Share

Bab 58

"Dek Husna!"

Panggilan khas Mas Dika, menyadarkan aku, bahwa aku masih ada di sini, masih ada Mas Dika. Aku tak sendiri. Aku harus bangkit lagi. Bangun Husna, tak ada gunanya meratapi nasib seperti ini.

Mas Dika telah berada di depanku, lantas ikut meluruhkan badannya di lantai.

"Mas, Husna ... ."

"Ssttt ... . Sudah, jangan nangis lagi. Ayo, ikut Mas Dika," ajaknya, memegang kedua bahuku, meminta aku supaya berdiri, kemudian mendudukkan aku di tepi dipan. Aku menurut.

Ia mengambil selembar tisu di atas meja, ia gunakan untuk menyusut bulir-bulir bening yang menganak sungai di kedua pipiku.

"Sudah, Dek. Berhenti nangisnya, ya. Sekarang, tarik napas ... buang."

Kuikuti titahnya, hingga ia meminta aku mengulang beberapa kali.

"Oke, gimana, sudah lebih tenang?"

Aku mengangguk.

"Terima kasih, Mas, sekarang jauh lebih baik," ujarku.

"Bagus. Sekarang, ikut Mas ke depan, Pak penghulu sudah me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status