SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA.
"Sudah sore Yank, pulang yuk."Maya menatap Fandy yang masuk ke kantornya tanpa mengetuk pintu. Kebiasaan pria itu berubah drastis, sejak malam panas yang mereka habiskan berdua Minggu lalu."Pulang duluan aja Mas, aku masih ada janji dengan mas Ivan. Mungkin akan pulang malam ini karena ada urusan. "Mendengar ucapan Maya membuat Fandy masuk dan menatap istrinya. Pantas wanita itu mandi di kantor, rupanya ada janji dengan Ivan."Hai ...mau apa kau?"Maya terkejut, saat Fandy memutar kursi yang dia duduki lalu berlutut di depannya. Pria itu mengangkat kaki istrinya dan meletakkan di bahu, lalu dia membenamkan kepalanya di celah antara paha istrinya."Apa yang kau lakukan Mas? Aum."Maya terpekik saat lidah pria itu sudah bermain di celah miliknya. Dengan menyampingkan celana dalamnya, Maya berusaha melepaskan kepala Fandy, tapi pegangan di pahanya begitu kuat.Fandy mengangkat keSUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Jilat dan hisap Yank, buat aku melayang."Maya menarik kepala Fandy agar menyentuh dadanya. Dia ingin pria itu bertekuk lutut padanya, agar tak mudah bicara sesuatu yang membuatnya marah.Tak lama Maya menarik rambut Fandy, saat gelombang kenikmatan itu menyerangnya lagi. Ya, Maya sudah dua kali keluar, sedangkan Fandy masih belum terlihat tanda-tanda akan keluar."Sudah cukup, jalang ini cukup puas dengan dua kali pelepasan."Maya menarik kepala suaminya hingga mendongak lalu mencium bibirnya dengan kasar. Kemudian memisahkan diri dari tubuh pria itu membuat Fandy terdiam, jelas dia melihat wanitanya merajuk."Hai ...tunggu dulu."Fandy mengejar Maya yang masuk ke kamar mandi. Fandy mendorong istrinya hingga bersandar di dinding, lalu menciumi wajah wanita yang sedang marah itu."Maaf Yank."Maya tak menjawab, dia hanya mendengus saja membuat Fandy gemas. Apalagi saat Mata wani
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Menurutmu? Berada dalam pelukkanmu mana bisa tak merasa capek. Banyak gaya yang kau butuhkan, untuk menuntaskan hasratmu padaku."Fandy tertawa mendengar ucapan Maya. Pria itu sadar kalau sekarang dia begitu bersemangat, setiap kali menyentuh istrinya. Seolah balas dendam pada waktu saat mereka berpisah."Itu karena kau begitu mengairahkan Yank. Aku seperti tak ingin melepaskan diri setiap kali menyatu denganmu, seandainya kau mau pulang ke rumah kita. Tentu aku tak akan melewatkan waktu berduaan denganmu."Fandy tertawa lagi saat Maya menoyor kepalanya. Dia mengedipkan mata saat wanita itu menatapnya, Maya hanya membuang muka, karena kesal dengan tingkah suaminya."Jangan cemberut lagi, apa tak cukup delapan tahun marahnya?"Fandy mencubit pipi istrinya agar wanita itu tersenyum. Daripada cemberut aja, karena ulah usilnya.****"Aku tak bisa Mas. Maaf, saat ini kau sedang fokus membahagiakan anak-anakku."Maya mera
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Apa kau begitu mencintai wanita itu? Hingga rela tengelam dalam minuman beralkohol ini."Irvan menatap wanita yang duduk di hadapannya. Dengan pakaian sangat minim namun tak membuat gairah Irvan tergoda."Entah apa yang dimiliki wanita itu? Hingga banyak pria bertekuk lutut padanya. Suami pertamanya harus mendekam di penjara dan sekarang kau juga di penjara, dalam cinta yang begitu menyakitkan. Sedangkan dia hidup bahagia dalam pelukan pria yang aku cintai."Irvan mengagkat wajahnya, saat mendengar kalau wanita itu mencintai pria yang sekarang bersama Maya."Kau mencintai Fandy, siapa kau?"Wanita itu tertawa lalu mengulurkan tangannya. Irvan mendesah kesal saat mengigat nama wanita yang ada di depannya."Kau wanita bodoh itu. Pergilah aku tak ingin bicara denganmu, hanya menganggu ke senangan ku saja."Irvan kembali menuang minuman dalam gelasnya. Dia tak perduli meski wanita itu masih berada di depannya."Ayolah j
"Tawaran kerjasama dengan Irvan. Apa kau yakin Yank? Aku merasa ada sesuatu pada pria itu. Entahlah, aku juga tak tau apa yang membuatku resah setiap kali kau bersamanya. Ingat kan apa yang dia lakukan terakhir kali kalian bertemu?"Aku menarik napas panjang setelah mendengarkan ucapan mas Fandy. Semakin lama sifat posesifnya mulai kembali menyusahkan aku."Aku rasa kau hanya cemburu Mas. Coba jangan berpikir negatif dulu, siapa tau Irvan memang murni ingin kerjasama denganku. Dia juga sudah minta maaf soal hari itu, dia hanya terbawa perasaan saja waktu itu."Mas Fandy terlihat diam, entah apa yang dia pikirkan kali ini. Wajahnya terlihat seperti orang yang sedang berpikir sangat keras."Hai ...cukup, jangan berpikir yang tidak-tidak. Anggap saja ini ujian kita, lagipula kau belum berhasil membujuk anak-anak. Apalagi kau juga membatalkan rencana liburan kita kan?"Aku hendak berdiri meninggalkan mas Fandy. Namun badan ini oleng saat pria itu menarik tanganku hingga terduduk di pangku
"Sedang apa kau di sini?"Fandy menatap Ivan yang berdiri di depan kedua anaknya. Sedangkan Lili terlihat berada di belakang Baihaqi, Fandy melihat gadis kecil itu terlihat menunduk, ada yang membuatnya heran dengan apa yang dia lihat."Shanum dan Baihaqi mau pergi dengan om Ivan? Apa kalian tak melihat Lili berada di belakang kalian? Dia anak om Ivan."Mereka berbalik dan menatap Lili yang menundukkan kepalanya. Jelas gadis kecil itu sedang sedih."Lili sayang mau pulang dengan om Fandy?"Lili menatap Fandy tanpa menatap papanya. Kemudian dia menganggukkan kepalanya."Kak Shanum dan Baihaqi bisa pergi dengan papa. Lili akan pulang dengan om Fandy, maaf Papa lili tidak akan menggangu kalian."Fandy terkejut mendengar ucapan Lili. Ada yang aneh dari ucapan gadis kecil itu."Siapa yang bilang kau menganggu mereka Lili? Kemarilah, peluk kakek."Lili berlari memeluk pria tua yang baru turun dari sebuah mobil. Ivan terlihat bingung, dengan kejadian yang sama sekali tidak terduga."Papa, ka
Suara desahan dan lenguhan terdengar memenuhi ruang kerja Maya. Dia tengah merasakan sensasi cumbuan sang suami, namun semua itu terhenti saat tiba-tiba pintu ruangannya terbuka lebar. Maya segera menunduk di bawah meja untuk menutupi tubuhnya yang nyaris telanjang. Fandy marah besar dan menyerang pria tua yang lancang membuka pintu."Cukup Pak, anda bisa membunuhnya."Sekretaris Maya segera mencegah Fandy, agar tak memukuli pria yang terlihat sudah sangat menyedihkan. Maya berlari keluar setelah merapikan pakaiaannya."Siapa pria ini? Kenapa dia lancang memasuki ruangan ku?"Maya bertanya pada sekretarisnya. Dia juga marah karena perbuatan pria itu telah melanggar privasinya."Maafkan ...saya Nak. Maaf, saya terpaksa melakukannya untuk menemukan kebenarannya yang sesungguhnya. Kalau kau memang bukan pengoda."Bagai di hantam palu gada. Kepala Maya berdenyut, saat mendengar ucapan pria yang tidak dia kenal itu. Bagaimana bisa dia berpikir Maya seorang pengoda kalau mereka saja tak sal
Brak ...."Dasar sundal, berani kau sentuh suamiku!"Maya menerjang wanita yang tengah berjongkok di depan kemaluan suaminya. Wanita itu tengah mengulum benda kesukaannya, setelah menarik selimut untuk menutupi tubuh Fandy dia kembali menghajar Fira.Menampar dan menjambak rambut Fira dengan geram. Dia tak menyangka wanita itu bekerjasama dengan Ivan untuk membalas dendam."Lepaskan aku Maya. Sakit ...tolong."Plak ...plak ....Jiwa bar-bar Maya terusik setelah melihat Fira menyentuh miliknya. Dia melirik Fandy masih tak sadarkan diri, ada luka berdarah di kepala suaminya."Andi tolong bawa mas Fandy ke rumah sakit. Aku akan mengatasi wanita ini, dia harus masuk penjara."Andi orang yang di bawa Maya mencari Fandy segera menuruti perintahnya. Tentu setelah Maya menutup resleting celana suaminya."Jangan lupa lakukan visum, aku akan membuat wanita ini membusuk di penjara."Fira terkejut, dia tak menyangka perbuatannya akan berbuntut panjang. Dia segera memohon agar Maya tak membawanya
"Seorang janda yang melanjutkan usaha suaminya. Sayang isi otaknya tak terlalu bagus, jadi perusahaan tak berjalan baik justru mendekati bangkrut. Irvan menjanjikan suntikan dana dengan syarat membantu Fira menjebak suamimu."Maya mengepalkan tangan ternyata dugaannya benar. Ada yang aneh dengan wanita yang ingin bekerjasama dengan Fandy."Bagus kalau begitu terus awasi dia. Aku sendiri yang akan memberinya pelajaran, kalau dia tak boleh macam-macam dengan milikku."Sandoro adalah orang yang diminta Maya mengawasi wanita yang memasukkan obat perangsang dalam minuman Fandy. Pria itu begitu cekatan, hingga dalam waktu singkat sudah meletakkan informasi yang dia minta di atas meja kerjanya."Ngomong-ngomong, bagaimana kabar suamimu? Aku dengar dia membenturkan kepala, agar tak menyentuh wanita itu."Maya menarik napas saat mendengar pertanyaan Sandoro. Bicara soal Fandy, Maya belum menemui suaminya lagi sejak semalam. Dia masih kesal dengan kebodohan suaminya."Yah begitulah. Dia masih d