Share

Bab 74

Penulis: Nisa Khair
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-27 16:00:06

"Udah boleh sholat, ya?" tanyanya, dengan mata berbinar-binar. Perubahan yang drastis ini, mau tak mau, membuat aku mengernyitkan dahi.

"Sudah, Mas. Kenapa?" tanyaku tak mengerti.

"Nggak apa-apa. Nanti sore, kita balik ya?" ajaknya, terlihat semangat sekali.

Kucari kebenaran dari raut wajahnya. Baru tadi pagi ia berkata akan menginap semalam lagi di sini, sedangkan barusan malah berubah pikiran. Ia menganggukkan kepala seakan mengerti kalau aku bertanya melalui ekspresi wajah.

"Iya. Nggak jadi nginep lagi? Katanya mau balik besok?" tanyaku memastikan.

"Enggak lah. Nggak usah lama-lama di sini. Ya udah, kita sholat bareng, ya?" ajaknya, lantas berdiri dan mengajakku serta.

Ia menghentikan langkahku, tepat saat kaki ini baru melewati bibir pintu, dengan menarik tanganku.

"Kenapa, Mas?" tanyaku, tak mengerti kenapa tiba-tiba berhenti. Kubalikkan badan, hingga kami berhadapan. Bukannya mau ambil wudhu di kamar mandi ya, tad
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 75

    "Kita tinggal di sini, ya, Sayang. Rumah ini, Mas hadiahkan buat kamu. Sore tadi sudah dibersihkan sama orang yang Mas suruh. Maaf ya, rumahnya belum ada isinya. Tapi, kalau untuk tidur, sudah ada kasurnya, kok. Besok kita belanja, buat ngisi rumah ini. Sekarang kita istirahat, ya," ujarnya panjang pendek. "Iya, Mas. Terima kasih, ya," jawabku kemudian. Pandanganku sudah terhalang oleh kaca-kaca begitu mendengar penjelasannya.Sebenarnya rumah ini tak benar-benar kosong. Aku menemukan dua buah ember di ruang mencuci yang sangat nyaman. Ada juga beberapa perabotan di dapur. Baiklah, bismillah, belajar jadi istri, dimulai dengan menata rumah ini esok hari..Hari pertama menjadi suami istri di rumah ini, aku bangun lebih pagi. Kubersihkan pakaian kotor yang kemarin kami bawa dari rumah Mama di ruang cuci. Sebuah ruang yang sangat nyaman, bisa digunakan leluasa untuk menjemur pakaian. Atapnya dari asbes kaca, menutup seluruh ruang ini, jadi aku tak perlu kuatir jika hujan turun. Jika c

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-28
  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 76

    Rasa canggung dan kaku terasa sekali pagi ini. Untuk pertama kalinya, setelah menikah, kami terdiam dan larut dalam pikiran masing-masing dalam waktu yang terhitung lama."Mas, kita perlu beli alat pel, sama kebutuhan dapur, ya?" ujarku, memecah kesunyian yang ada."Iya. Mau berangkat sekarang?" tanyanya, dengan memintaku duduk di sampingnya."Boleh. Tapi, sebenarnya … ," aku ragu hendak mengatakan bahwa aku nggak bisa masak. Tapi ingin juga menyajikan sesuatu untuk suamiku."Sebenarnya kenapa? Kok, nggak diteruskan?""Itu, aku … nggak suka masak, Mas," kutundukkan kepalaku. Bagaimana ini, sudah jadi istri dan belum pernah memasak untuk suami."Terus kenapa kalau nggak suka masak? Kamu kan, istri Mas, bukan tukang masak. Gini deh, Mas aja yang masak, kalau kamu nggak suka. Itu kan juga tugas Mas, memberi nafkah lahir, berupa menyediakan makanan yang siap disantap untuk istrinya. Ada lagi?"Ha? Benarkah ini? Selama ini, yang aku tau, yang paling sibuk di dapur menyiapkan makanan itu ya,

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-28
  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 77

    "Kita beli mainan dulu, ya, Sayang," ujar Pak Hanan, begitu kami berdua telah menghabiskan makan siang.Dahiku mengernyit seketika. Untuk apa membeli mainan? Bahkan kami berdua sudah memasuki sebuah toko, di mana berjejer banyak sekali mainan anak-anak, mulai dari robot hingga boneka. Mainan lain, seperti slime dan playdough juga banyak sekali. Ia sudah melihat-lihat beberapa robot-robotan, lantas memilih satu. Satu ember kecil berisi pasir kinetik juga ia bawa ke kasir."Mas, beli mainan buat siapa?" tanyaku dengan berbisik, saat kami baru saja ke luar dari toko."Oh, buat anak-anak yang manis, anak pemilik catering. Nanti ikut Mas, ya, ambil pesanan nasi kotak, nanti kita bagikan. Anggap saja ini syukuran kita sebagai pengantin baru, juga syukuran rumah baru kita. Oke?" ujarnya.Di sebuah toko yang menjual makanan kecil, ia berhenti, lantas membeli beberapa jajanan untuk anak-anak. Aku semakin ingin tau, untuk siapa belanjaan ini? Ia l

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-29
  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 78

    "Mas, kita lupa memberikan mainan yang tadi Mas beli, biar aku yang kasihkan, ya?" pintaku, sambil mengambil kantong tersebut."Ya udah, Mas tunggu, ya? Mereka lagi istirahat kayaknya, biasanya rame lari-lari kalau Mas ke sini."Aku mengernyitkan kening saat ia berkata. Tapi tetap berusaha berbaik sangka, bahwa hubungan mereka hanya antara pemesan dan penyedia jasa. Bu Lisa tampak keheranan melihat aku kembali ke tokonya. Ia belum beranjak dari tempatnya saat aku kembali."Maaf, Bu Lisa, ini ada sedikit untuk anak Bu Lisa, tolong diterima, ya" ujarku, dengan menyerahkan kantong tersebut."Alhamdulillah, terima kasih banyak, Mbak Husna, semoga makin lancar rejekinya, makin rukun sama suami dan keluarga," jawabnya, sambil menerima pemberianku. Pemberian suamiku tepatnya."Aamiin ... . Do'a yang sama untuk Bu Lisa. Saya pamit, ya, Bu," ujarku lagi, dengan mengulas senyum."Iya, Mbak, hati-hati, ya," jawabnya yang kusambut dengan ang

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-29
  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 79

    Sampai di rumah, aku kembali dibuat terbengong dengan apa yang kemudian terjadi.Belum ada sepuluh menit sejak kami memasuki rumah, seseorang telah mengetuk pintu, lantas mengantarkan satu tampah penuh berisi nasi dan ayam utuh beserta teman-temannya. Di belakangnya, beriringan dua orang membawa tumpukan nasi kotak."Nah, sudah lengkap. Ayah yang pimpin do'a, ya," pinta Pak Hanan, yang segera ditunaikan oleh Ayah.Kami berlima, beserta lima orang tetangga depan rumah dan samping kiri kanan saja yang hadir. Kami membagi semua yang ada di hadapan, lantas bergotong royong membagikan ke semua tetangga satu gang.Hampir jam sembilan saat semua selesai. Ibu malah pamit pulang. Awalnya aku berharap mereka mau menginap, ternyata kekeh mau pulang. Ya sudahlah, aku tak bisa berbuat banyak."Terima kasih, ya, Nak Hanan, sudah menyediakan tempat tinggal yang nyaman untuk anak Ibu. Ibu do'akan, semoga kalian berdua rukun dan bahagia selalu. Dan, semog

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-30
  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 80

    Ditanya begini, malah semakin membuat aku tak bisa berkata apa-apa. Justru isakanku semakin terdengar. Ia tak bertanya lagi, berganti mendekapku erat, membiarkan aku puas menuntaskan tangisan."Apa Mas menyakiti kamu?"Aku kembali menggelengkan kepala."Aku cuma, merasa beruntung memiliki suami sebaik kamu, Mas," jawabku terbata.Kudengar ia menghembuskan napas panjang, hingga angin kecil itu menyapa keningku."Mas yang beruntung memiliki kamu. Maaf kalau Mas masih terbata dalam memahami kamu. Maaf ya, Sayang," ujarnya, lantas terdengar ia terisak..Terbangun jam tiga pagi, aku tak menemukan suamiku di sampingku. Lantas terdengar guyuran air dari kamar mandi di kamar ini. Tak lama kemudian, ia telah keluar dengan bertelanjang dada. Bagian bawah tubuhnya terlilit oleh handuk kecil.Lantas selarik senyum menyambutku, begitu ia menyadari aku telah terbangun. Ia malah bergerak memangkas jarak. "Gante

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-30
  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 81

    "Siapa sebenarnya Bu Lisa?"Aku bertanya dengan menahan gemuruh dalam dada. Ia menatapku bingung. Alisnya bertaut, seakan pemiliknya sedang berpikir keras. Seolah ini pertanyaan paling sulit untuk ia jawab."Katakan, Mas. Bagaimana kamu bisa sepeduli itu pada anak-anaknya? Bagaimana ia bisa peduli padamu hingga memberi bingkisan seperti ini? Apa ia seseorang dari masa lalumu, Mas?"Ia masih bergeming. Sementara aku mulai meradang."Tolong katakan. Apa yang terjadi? Apa aku dihianati?" tanyaku tertahan, lantas kugigit bibir kuat-kuat.Keluar juga pertanyaan ini. Pertanyaan yang menari-nari dan bergulung-gulung di kepala sejak pertama aku melihat rasa pedulinya pada ia, wanita si pengusaha catering, Bu Lisa.Aku tak bisa berpikir lagi. Jika memang ia seseorang dari masa lalu suamiku, atau seseorang yang ia harapkan untuk hidup bersama sebelum bertemu denganku, aku tak akan tinggal diam. Aku tak mau hidup dalam bayang-bayang masa la

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-31
  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 82

    Jika kenyataannya Bu Lisa harus berjuang sendiri demi kelangsungan hidup kedua anaknya, mestinya aku ikut ambil bagian dalam kelangsungan usahanya. Ada banyak cara untuk menolong, bukan? Termasuk membeli dagangan yang kadang kita tak terlalu membutuhkan, tapi berarti besar bagi mereka yang menjual.Pandangan mataku mulai buram, terhalang oleh genangan air hujan yang siap meluncur."Terima kasih, ya, Husnaku Sayang, sudah mau mendengarkan penjelasan Mas. Dari sini, Mas bisa lihat, kamu sudah menjadi istri yang baik, dengan tidak menyela apa yang Mas sampaikan. Kamu hebat, lho. Kenapa? Sebab, nggak semua orang bisa memasang telinga dan menjadi pendengar yang baik, tapi kamu bisa. Mas makin sayang sama kamu. Jangan sedih lagi, ya? Mas kuatir kalau lihat kamu seperti tadi. Seakan dunia Mas runtuh."Ia merengkuhku, yang sebentar lagi siap meluncurkan kristal bening dari kedua sudut mata."Entah bagaimana, kalau nggak ada kamu, Na. Tetap di si

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-31

Bab terbaru

  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Ekstra Part 4

    Aku dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar, serta memiliki peralatan yang lengkap. Di sana aku mendapat perawatan yang lebih baik."Aku akan cacat, Dam!" raungku, lalu suaraku menggema di ruang pemeriksaan."Kamu pergilah, aku sudah tak pantas lagi untukmu. Sudahlah nggak kunjung hamil, sekarang harapan mata kiriku … ."Ia telah melintangkan telunjuknya di bibirku."Sudah, jangan diteruskan. Aku tak akan ke mana-mana, Mei. Kamu istriku, apa pun kondisimu, aku akan tetap di sisimu. Tetap semangat, ya, nanti aku usahakan cari pengobatan yang terbaik. Kalau perlu kita cari donor mata buat kamu."Tergugu aku dalam dekapannya. Aku hampir putus asa, sebab harapan untuk pulih hanya sedikit. Hal ini tentu berpengaruh besar pada penampilanku nanti.Aku terus bertanya-tanya, kenapa harus menerima ini? Aku menolak takdir, bahwa mata kiriku tak bisa pulih seperti sedia kala.Sementara itu, Husna dan Hanan justru memberikan dukungan

  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Ekstra Part 3

    Masih jam sepuluh pagi, saat kuselesaikan laporan penjualan bulan ini.Seorang office boy memasuki ruanganku dengan membawa kotak nasi. "Dari siapa," tanyaku saat kotak tersebut diletakkan di meja sesuai titahku."Dari Pak Hanan, Bu," jawabnya, lalu pamit ke luar.Dahiku mengernyit, lalu menghirup aroma ayam bakar yang menguar.Kedua mataku membola saat membaca nama yang tertera pada selembar kertas yang menyertai nasi kotak tersebut.Yang berbahagia, Rashida Husna dan Hanan Wijaya.Tanganku meremas kertas tersebut hingga tak berbentuk. Terbayang senyuman Husna atas kelahiran buah hati yang mereka nantikan. Sekali lagi aku kalah olehnya. .Hanan semakin mempesona di mataku, terlebih ia telah memiliki seorang bayi yang lucu. Meski cemburu pada Husna, aku tetap menyapa anak itu setiap kali bertemu.Bagaimana aku bisa melewatkannya, anak itu sungguh menggemaskan. Lehernya hampir tak te

  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Ekstra Part 2

    Hanan kian sering memuji desainnya, serta hasil jadi berupa perhiasan siap pakai yang memang laku keras di pasaran.Kulihat matanya selalu berbinar setiap menyebut nama itu. Karir Husna pun kian bersinar. Hatiku dibakar cemburu. Hanan tak pernah seperti ini sebelumnya. Namun, jauh di lubuk hati, aku tak mengingkari peran Husna di sini. Siapa sangka, perempuan biasa itu memiliki kecerdasan luar biasa, hingga dapat membaca selera pasar dalam waktu singkat. Tak jarang kudapati ia mengenakan beberapa hasil desainnya meski hanya sebentar. Memang dasar mis kin. Kalau pengen kan tinggal beli, ngapain dipakai lalu dilepas lagi.Kesejahteraan karyawan kian ditambah. Setelah kenaikan gaji, kini ganti uang makan yang dinaikkan, bahkan nasi bungkus serta nasi kotak pun sering datang lebih awal, hingga para karyawan tak perlu jauh ke luar saat istirahat.Itu semua imbas dari omset penjualan yang melejit berkat desain Husna, sebab peranku d

  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Ekstra Part 1

    POV MeisyaAku telah sangat percaya diri, bahwa mudah bagiku menaklukan seorang Hanan. Desakan sebab usia menjadi salah satu sebabnya.Akulah perempuan di ambang usia tiga puluh. Usia yang menjadi momok bagi perempuan untuk segera mengakhiri masa lajang.Demikian halnya dengan aku. Orang tuaku telah semakin gelisah memikirkan jodoh untukku. Sementara aku tak ambil pusing, kecuali saat satu kata dilontarkan, yakni perjodohan.Aku mulai mencari seseorang yang tepat, setidaknya, sebelum usiaku genap tiga puluh, aku telah memiliki calon ke jenjang pernikahan. Karirku bagus, penjualan tak pernah turun sejak kupegang. Wajahku pun terhitung menarik, tubuhku juga ramping. Tak ada yang kurang di hidupku, kecuali satu, pasangan hidup. Bukan karena aku tak laku, hanya saja aku pemilih. Beberapa kali aku menjalin hubungan, sebanyak itu pula harus kuakhiri sebab aku merasa lebih tinggi.Berbeda dengan Hanan. Ia tak seperti lelaki k

  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 166 (Ending)

    Ia menepati ucapannya untuk membawa kami jalan-jalan, tepat setelah bukan kembar pulang sekolah.Ia membayar waktunya dengan membawa aku ke salon untuk perawatan seluruh badan. Sementara itu, anak-anak ia bawa ke arena bermain, tak jauh dari salon ini berada. Aku segera menyusul begitu selesai dan kembali merasa rileks."Masya Allah, cantiknya istriku," sambutnya, begitu aku telah sampai. Aku tersipu, lantas mengucapkan terima kasih. Si bungsu segera kuambil alih, untuk kuberi ASI. Kedua kakaknya melanjutkan bermain.Setelah menghabiskan waktu seharian, kami dibawa ke rumah orang tuaku. Rumah ibu kian riuh dengan suara anak-anakku, juga anak-anak Mas Dika.Wahyu dan Fajar terlihat antusias saat Mas Dika mengajari gerakan membela diri. Ya, meski mereka telah dimasukkan ke kegiatan yang sama di dekat tempat kami tinggal, tetap saja mereka terkesan dengan gerakan baru dari Mas Dika."Na, mumpung kamu di sini, ibu mau kasih kabar," ujar Ibu, saat aku s

  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 165

    Tangan kecil itu membingkai wajahku, lalu menghujani wajah dengan kecupan tanpa henti."Aku sayang Ibu. I love you, Ibu," cetusnya lagi.Mata kukerjapkan beberapa kali, saat kurasai telapak tangan yang menempel di pundak."Mbak Husna, bangun, Mbak."Suara Bu Ratna mengiringi gerakan tangannya yang terhenti.Terlihat di depanku, Fajar yang sedang terlelap. Sebuah buku yang terbuka di atas selimut yang menutupi sebagian tubuhnya, menandakan aktifitas sebelum ia benar-benar memejamkan mata.Jika ia sedang terlelap sedamai ini, lalu ulah siapa beberapa saat tadi?"Mbak, pindah ke kamar, ya. Tidur sambil duduk begini, Mbak Husna bisa capek, nanti," ujar Bu Ratna lagi.Kuamati diri sendiri. Duduk bertumpu di lantai, dengan tangan bersandar pada sisi ranjang di samping Fajar. Kurasai kalau lututku mulai terasa sulit digerakkan.Di seberang tempatku duduk, Wahyu pun terlihat tak jauh berbeda dengan sang kakak.

  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 164

    "Ibu, gendong."Semakin dekat dengan hari persalinan, semakin bertambah juga kemanjaan kedua anakku.Bergantian mereka berdua mengulurkan kedua tangan meminta aku menggendongnya.Aku pun tak bisa menolak, selain menuruti keinginan mereka. Kapan lagi bisa kugendong, sedangkan mereka sudah tumbuh semakin besar."Gendong sama ayah, ya, Nak, kasihan dong, adik kegencet, kamu kan sudah besar sekarang," tawar sang ayah, jika kebetulan melihat dan mendengar permintaan sang anak."Nggak mau, mau sama ibu aja," jawabnya selalu. "Nggak papa, Yah," jawabku, mencoba menenangkan. Mereka baru mau lepas setelah lama dibujuk.Pagi selepas Subuh, persis seperti saat kelahiran Fajar, bayi itu lahir dengan persalinan normal.Ia bergegas mengadzankan anak itu, dengan suara parau. Lantas kecupan penuh cinta ia labuhkan di kening bayi suci tersebut, sebelum akhirnya diletakkan di dadaku, untuk menikmati ASI pertama."Alhamd

  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 163

    Berkunjung ke rumah Mama, artinya membuka kenangan lama. Tiba-tiba saja aku rindu, melihat kelebat kenangan yang hadir tanpa permisi.Foto pernikahanku terdahulu, bahkan masih terpajang di ruang keluarga rumah ini."Tante kecil," ujar Wahyu. Tangannya telah mulai beraksi, hendak menyentuh pipi dan hidung bayi mungil itu.Melihat bayi Mama yang tengah terlelap, justru menghadirkan kenangan saat Fajar baru hadir di kehidupan kami.Ia telah melakukan banyak sekali hal baik selama hidup bersamaku, tapi, kenapa kenangan buruk itu yang justru muncul di sini?Kutepis pikiran yang hadir, dengan ikut membaur pada kedua anakku yang sibuk dengan Tante barunya. "Iya, Sayang. Hati-hati pegangnya, ya. Coba tanya Oma, siapa nama Tante yang cantik ini?" "Oma, siapa nama Tante kecil ini?" tanyanya patuh."Tante Hapsari, Sayang," jawab Mama, lalu dielus-elusnya kepala Wahyu.Nama yang cantik, untuk bayi dengan wajah bu

  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 162

    "Heh? Serius ngidam pizzanya Bu Lisa?" tanyaku tak percaya.Bukannya apa, selama ini ia paling anti makanan dari olahan tepung. Banyak sekali alasannya, yang susah dicerna lah, yang bikin perut begah lah, dan masih banyak lagi.Sampai kucoret daftar rerotian dari daftar belanja kalau kami sedang ke luar. Semua itu menjadi pengecualian kalau si kembar minta, baru ada menu roti, itu pun tak boleh banyak."Iya, dua rius, Kak. Ada cabangnya yang deket sini apa nggak, ya?"Melihat raut serius di wajahnya, membuat aku mengambil ponsel, lantas menghubungi nomer Bu Lisa."Waduh, maaf belum sampai sana Mas Dirga," jawab Mbak Lisa dari seberang telepon. Kulihat wajah ratuku, ia terlihat tak sabar menunggu jawaban."Ya udah, makasih ya, Mbak. Nggak papa, ada yang ngidam ini."Dan akhirnya sambungan telepon itu pun terputus, sebab ada suara yang memanggil Mbak Lisa."Gimana, Kak?"Tuh, kan, nggak sabar dia. Ba

DMCA.com Protection Status