Share

Bab 14

Penulis: Nisa Khair
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-28 16:00:29

"Fiuh ... ! Selesai juga."

Kuhembuskan napas lega saat kuselesaikan semua pekerjaan hari ini. Melihat jam dinding, sudah jam tujuh malam. Terlambat tiga jam dari jadwal pulang. Mana di luar hujan deras.

"Yah, masih ujan, ya? Nggak bisa pulang dong, kita," ujar Sinta.

"Kamu nggak bawa mantel?" tanyaku sambil membereskan meja.

"Bawa, sih, tapi, kamu gimana?" Sinta terlihat khawatir. Ia masih berdiri di belakang meja, terlihat sedang berpikir bagaimana caranya pulang di saat hujan deras seperti sekarang.

"Gampang kalau aku, mah. Udah, yuk, ke luar dulu aja," ajakku, menghampiri ia yang masih mematung di sana.

Beriringan kami berdua ke luar ruangan. Di depan ruang loker kami berhenti, bersama banyaknya karyawan yang juga menunggu hujan reda.

Akhirnya karena membludak, ruang paling dekat dengan ruang loker yang sudah ditutup, dibuka lagi.

"Wah, nggak bisa pulang kalian, ya?" sa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Mukhlis Zen
kok judulnya nggak masuk yah
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Siapa tuh yang mencari Husna
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 15

    "Ibu, siapa yang nyari Husna?" tanyaku kemudian."Tamu kamu yang kemarin datang," jawab ibu enteng, tapi menyisakan tanya.Otakku berpikir cepat. Tak ada tamu lain yang datang, kecuali … ."Siapa? Bu Ndari?" tanyaku begitu teringat kalau beliau satu-satunya tamu yang kutemui dalam Minggu ini.Anggukan kepala ibu membuat aku mengernyitkan kening. Bukankah baru kemarin beliau datang? Permintaan untuk mengunjungi juga belum kutunaikan, ini kenapa malah sudah berkunjung lagi?"Sana, Yah, kasih tau anak kita," ucap ibu dengan berbisik, tapi masih dapat tertangkap oleh pendengaranku. Hal ini membuat aku semakin ingin tau, ada apa?Ayah meminta ibu menghentikan pijitan di pundaknya. Beliau berjalan mendekat, kemudian duduk menghadap ke arahku. Aku jadi deg-degan melihat ayah memasang wajah serius. Kulihat ayah menghela napas sebelum mulai berbicara."Husna, Bu Ndari datang dengan niat baik. Tapi, ayah dan ibu menyerahkan keputusan pada kamu. Kamu sudah dewa

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-29
  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 16

    "Ibu dan ayah kuatir kamu kenapa-kenapa, jadi Mas cari kamu. Kalau ada apa-apa, bilang, jangan dipendam sendiri!"Sepeduli ini Mas Dika padaku. Maafkan aku, Mas.Ia berusaha melihat wajahku yang tak juga kuangkat. Isakanku meledak begitu saja. Aku ini kenapa?"Istighfar Dek, ingat sama Allah ... . Astaghfirullahal'adzim … astaghfirullahal'adzim."Ia berusaha membimbingku mengucap kalimat istighfar berkali-kali. Tapi aku masih saja terisak. Mas Dika meniup puncak kepalaku setelah membaca entah apa. Aku merasa lebih tenang sekarang.Tak bisa kutolak lagi saat ia memaksa mengantar aku berangkat kerja. Rasa bersalah menerpaku, saat aku telah sampai, dan memegang satu kantong bekal yang dibawa Mas Dika."Banyak-banyak istighfar ya, Dek, usahakan sambil dzikir saat kerja. Atau kamu ijin saja hari ini?" pintanya saat telah sampai di depan pintu gerbang.Aku hanya menggeleng, kemudian menyalami Mas Dika. "Sampai di dalam, kamu a

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-29
  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 17

    Kuperhatikan lagi rumah tersebut. Rumah yang terasa sejuk, dengan banyak bunga mawar yang terlihat cantik dan terawat."Kamu, tadi pagi mau ke sini, kan?" tanya Mas Dika, masih di atas motor.Sekali lagi aku dibuat terkejut oleh Mas Dika. Meski terhalang oleh masker, tapi terdengar jelas pertanyaan yang ia lontarkan.Semalam, saat aku berada di kamar seorang diri, tiba-tiba saja terlintas hendak mencari tau mengenai Bu Ndari. Berbekal alamat yang pernah beliau beri saat kunjungan pertama kali, aku mencari alamat tersebut menggunakan google earth.Sedikit banyak aku ingin tau, siapa Bu Ndari sebenarnya. Tak hanya melalui google earth, akun sosial media juga tak luput dari penelusuranku. Menganggap diri sebagai detektif, begitulah kira-kira. Tak banyak info yang kudapat, selain gambaran alamat yang tertera."Bagaimana Mas bisa tau?""Ayo jalan."Pertanyaanku tak ia jawab. Sepeda motor kembali melaju. Aku sibuk sendiri dengan pertanyaan-pertanyaan yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-30
  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 18

    Rasa ingin tahu, membuat aku berkali-kali memeriksa ponsel. Nyatanya itu malah membuat aku tak nyaman. Akhirnya kesal sendiri, saat sore menjelang, tak juga muncul pesan atau apa pun di ponselku."Itu, kenapa mukanya gitu?" tanya Mas Dika keheranan saat aku bergabung menyaksikan acara televisi."Tau ah!" jawabku malas, sambil memencet tombol remot, mencari alternatif acara."Makan dulu sana. Es krimnya masih kan?""Masih. Iya deh, boleh juga. Mas mau?""Enggak, buat kamu aja," diacaknya rambutku yang kubiarkan tergerai. Gegas aku berdiri, mengambil sebungkus es krim dan mulai menikmati isinya."Mas!""Apa, Dek?""Kenapa nggak Mas Dika aja yang duluan nikah?"Ia tak segera menjawab, malah ngeliatin aku yang lagi asyik menikmati es krim."Yah, dia nanya gitu. Gampang kalau Mas Dika.""Beneran gampang? Emang udah ada calonnya? Kenalin dong!"Kuhentikan sejenak dari mengunyah es krim, melihat Mas Dika hingga ia tergagap."Ya … ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-30
  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 19

    Rasanya sudah lama aku nggak tidur sama ibu. Kulihat ibu memindai wajahku, sepertinya sedang bertanya, kenapa tiba-tiba aku minta ditemani tidur. Detik berikutnya kulihat ibu tersenyum."Mau, Nak, ayo ibu temani. Mumpung kamu belum punya suami, iya, kan? Nanti kalau sudah bersuami, mana bisa tidur bareng ibu, hehe … .""Ibu ada-ada saja. Memangnya kalau sudah punya suami, kenapa nggak boleh tidur sama ibu? Husna kan tetep anak ibu?"Kuletakkan kepalaku di pangkuan ibu. Damai sekali rasanya di sini. Sehat-sehat ya, ibu, supaya aku bisa berbakti lebih lama lagi."Oh, iya, tentu saja karena kamu harus sama suami kamu. Kalau mau tidur sama ibu ya harus ijin dulu.""Gimana, apa anaknya Bu Ndari sudah menghubungi kamu?" tanya ibu setelah terdiam beberapa saat."Mm … sudah, Bu.""Jadi, gimana? Sudah kenalan?" tanya Ibu ingin tau."Sudah, Bu. Tapi, sudahlah, nanti saja ya, Husna nggak mau buru-buru. Husna masih senang b

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-31
  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 20

    ."Aku nyari kamu ke mana-mana, Na. Ternyata kita malah ketemu di sini. Apa sudah lama kamu kerja di tempat Hanan?""Maafkan aku, Kak," tertunduk aku saat berkata. Rasa bersalah yang begitu besar menyelimuti perasaanku kali ini."Husna, bisakah, kita mulai dari awal lagi?"Kutelisik wajah pria di depanku. Ia terlihat lebih dewasa kini. Wajah itu kini terlihat bersinar cerah. Wajah dari pemilik badan tinggi tegap, yang pernah kukagumi pada masanya.Degup jantungku masih bertalu-talu, menghadapi ia yang pernah kutinggalkan demi sebuah perjodohan, yang akhirnya kubatalkan. "Maaf Kak, aku, masih butuh waktu untuk memulai. Aku terlalu terkejut dengan pertemuan kita yang tiba-tiba kali ini," ujarku kemudian.Belum ada juga niatku untuk menjalin hubungan dengan lelaki dalam waktu dekat ini. Termasuk dengan Kak Dirga sekali pun.Aku masih ingin menikmati masa-masa lajang. Bebas bergerak ke sana ke mari, mengumpulkan tabungan dan merancang masa depan.

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-31
  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 21

    Mas Dika tak lagi berangkat bekerja setelah kecelakaan yang menimpanya, demi menuruti permintaan ibu. Luka yang ada di wajah dan tangannya telah pulih, menyisakan bekas luka yang belum pudar.Ia memutuskan resign dari pekerjaannya sebagai tour guide. Padahal aku pengen banget kerja seperti Mas Dika, eh dia malah milih resign. Kini, ia justru membeli sebuah mobil bak terbuka dengan tabungan yang ia kumpulkan selama bekerja. Tak ia pedulikan komentar miring dari kiri kanan."Apaan, beli mobil masak kayak gitu, yang keren dong, yang ada ACnya! Alpard misalnya."Padahal kalau dipikir-pikir, mobil bak terbuka kan justru full AC. Niatnya saja buat kerja, bukan buat gaya."Anak muda kok di rumah saja, nambah-nambah jumlah pengangguran saja!"Ada saja yang berkomentar dan tak enak didengar. Tapi Mas Dika cuek aja. Justru aku yang gemas, tapi menanggapi juga malas. Apa bedanya sama mereka, kalau aku ikut menjawab cibiran yang dilontarkan?"Apa nggak sayang,

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-01
  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 22

    Aku mengerjapkan mata berkali-kali, beradaptasi dengan cahaya lampu. Di mana aku? "Alhamdulillah, sudah bangun kamu, Dek," sapa Mas Dika, membuat aku mengalihkan pandang padanya."Mas, aku ada di mana?""Di sini, di rumah Pak Gani," jawab Mas Dika seraya tersenyum. "Bisa bangun? Yuk, sholat Maghrib dulu, ya, setelah itu kita makan," tambahnya lagi."Bisa, Mas."Oh, iya, baru teringat kalau tadi sepulang kerja aku dibawa ke sini oleh Mas Dika. Jika tak salah ingat, terakhir tadi aku sempat muntah. Apa itu penyebab badanku selemas ini?Aku berusaha bangun, tapi ternyata badanku terlalu lemah, hingga Mas Dika mengulurkan tangan membantuku duduk.Seorang wanita membantu aku ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan mengantar ke tempat sholat. Alhamdulillah aku merasa lebih baik sekarang. Gegas aku menyusul di mana Mas Dika berada, dengan ditemani oleh Mbak tadi."Mari, kita makan dulu, ya, ini sudah disiapkan sama i

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-01

Bab terbaru

  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Ekstra Part 4

    Aku dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar, serta memiliki peralatan yang lengkap. Di sana aku mendapat perawatan yang lebih baik."Aku akan cacat, Dam!" raungku, lalu suaraku menggema di ruang pemeriksaan."Kamu pergilah, aku sudah tak pantas lagi untukmu. Sudahlah nggak kunjung hamil, sekarang harapan mata kiriku … ."Ia telah melintangkan telunjuknya di bibirku."Sudah, jangan diteruskan. Aku tak akan ke mana-mana, Mei. Kamu istriku, apa pun kondisimu, aku akan tetap di sisimu. Tetap semangat, ya, nanti aku usahakan cari pengobatan yang terbaik. Kalau perlu kita cari donor mata buat kamu."Tergugu aku dalam dekapannya. Aku hampir putus asa, sebab harapan untuk pulih hanya sedikit. Hal ini tentu berpengaruh besar pada penampilanku nanti.Aku terus bertanya-tanya, kenapa harus menerima ini? Aku menolak takdir, bahwa mata kiriku tak bisa pulih seperti sedia kala.Sementara itu, Husna dan Hanan justru memberikan dukungan

  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Ekstra Part 3

    Masih jam sepuluh pagi, saat kuselesaikan laporan penjualan bulan ini.Seorang office boy memasuki ruanganku dengan membawa kotak nasi. "Dari siapa," tanyaku saat kotak tersebut diletakkan di meja sesuai titahku."Dari Pak Hanan, Bu," jawabnya, lalu pamit ke luar.Dahiku mengernyit, lalu menghirup aroma ayam bakar yang menguar.Kedua mataku membola saat membaca nama yang tertera pada selembar kertas yang menyertai nasi kotak tersebut.Yang berbahagia, Rashida Husna dan Hanan Wijaya.Tanganku meremas kertas tersebut hingga tak berbentuk. Terbayang senyuman Husna atas kelahiran buah hati yang mereka nantikan. Sekali lagi aku kalah olehnya. .Hanan semakin mempesona di mataku, terlebih ia telah memiliki seorang bayi yang lucu. Meski cemburu pada Husna, aku tetap menyapa anak itu setiap kali bertemu.Bagaimana aku bisa melewatkannya, anak itu sungguh menggemaskan. Lehernya hampir tak te

  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Ekstra Part 2

    Hanan kian sering memuji desainnya, serta hasil jadi berupa perhiasan siap pakai yang memang laku keras di pasaran.Kulihat matanya selalu berbinar setiap menyebut nama itu. Karir Husna pun kian bersinar. Hatiku dibakar cemburu. Hanan tak pernah seperti ini sebelumnya. Namun, jauh di lubuk hati, aku tak mengingkari peran Husna di sini. Siapa sangka, perempuan biasa itu memiliki kecerdasan luar biasa, hingga dapat membaca selera pasar dalam waktu singkat. Tak jarang kudapati ia mengenakan beberapa hasil desainnya meski hanya sebentar. Memang dasar mis kin. Kalau pengen kan tinggal beli, ngapain dipakai lalu dilepas lagi.Kesejahteraan karyawan kian ditambah. Setelah kenaikan gaji, kini ganti uang makan yang dinaikkan, bahkan nasi bungkus serta nasi kotak pun sering datang lebih awal, hingga para karyawan tak perlu jauh ke luar saat istirahat.Itu semua imbas dari omset penjualan yang melejit berkat desain Husna, sebab peranku d

  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Ekstra Part 1

    POV MeisyaAku telah sangat percaya diri, bahwa mudah bagiku menaklukan seorang Hanan. Desakan sebab usia menjadi salah satu sebabnya.Akulah perempuan di ambang usia tiga puluh. Usia yang menjadi momok bagi perempuan untuk segera mengakhiri masa lajang.Demikian halnya dengan aku. Orang tuaku telah semakin gelisah memikirkan jodoh untukku. Sementara aku tak ambil pusing, kecuali saat satu kata dilontarkan, yakni perjodohan.Aku mulai mencari seseorang yang tepat, setidaknya, sebelum usiaku genap tiga puluh, aku telah memiliki calon ke jenjang pernikahan. Karirku bagus, penjualan tak pernah turun sejak kupegang. Wajahku pun terhitung menarik, tubuhku juga ramping. Tak ada yang kurang di hidupku, kecuali satu, pasangan hidup. Bukan karena aku tak laku, hanya saja aku pemilih. Beberapa kali aku menjalin hubungan, sebanyak itu pula harus kuakhiri sebab aku merasa lebih tinggi.Berbeda dengan Hanan. Ia tak seperti lelaki k

  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 166 (Ending)

    Ia menepati ucapannya untuk membawa kami jalan-jalan, tepat setelah bukan kembar pulang sekolah.Ia membayar waktunya dengan membawa aku ke salon untuk perawatan seluruh badan. Sementara itu, anak-anak ia bawa ke arena bermain, tak jauh dari salon ini berada. Aku segera menyusul begitu selesai dan kembali merasa rileks."Masya Allah, cantiknya istriku," sambutnya, begitu aku telah sampai. Aku tersipu, lantas mengucapkan terima kasih. Si bungsu segera kuambil alih, untuk kuberi ASI. Kedua kakaknya melanjutkan bermain.Setelah menghabiskan waktu seharian, kami dibawa ke rumah orang tuaku. Rumah ibu kian riuh dengan suara anak-anakku, juga anak-anak Mas Dika.Wahyu dan Fajar terlihat antusias saat Mas Dika mengajari gerakan membela diri. Ya, meski mereka telah dimasukkan ke kegiatan yang sama di dekat tempat kami tinggal, tetap saja mereka terkesan dengan gerakan baru dari Mas Dika."Na, mumpung kamu di sini, ibu mau kasih kabar," ujar Ibu, saat aku s

  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 165

    Tangan kecil itu membingkai wajahku, lalu menghujani wajah dengan kecupan tanpa henti."Aku sayang Ibu. I love you, Ibu," cetusnya lagi.Mata kukerjapkan beberapa kali, saat kurasai telapak tangan yang menempel di pundak."Mbak Husna, bangun, Mbak."Suara Bu Ratna mengiringi gerakan tangannya yang terhenti.Terlihat di depanku, Fajar yang sedang terlelap. Sebuah buku yang terbuka di atas selimut yang menutupi sebagian tubuhnya, menandakan aktifitas sebelum ia benar-benar memejamkan mata.Jika ia sedang terlelap sedamai ini, lalu ulah siapa beberapa saat tadi?"Mbak, pindah ke kamar, ya. Tidur sambil duduk begini, Mbak Husna bisa capek, nanti," ujar Bu Ratna lagi.Kuamati diri sendiri. Duduk bertumpu di lantai, dengan tangan bersandar pada sisi ranjang di samping Fajar. Kurasai kalau lututku mulai terasa sulit digerakkan.Di seberang tempatku duduk, Wahyu pun terlihat tak jauh berbeda dengan sang kakak.

  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 164

    "Ibu, gendong."Semakin dekat dengan hari persalinan, semakin bertambah juga kemanjaan kedua anakku.Bergantian mereka berdua mengulurkan kedua tangan meminta aku menggendongnya.Aku pun tak bisa menolak, selain menuruti keinginan mereka. Kapan lagi bisa kugendong, sedangkan mereka sudah tumbuh semakin besar."Gendong sama ayah, ya, Nak, kasihan dong, adik kegencet, kamu kan sudah besar sekarang," tawar sang ayah, jika kebetulan melihat dan mendengar permintaan sang anak."Nggak mau, mau sama ibu aja," jawabnya selalu. "Nggak papa, Yah," jawabku, mencoba menenangkan. Mereka baru mau lepas setelah lama dibujuk.Pagi selepas Subuh, persis seperti saat kelahiran Fajar, bayi itu lahir dengan persalinan normal.Ia bergegas mengadzankan anak itu, dengan suara parau. Lantas kecupan penuh cinta ia labuhkan di kening bayi suci tersebut, sebelum akhirnya diletakkan di dadaku, untuk menikmati ASI pertama."Alhamd

  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 163

    Berkunjung ke rumah Mama, artinya membuka kenangan lama. Tiba-tiba saja aku rindu, melihat kelebat kenangan yang hadir tanpa permisi.Foto pernikahanku terdahulu, bahkan masih terpajang di ruang keluarga rumah ini."Tante kecil," ujar Wahyu. Tangannya telah mulai beraksi, hendak menyentuh pipi dan hidung bayi mungil itu.Melihat bayi Mama yang tengah terlelap, justru menghadirkan kenangan saat Fajar baru hadir di kehidupan kami.Ia telah melakukan banyak sekali hal baik selama hidup bersamaku, tapi, kenapa kenangan buruk itu yang justru muncul di sini?Kutepis pikiran yang hadir, dengan ikut membaur pada kedua anakku yang sibuk dengan Tante barunya. "Iya, Sayang. Hati-hati pegangnya, ya. Coba tanya Oma, siapa nama Tante yang cantik ini?" "Oma, siapa nama Tante kecil ini?" tanyanya patuh."Tante Hapsari, Sayang," jawab Mama, lalu dielus-elusnya kepala Wahyu.Nama yang cantik, untuk bayi dengan wajah bu

  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 162

    "Heh? Serius ngidam pizzanya Bu Lisa?" tanyaku tak percaya.Bukannya apa, selama ini ia paling anti makanan dari olahan tepung. Banyak sekali alasannya, yang susah dicerna lah, yang bikin perut begah lah, dan masih banyak lagi.Sampai kucoret daftar rerotian dari daftar belanja kalau kami sedang ke luar. Semua itu menjadi pengecualian kalau si kembar minta, baru ada menu roti, itu pun tak boleh banyak."Iya, dua rius, Kak. Ada cabangnya yang deket sini apa nggak, ya?"Melihat raut serius di wajahnya, membuat aku mengambil ponsel, lantas menghubungi nomer Bu Lisa."Waduh, maaf belum sampai sana Mas Dirga," jawab Mbak Lisa dari seberang telepon. Kulihat wajah ratuku, ia terlihat tak sabar menunggu jawaban."Ya udah, makasih ya, Mbak. Nggak papa, ada yang ngidam ini."Dan akhirnya sambungan telepon itu pun terputus, sebab ada suara yang memanggil Mbak Lisa."Gimana, Kak?"Tuh, kan, nggak sabar dia. Ba

DMCA.com Protection Status