa ke rumahnya? Aku takut dia benar-benar kecewa padaku. Aku masih akan tetap berusaha untukmu Alwa. Aku sudah terlanjur mencintaimu. Aku meminta sopir untuk mempercepat laju mobil. Tidak sabar rasanya ingin melihat keadaan Alwa. Mungkin saja dia shock dengan kenyataan ini. Sesampainya di sana Aku langsung masuk. Tiba-tiba Alwa melempar semua barang milikku keluar. Hampir saja mengenai wajahku. Apa-apaan ini? Kenapa semua barang-baranku di lempar keluar? Yang benar saja ini Alwa."Ada apa ini, sayang. Mengapa semua kau buang? Apakah kamu mengusirku?"Iya benar Aku mengusirmu. Aku tidak sudi menampungmu lagi!" "Jangan begitu Alwa. Semua ada jalan keluarnya." "Tidak ada lagi jalan keluarnya sel
Taksi berhenti di depan sebuah kos-kosan kecil. Disinilah Aku menilih untuk berhenti. Mobilpun menepi. Ku sodorkan beberapa lembar uang puluhan kepada pengemudi. Dengan cepat Aku menanyakan niatku untuk mengontrak untuk sementara waktu. Iyalah, tidak mungkin selamanya juga kan? Pedih juga hatiku melihat kenyataan itu. Vina adalah biang keladinya masalah ini. Bagaimana bisa dia menjual rumah itu tanpa izin padaku. Padahal sertifikatnya atas namaku. Mungkin saja dia memalsukannya? Aku harus mengambil perhitungan dengannya. Ku hubungi nomornya, tapi sialnya kontak itu tidak bisa di hubungi lagi. Apa yang harus Aku lakukan? Mengapa nasibku begitu sial kali ini. Dia pasti dirumah ibunya. Atau dia memberi uang hasil dia menjual rumahku pada oran
Beberapa waktu telah berlalu. Aku sudah tidak sabar untu bisa bertemu Vina. Tapi untuk bertemu dengannya di depan orangtuanya, Aku agak takut. Jangan-jangan Vina masih menyimpan video mesumku bersama Alwa waktu itu? Kalau iya, apa jadinya kalau dia memperlihatkan video memalukan itu pada mantan mertuaku. Bisa-bisa mampuslah sandiwaraku kemarin. Aju harus mencari cara agar Vina mau menghapus semua foto dan video tidak senonohku itu. Perempuan itu memang licik. Entah dari mana dia bisa mendapatkan semua itu. Kalau orang tuanya Vina tahu perselingkuhanku, sudah pasti mereka tidak akan mau memberi bagianku dari hasil jual rumah kami. Aku benar-benar kalut. Sudah beberapa hari ini Aku izin tidak masuk kerja. Ku buat saja alasanku sedang sakit. Bagaimana bisa fokus kerja kalau banyak
Hari ini Aku akan menemuimu, Vina. Kau tidak bisa lagi melarikan diri dariku. Akan ku perhitungkan perbuatanmu.sudah cukup kau merusak kebahagiaanku. Andai saja bukan karena ulahmu, sudah pasti sekarang Aku sudah bahagia bersama Alwa. Dengan semangat 45, Aku dengan taksi online menuju alamat yang telah dikirimkannya padaku. Memang taksi onlinelah yang menjadi kendaraan andalanku saat ini. Tanpa harus melakukan pencarian berarti, cukup dengan kecemerlangan akalku, kau sendiri yang mengirimkan alamatmu padaku. Bodohmu kelihatan, Vna. Jauh juga rupanya tempat kau tinggal sekarang. Mahal juga nih harus membayar jasa driver. Rugi juga sebenarnya Aku. Serasa tubuhku capek, pegal. Di tambah pikiranku yang gelisah. Setelah melalui perjalanan yang melelahkan, sampailah kami di seb
Aku sungguh terkejut dengan kedatangan Gavin. Datang kerumahku marah-marah tidak jelas. seperti tidak memiliki etika dalam bertamu saja. "Kau licik sekali. Kau menipuku. Terbuat dari mana hatimu? Rupanya bukan tugas sekolah Ciya Dan Cika yang Ku tanda-tangani waktu itu. Penipu kau, Vin!" "Hahaaa... Bukankah selama ini kamu dan selingkuhanmu selalu mengatakan Aku bodoh kan? Sekarang coba kamu pikirkan siapa yang lebih bodoh? Wanita bermental pembantu ini, atau kamu? Kau pikir selama ini Aku diam saja melihat tingkahmu? tidak, Gavin. Kau ternyata lebih mudah untuk Aku akali. Ternyata kaulah pria penikmat istri orang. Iiiih memalukan. Untung deh kau sudah berlalu dari hidupku. Syukuuur. Saya menyesal mengapa tidak dari dulu saja kita bercerai." "Kau pikir kau pintar? K
Bab 28 Sedikit Tersadar Dengan tangan terborgol terpaksa Aku mengikuti langkah para petugas itu. Apa yang Akan mereka lakukan padaku? Apakah tindakanku benar-benar salah? Entahlah. Mengapa masalah ini menjadi begitu panjang. Vina tidak sedikitpun mau membelaku dari para polisi. Apakah memang tidak ada lagi belas kasihannya padaku? Drrrt.. drrtttt... Ketika dalam perjalanan, tiba-tiba gawaiku berdering. Ku lihat ada sebuah kontak yang membuatku gemetar khawatir. Seorang polisi berseragam menempelkan gawai itu ke telingaku. "Ha...halooo." "Iya selamat siang. Dengan Bapak Gavin Algunawan, Benar kan? "I...iya benar, Pak." "Baik, Ini langsung dari kantor. Berhubung dengan cara kinerja Bapak selama ini, Hari ini kam
Bab 29 Karma Hari ini, Aku ingin menyempatkan diri ke rumah sakit, sekalian ingin berkunjung ke rumah ibuku. Kemarin, Ferdi mengabariku bahwa Alwa sekarang sedang di rawat intensif di rumah sakit. Karena dia di nyatakan terjangkit penyakit kelamin yang sangat serius. Awalnya dia mengidap HPV (Human pappilioma virus). Tapi sekarang dia mengidap kanker serviks yang parah. Sehingga mengharuskannya di rawat intensif di rumah sakit. Kebetulan berada satu arah ke rumah orang tuaku. Sesampainya di sana, Aku mencari-cari ruangan tempat dimana Alwa dirawat. Setelah bertanya pada suster, tidak di sangka, Aku langsung di izinkan masuk oleh petugas. Ketika Aku mulai mendekatinya, ada sejenis bau yang kurang mengenakkan, anyir, dan membuat perutku mual. Astaga apa ruangan ini belum di bersihkan. Ref
Part 30 Belum Berakhir Hari ini, ku sempatkan diri untuk menemui mantan suamiku di penjara, ku dengar kabar dari Ferdi, mantan suamiku itu akan mendekam lama di jeruji besi. Karena dia juga banyak melakukan kesalahan di perusahaan tempat dia bekerja. Aneh si Ferdi, dari mana dia tahu informasi berita yang melibatkan mantan suamiku itu. Mendengar Aku mau menemui Gavin, eh Ferdi juga ikut-ikutan denganku. Dasar. "Nanti saya yang jemput kerumahmu, ya." "Ah nanti malah merepotkan kamu. Aku tidak suka lhoo merepotkan orang lain. Aku bisa kok pergi sendiri." "Kamu tidak usah ngelak deh, pokoknya nanti saya jemput ke rumah." Aku hanya membawa si kecil Praska. Sedangkan si kembar harus se
Bab 44 Akhir Cerita Aku dan Ferdi teramat khawatir dengan keadaan Papaku. Ibu tega merencanakan sesuatu yang buruk padanya. Kuharap pihak yang berwajib segera mengambil tindakan tegas, karena bukti rekaman suara Ibu sambungku sangat kuat. Keselamatan ayahku berada dalam ancaman sekarang. Oh ya kami belum menyampaikan kabar kepulanganku pada Ayah. Tapi sebelum kami berniat menghubungi Ayah, Derrrttttt..... Drrrrttt.... Ponsel Ferdi bergetar, dengan cepat dia mengecek siapa yang menelpon. "Nah ini Papa yang nelpon." Baru saja mau di hubungi malah beliau nelpon duluan. Panggilan langsung di jawab dan di loudspeaker.
Part 43 POV Tante Ara "Pa, Mama kasihan sekali melihat cucu-cucu kita tadi. Tidak tega, mereka sangat sedih karena kepergian Ibu mereka." Berusaha Aku menarik perhatian suamiku. Berusaha untuk seolah-olah bersimpati dengan bencana yang menimpa mereka. Padahal dalam hatiku berkata "rasain". "Iya benar, Ma. Kasihan melihat keadaan mereka yang selalu murung. Apa lebih baik kita saja yang merawat mereka, Ma?" Pendapatnya sungguh membuatku tertawa. Siapa juga yang mau mengasuh anak yang masih kecil seperti Praska. Tapi demi mencapai tujuan terpsksa Aku berpura-pura untuk menerima pendapatnya. "Itulah yang mama pikirkan tadi, Pa. Kemarin sebelum kita pulang, tanpa sepengetahuan Papa, Mama telah berusaha membujuk anak-a
Bab 42 Gagal Hingga pada suatu hari kami kedatangan 2 orang tamu yang ngaku-ngaku sahabatnya Vina. Satu diantaranya menggunakan masker, tapi maklum sekarang kan masih masa pandemi.. Tidak perlu menaruh kecurigaan sedikitpun dengan kedua wanita tersebut. "Saya turut merasa kehilangan. Kalau boleh tahu, apakah Mbak menyaksikan mobil Vina terbakar waktu itu?" Salah seorang dari mereka bertanya padaku .Aku tetap dengan pendirian berusaha untuk meyakinkan orang-orang bahwa Vina memang telah mati. Semua orang telah mempercayai semua keterangan yang kuberikan. "Ya,,, saya jelas-jelas melihat keberadaannya yang sedang memegang setir mobil dan terjepit tidak bisa keluar, karena mobilnya menabrak pohon. Dan pohon itu juga ikut terbakar karena ledakan mobil Vina." Dengan lantan
Bab 41 Perjuangan Untuk Mendapatkannya Kembali Hatiku lega akhirnya niatku untuk menghabisi Wanita itu telah tercapai. Tinggal sekarang Aku berusaha bagaimana cara agar Ferdi mau kembali padaku. Berbagai cara akan kulakukan untuk mendapatkannya kembali. Bukankah dulu dia sangat mencintai ku kan? Aku yakin dia masih menyimpan perasaan itu. Setiap hari aku menyempatkan untuk datang kepadanya untuk menemani masa masa berkabung. Semua orang telah menganggap Vina telah mati. Dalam hati aku bersyukur. Sekarang Tante Ara masih berpikir bagaimana cara menyingkirkan suaminya. Ambisi perempuan paruh baya itu begitu besar. Kalau dia pandai mengatur strategi perencanaan, maka bisa dipastikan dia akanb mm menguasai semua aset suaminya. "Ba
Bab 40 Step Pertama Berhasil Sore ini aku berniat untuk menjalankan rencana kami. Beberapa orang suruhan Tante Ara telah siap. salah seorang yang ku suruh untuk mengamati keadaan Vina, mengatakan wanita itu masih ada di kantor. sebelum terlambat aku mengambil ponsel sebisa mungkin ku buat suara yang berbeda. "Buuu Aku kecelakaan di jalan Seruni Bu tolooooong. Ini Aku ciyaa." Aku buat seolah-olah aku sedang menangis dan sedang dalam keadaan bahaya. Aku harap suaraku bisa mengecoh nya. Dugaanku benar Vina terdengar sangat khawatir. Dalam hati Aku bersyukur, mudah-mudahan niat ini bisa terwujud. Sengaja Aku mengaku sebagai Ciya, yang sedang dalam bahaya di jalan seruni. Karena aku berencana menjalankan rencana di sana. Lokas
Part 39 Aku Ingin Suamiku Kembali Hari itu aku terbaring di rumah sakit. Aku menahan sakit yang teramat sangat. aku sangat sial mengapa penyakit ini menggerogotiku. Penyakit kelamin yang baunya sangat menyengat. Ini pasti gara-gara pelangganku yang berasal dari India dulu. Percuma bayaran mahal, tahu-tahunya penyakitan. Gara-gara diatidak ada yang mau menjengukku. Bahkan Ibu saja terkadang malas untuk sekedar dekat-dekat. Ketika aku sedang meringis sering menahan kesakitan, aku kedatangan seorang pembezuk yang aku tidak tahu namanya. Setelah dia menjelaskan, alangkah terkejutnya aku ketika dia mengatakan bahwa dia adalah mantan istrinya Gavin. Kuperhatikan tampangnya dari kepala sampai ujung kaki. Wanita ini elegan, tidak seperti yang Gavin katakan. Selama ini Gavin mengata
Bab 38 Telepon Yang Tidak Pernah Kuduga Semua kejadian berlalu begitu mengejutkan. Alwa telah di amankan oleh aparat keamanan. Tinggal kami menyusul ke sana untuk memberi kesaksian. "Baiklah, semua masalah telah jelas. Dan saya telah berusaha sebaik mungkin untuk menolong Mbak Vina. Sekarang saya izin pulang dulu. Karena Ibu saya sudah lama menunggu kepulangan saya." Alin pamit untuk kembali pulang ke rumahnya. Aku menarik tangan Ferdi sebentar. Ku serahkan brosur jumlah biaya kami di rumah sakit waktu itu. Aku berniat membayar semuanya dengan uangku, tapi Ferdi mencegah. Dia mengambil cek dan menuliskan nominal angka yang lebih banyak daripada yang ada di brosur tersebut. Lalu Ferdi mengambil satu buah cek lagi. Dan menulis kembali jumlah nominal uang yang sama. Aku tidak mengerti untuk apa. &nb
Bab 37 Mengelak Dari KenyataanKalau begitu, sekarang Bukalah maskermu Mbak. Tunjukkan bahwa kau masih hidup." Suara Alin menggema di ruangan rumahku. Mengejutkan semua orang. Kini semua mata tertuju ke arahku. Aku membuka maskerku dan....... Tahulah semua orang di sana siapa diriku sebenarnya. Akulah orang yang disangka telah mati itu. Semua mata memandang tidak percaya padaku. Mereka berbisik-bisik dengan kata-kata yang tidak bisa ku dengar. Ferdi menatapku sejenak, mungkin dia mau memastikan seseorang yang berdiri ini apakah sungguh Vina atau bukan.
Bab 36 Pernyataan Kebohongan Alwa Sesampainya di depan rumah, alangkah terkejutnya Aku melihat banyak karangan Bunga bertebaran di depan rumah. "Turut Berduka Cita Dengan Meninggalnya Vina Alfani Binti Aziz Azam." Astagafirullahhalazhiim.... Apakah semua orang sudah menganggapku mati??? Aku termangu dengan apa yang kulihat. Karangan-karangan bunga itu berasal dari mana-mana. Dari perusahaan-perusahaan yang menjalin kerja sama dengan perusahaan tempat Ferdi bekerja, maupun Dari staf kerja perusahaan tempatnya sendiri bekerja. "Ayo, Mbak kenapa harus bengong. Ayo turun. Ini benar-benar rumah Mbak kan? pasti ada sesuatu di sini. Lihatlah karangan-karangan bunga ini begitu banyak."