Pras telah tiba di rumah Fiola dan mengetuk pintu rumahnya. Tok, tok."Iya sebentar," jawab Della.Setelah itu Della membuka pintu dan melihat Pras berada di hadapannya. Pras menatap Della dengan penuh kerinduan. Ingin rasanya Pras memeluk Della dengan erat saat ini. "Masuk, Mas." Della mempersilahkannya masuk.Pras pun duduk di ruang tamu, Della meninggalnya sebentar untuk memanggil Darren."Sayang, Papa dateng, tuh." Darren langsung berlari ke rumah tamu untuk menemui Pras."Papaaa," panggil Darren dengan wajah sumringah."Hai, sayang." Pras memeluk erat Darren dan menciumi pipinya. "Papa, Darren kangen banget sama Papa," ujar Darren sembari memeluk erat Papanya tersebut."Papa juga kangen banget sama, Darren."Della sangat terharu dengan pertemuan mereka. Matanya menjadi berkaca-kaca. Dia tak menyangka bahwa nasib anaknya akan seperti ini. Anaknya tidak bisa bertemu dengan Papanya setiap hari. Bahkan dia merasa bahwa anaknya kekurangan kasih sayang dari Papanya. "Papa, kenapa s
Tiba di rumah Pras langsung menggendong Sarah ke dalam kamar. "Kamu istirahat ya, aku mau bersih-bersih dulu," ujar Pras.Selesai bersih-bersih Pras duduk di balkon sembari menikmati secangkir kopi hangat. Dia tenang duduk di balkon sendirian karena Sarah sudah tidur. Tak lama ponselnya berdering, dan ternyata Ibunya yang menelpon. "Halo, ada apa, Bu?" tanya Pras."Tadi Ibu lihat story kamu lagi main sama Darren, Ibu benar-benar senang karena kamu mau menyempatkan waktu untuk bermain dan mengajak Darren jalan-jalan." "Iya, Bu, sebenarnya aku sedih karena gak bisa ketemu Darren setiap hari. Kebetulan tadi aku masih cuti kerja, jadi aku menyempatkan waktu buat main sama Darren.""Baguslah, Darren itu anak kandung kamu, dan dia butuh perhatian dan kasih sayang kamu.""Iya, Bu.""Oh iya, seminggu lagi Darren akan berulang tahun yang ke 4, jadi Ibu mau buat acara kecil-kecilan untuk Darren, Ibu mau kamu turut serta dalam acara anak kamu, dan Ibu mau kamu dan Della bersikap layaknya suam
"Mau jalan-jalan kemana, Sar?" tanya Pras."Ke mall aja, Mas, aku pengen shopping." Pras pun menyetujui keinginan Sarah dan mereka pun langsung menuju mall. "Mas, tadi kamu ngapain aja di rumah Ibu?" tanya Sarah penasaran."Ya enggak ada sih, cuma bahas soal acara ulang tahun Darren yang akan di adakan di rumah Ibu." Pras tidak ingin memberitahu Sarah bahwa Della dan Darren juga datang ke rumah Ibunya "Udah cuma itu doang, Mas? masa cuma bahas itu doang kamu pulangnya sampe sore sih." "Kan aku udah bilang, tadi aku ketiduran di rumah Ibu." Pras mencoba meyakinkan Sarah agar Sarah percaya padanya."Maafin aku ya, Sar, aku udah bohong sama kamu, soalnya aku gak mau merusak suasana hati kamu hari ini," ujar Pras dalam hati.Tak lama mereka pun tiba di mall. Sarah langsung menyerbu baju dan dress -dress yang cantik dan mewah. Melihat Sarah bahagia membuat hati Pras pun ikut bahagia. "Hati-hati, Sar." Pras khawatir melihat Sarah begitu excited saat shopping. Dia takut kalau Sarah terj
Perut aku sakit banget, Mas," rintih Della sembari memegang perutnya."Dell, kamu kenapa?" Aditya menghampiri Della dan memegang bahunya."Kita ke rumah sakit ya," ujar Aditya. Pras yang mendengar perkataan Aditya tampak sangat kesal, Pras menatap Aditya dengan sinis."Enggak usah, Mas, memang udah biasa sering kayagini, dokter bilang kandungan aku lemah," jawab Della."Yaudah kamu duduk aja disini," ujar Aditya sembari membantu Della untuk duduk di sofa."Mas ambilin minum ya, Dell," ujar Pras."Enggak usah! biar gue aja yang ambilin," jawab Aditya. Pras pun langsung menghentikan langkahnya dan menatap wajah Aditya dengan kesal."Gak usah repot-repot, ntar istri lo cemburu." Aditya menepuk bahu Pras sembari menatap wajah Sarah.Aditya pun langsung memberikan minum pada Della. "Makasih ya, Mas," ujar Della."Iya, sama-sama, Dell," jawab Aditya sembari tersenyum manis."Della, lebih baik kamu istirahat aja di kamar, Nak," ujar Bu Ningsih. Della pun langsung mengangguk dan bangkit dari
Tak lama kemudian, Della pun terbangun. Dia kaget saat melihat orang-orang di sekelilingnya menangis."Ada apa ini? kenapa kalian menangis?" tanya Della sembari menatap mereka satu persatu. Fiola tidak sanggup menjawab pertanyaan Della. Dia pun hanya diam sembari menangis sesenggukan. Tak lama Bu Ningsih pun datang menghampiri Della."Della, mau gak mau Ibu harus mengatakan yang sejujurnya sama kamu, Nak," ujar Bu Ningsih sembari mengusap air matanya."Apa itu, Bu? ada apa sebenarnya? kenapa kalian menangis?" tanya Della heran.Dengan berat hati, Bu Ningsih pun mengatakan kabar duka tersebut pada Della. "Kamu keguguran, Nak," ujar Bu Ningsih."Apa? aku keguguran?" Della tercengang dengan apa yang baru saja di katakan oleh Bu Ningsih."Enggak! enggak mungkin!" Della memegang perutnya."Enggak mungkin aku keguguran!" Della menangis histeris. "Kamu yang sabar ya, Nak," ujar Bu Ningsih sembari menenangkan Della yang sedang menangis histeris. Tak lama Fiola pun mendekati Della untuk men
"Mas, Pras? ngapain malam-malam kesini?" tanya Fiola sembari mengerutkan alisnya."Aku mau ketemu Della," ujar Pras."Enggak! Della udah tidur, Mas, dan gak bisa di ganggu," jawab Fiola tegas."Udah tidur?""Iya, lagian ngapain sih Mas dateng jam segini? besok kan bisa," ujar Fiola kesal.Pras pun heran dengan sikap Fiola yang ketus malam ini."Kenapa dia?" gumam Pras dalam hati. "Oh iya Darren mana?" "Udah tidur juga," jawab Fiola singkat."Yaudah kalo gitu." Pras pun langsung bergegas pergi meninggalkan rumah Fiola. "Awas aja ya, kalo ternyata Sarah dalang di balik kegugurannya Della, gue akan kasih dia pelajaran!" gumam Sarah.Fiola pun masuk dan menghampiri Darren yang masih sibuk dengan kado-kadonya."Darren, sayang. Lanjut besok lagi ya bukain kadonya, sekarang Darren tidur ya, udah malam nih," ujar Fiola lembut. "Oke, Tante," jawab Darren setuju."Anak pinter." Fiola mengelus kepala Darren. Fiola pun mengantarkan Darren ke dalam kamarnya."Darren tidur ya di samping Mama,"
Semalam saat Bu Ningsih pulang, dia langsung mengecek tangga untuk mengetahui apa yang sudah membuat Della terpeleset sehingga bayi yang ada di dalam kandungannya keguguran.Bu Ningsih pun naik ke tangga dengan hati-hati. Setelah itu dia melihat dan mengecek tangga tersebut. Namun, tidak ada tanda-tanda apapun, tangganya tampak kering bahkan tidak basah sama sekali."Tangganya kering, bahkan gak basah, kok Della bisa kepleset ya," ujar Bu Ningsih. Tak lama, dia melihat pembantunya ingin membuang sampah ke luar, dia pun memanggil pembantunya tersebut."Bi," panggil Bu Ningsih."Iya, ada apa Nyonya?" jawab pembantunya."Bibi tadi udah ngepel tangga?" tanya Bu Ningsih."Udah, Nyonya," jawab pembantu tersebut."Tadi sebelum Bibi ngepel tangga, Bibi ada liat tangganya basah gak? atau tangganya licin pas Bibi injak?" tanya Bu Ningsih."Engga tuh, Nyonya, tadi pas Bibi ngepel tangganya memang kering dan bersih," jawab pembantunya. Bu Ningsih langsung terdiam dan berpikir, lantas apa yang me
Selesai makan, Pras langsung membersihkan mulutnya dengan tissue. "Makasih ya, Dell, udah ngizinin Mas makan disini," ujar Pras sembari tersenyum senang."Iya, sama-sama, Mas," jawab Della.Selesai makan, Pras mengajak Darren mengobrol dan bermain sebentar sebelum kembali ke kantor. 30 menit kemudian, Pras berpamitan pada Della dan Darren karena ingin kembali ke kantor."Papa udah harus masuk kerja lagi, Nak. Papa pergi dulu ya," ujar Pras sembari mengelus lembut kepala Darren."Del, Mas balik ke kantor ya," "Iya, Mas," jawab Della. Setelah itu Pras langsung bergegas kembali ke kantor. Siang ini Pras kembali bekerja dengan perasaan senang. Pras tak henti-hentinya tersenyum bahagia saat bekerja, dan pekerjaannya pun selesai dengan baik.Berbeda dengan Pras yang sangat bahagia karena baru saja bertemu Della dan menikmati masakannya. Della malah pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraiannya dengan Pras. Saat ini dia sudah tidak mengandung anak Pras, dan tidak ada alasan lagi untuk m