Share

Dua Puluh Lima

Penulis: Chew Vha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-25 06:50:36

Setelah bertemu orang yang mengontrak rumah, aku merasa lega karena sudah mengurus masalah kebocoran rumah. Jangan sampai aku datang ke sini lagi, deh. Bukan hanya karena ibu saja. Namun banyak orang di sekeliling sini yang sangat ingin tahu kehidupanku.

Seperti ibu Ayu tadi, kalau saja dia tidak memanggil mantan mertuaku, kejadian tidak akan terjadi. Rasanya ingin cepat selesai urusan perceraian kami.

“Widya!”

Suara itu mengingatkan aku pada beberapa bulan lalu. Saat masih menjadi istri Mas Reno.

Akan tetapi, kenapa suara itu nyaring terdengar sangat dekat? Apa ini halusinasi? Ah, ternyata ini nyata saat melihat mantan ibu mertua berada di halaman rumah.

Orang yang mengontrak rumah sampai kaget mendengar suara nyaring ibunya Reno.

“Duh, Bu. Biar saya yang ke luar, ibu di sini saja.”

“Iya, Neng.”

Gegas aku menghampiri mantan mertuaku agar dia tidak semakin menjadi. Takut membuat t

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Dua Puluh Enam

    Pov RenoSial sekali aku, kenapa Widya kekeh mau berpisah? Apa karena bosnya itu, dia tidak mau kembali padaku? Dengan cara apalagi membujuknya?Sore ini tidak biasanya ibu datang dan memarahiku. Topik yang dibahas adalah Widya. Kapan dia bertemu mantan istriku sampai dia emosi."Benar kamu minta rujuk sama Widya?" tanya ibu dengan emosi."Tahu dari mana ibu?""Ditanya malah balik bertanya. Jawab aja, benar apa nggak?"Mau jawab apa kalau ibu sudah emosi. Lebih baik aku berkelit saja, dari pada runyam. Sial sekali hidupku."Nggak mungkinlah. Besok Reno mau datang ke sidang perceraian," elakku.Ibu berhenti mengomel, tapi dia bergeming. Mungkin dia berpikir apa yang aku ucapkan benar apa tidak. Mumet urusannya."Awas, ya, kalau kamu sampai rujuk sama dia.""Iya."Untung saja ibu percaya. Melihat Widya dengan bosnya hati ini terasa panas. Sepenuhnya aku belum merelakan dia. Kenapa Widya dan ibu

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-25
  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Dua Puluh Tujuh

    Jadwal persidangan pukul 15.00. Masih bisa kusempatkan bekerja, dari pada izin terus malah tidak enak dengan yang lain."Sidang mau aku temani nggak, Wid?""Nggak usah.""Kalau berubah pikiran bilang, ya."Aku mengangguk saat Nina memberikan tawaran. Namun, sepertinya lebih baik sendiri. Toh, sudah di temani Pak Wawan, pengacaraku.Kenapa aku jadi tidak sabar menyandang gelar janda? Ah ... menyebalkan. Hal ini mungkin karena aku sudah muak dengan kelakuan mereka."Wid, iparmu baru anak magang saja gayanya selangit. Dengar-dengar, dia mau nikah?""Dengar-dengar, tapi nggak tahu, deh.""Nggak jadi katanya.""Lah, kenapa?""Si cowok cuma bisa kasih mahar lima belas juta, tapi ibunya minta tiga puluh juta."Miris, dulu saja saat menikah denganku, Mas Reno hanya memberikan aku lima belas juta. Sekarang, menikahkan anak gadisnya seperti sedang menjualnya.Tidak heran dulu saat kami lamaran saja

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-25
  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Dua Puluh Delapan

    Gosip beredar sangat kencang. Tentang aku dan Pak Erlan, entah siapa yang berani memulai itu. Aku berusaha berbicara pada bosku itu. Namun, ah, sudahlah dia tampak tenang.Sementara, aku pusing dengan tatapan aneh mereka padaku. Siapa yang menyebarkan gosip hubunganku dengan Pak Erlan?"Pantas saja dia bercerai dengan suaminya, selingkuhannya lebih kaya."Hatiku pedih saat lewat di depan banyak karyawati. Mereka sepertinya sengaja berbicara kencang agar aku mendengarnya."Kasihan, adik iparnya aja minta traktir makan dia malah bilang kalau mereka sudah tidak ada hubungan apa-apa. Hih, kacang lupa kulitnya. Amit-amit, ih."Aku meremas dada, aku tahu ulah siapa ini. Sebelumnya, aku harus memberi mereka pelajaran."Kalian kalau tidak tahu apa-apa tidak usah sok menghakimi," ucapku."Siapa juga yang menghakimi, sudah jelas, suami sedang menganggur malah meminta cerai. Eh, malah mendekati Pak Erlan. Dasar matre.""Hih, k

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-25
  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Dua Puluh Sembilan

    Pede sekali aku berbicara seperti itu pada Kakak Pak Erlan. Namun, aku tidak ingin dia meremehkan diri ini seperti keluarga mantan suamiku dulu.Setelah ini, mungkin Pak Erlan akan kesal denganku. Berulang kali aku bilang jika dia yang sengaja mengejar. Dia pun tidak mengelak, tapi wajahnya terlihat masam. Mungkin pikirnya, aku menyebalkan.Beberapa jam setelah Kakaknya pulang, dia menelepon meminta aku datang ke ruangannya. Pasti dia akan memarahiku atau berhenti mengejar cinta janda ini? Duh, kenapa aku jadi ingin dikejar Pak Erlan? Sebel jadinya.Aku segera ke ruangan Pak Erlan. Seperti biasa dia akan marah jika aku terlalu lama datang."Permisi, Pak.""Masuk, tutup pintu, kunci kalau perlu sekalian." Terdengar suaranya dari dalam.Hih, untuk apa coba di kunci? Pasti dia mau marah sama aku."Duduk."Aku duduk sesuai perintahnya. Tangan pria itu menopang dagunya. Sungguh tampan bosku ini. Namun, terlalu perc

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-25
  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Tiga Puluh

    POV Ibu RenoTernyata Ningrum tidak seperti yang aku pikir. Memiliki menantu kaya tidak membuat hidup ini berubah menjadi lebih baik.Reno pun sekarang seperti tunduk pada Ningrum sialan itu. Kurang ajar dia, seharusnya Reno memberikan gajinya padaku. Namun, karena Ningrum menguasai semua gaji anakku, aku pun hanya gigit jari.Dari mana aku mendapatkan uang untuk sehari-hari? Beda sekali saat dia masih bersama Widya. Beberapa kali aku mencercanya, wanita itu masih mau memberikan aku uang.Beda sekali dengan Ningrum. Sialan janda rese itu. Membuat aku percaya hingga mau membujuk Reno menikah dengannya.Perkataannya kemarin membuat aku muak. Dia pikir Reno akan tunduk padanya. Lihat saja, sebentar lagi kuminta anakku menceraikannya seperti pada Widya.Kebetulan Reno datang. Pasti dia mau makan. Sudah pasti, dia tidak diurus oleh wanita sialan itu."Mau makan kamu, No?""Iya, Bu."Ku

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-25
  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Tiga Puluh Satu

    Aku bingung dengan hidupku sekarang. Kenapa harus banyak orang yang iri padaku? Padahal aku siapa? Hanya wanita yang hidup menjanda. Di kantor sudah mulai beredar gosip yang digosok kencang oleh Rena. Belum lagi Kakaknya si Pak bos. Duh, banyak banget sih orang berhati busuk.Hari ini Pak Erlan memintaku ke pabrik barunya. Otomatis aku pasti bertemu dengan Mas Reno. Aku sudah menolak, tapi seperti biasa jiwa pemaksa Pak Erlan sangat kuat.Seperti sekarang, aku sudah berada di pabrik baru ini. Berdua dengannya membuat aku canggung. Apalagi setelah aku membuat dirinya malu. Berbicara pada kakaknya kalau pria di sampingku yang kekeh mengejar aku.Pantas saja Kakaknya agak kesal denganku. Aku tidak mau diremehkan lagi. Semua usahaku bangkit tidak boleh jatuh kembali."Bu Widya dan Pak Erlan sudah menunggu lama?" tanya Pak Bagus."Baru saja datang, kok, Pak," ujar Pak Erlan.Kami mengikuti Pak Bagus ke ruang meeting. Aku sudah b

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-25
  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Tiga Puluh Dua

    Ketukan palu perceraianku sudah terdengar. Tidak ada mediasi, dan semua berjalan lancar sampai pada sidang terakhir. Kini, aku resmi menjanda.Tidak perlu ditanya bagaimana rasanya. Lega, setelah menunggu lama. Aku bisa terbebas dari keluarga parasit itu.Budeh Sri datang mengunjungiku. Wanita tua itu sengaja menemani aku sementara waktu. Katanya rindu pada keponakannya ini.Senang bukan kepalang saat tahu Budeh akan datang. Aku jadi memiliki teman ngobrol. Sekalian sharing tentang Pak Erlan.[Kamu ke kantor lagi, nggak?"]Sebuah pesan masuk dari Pak Erlan.[Saya langsung pulang saja, Pak.][Oke, selamat atas status barunya, ya]Ya Tuhan. Tolong hati ini, jangan sampai jatuh ke lubang yang sama. Semoga jika memang aku berjodoh dengannya, jangan ada Rena dan ibu mertua seperti keluarga Mas Reno."Bosmu ganteng, Wid. Kaya lagi.""Memang, sih. Aku masih takut, Budeh.""Jalani saja dulu, s

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-25
  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Tiga Puluh Tiga

    POV RenaAku bahagia bisa menikah dengan Mas Baskoro. Derajatku semakin tinggi menjadi istri dari manajer kantor. Tidak kalah dengan Mbak Widya mantan kakak iparku.Pesta pernikahan dua hari lalu pun sangat mewah. Banyak tetangga dan kawan berdecap kagum. Pintar aku memilih pasangan kata mereka. Setelah kemarin gagal menikah karena permintaan ibu di tolak, aku sempat kesal. Namun, ada untungnya. Mas Baskoro melamarku dan menyetujui pesta besar untuk pernikahan kami.Mas Baskoro memboyongku ke rumah besar miliknya. Aku pun membawa ibu juga karena dia ingin menikmati hidup enak. Kapan lagi buat dia senang."Ren, uang amplop kemarin mana? Bukanya itu jatah perempuan, ya?" Ibu bertanya padaku."Iya, juga, Bu. Nanti aku tanyakan pada Mas Baskoro,” jawabku.Seperti yang Ibu bilang, aku segera menanyakan uang amplop pernikahan kemarin. Suami selesai mandi dan bersiap berangkat ke kantor."Mas, aku mau tanya, uang amplo

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-25

Bab terbaru

  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Empat puluh delapan

    Kenapa Budeh menangis, apa aku keguguran saat terjatuh tadi? segera aku mengusap perut ini, tetapi sama sekali aku tidak tahu, apa masih ada janin atau tidak di perut ini?aku kembali menatap raut wajah Budeh. lagi, ia memelukku dengan erat. air matanya tumpah membanjiri pipi. Budeh, apa yang sebenarnya terjadi?"Budeh, jangan menangis. Apa ini ada hubungannya dengan anakku?" tanyaku penasaran."Budeh menangis bahagia, akhirnya lengkap sudah kebahagiaan kamu. Untung Erlan cepat membawamu. Untung Allah masih melindungi kalian.”Kini aku yang menangis, karena kecerobohanku, hampir saja aku kehilangan janin ini. Namun, hati ini masih sakit jika mengingat semuanya. Aku benci mereka. Bodohnya aku, saat ia bilang mencintaiku. Diri ini juga terlalu terhanyut saat Mas Erlan ingin membahagiakanku. Aku pikir, diri ini paling beruntung memiliki suami seperti dia.nyatanya, aku harus menahan pedih di hati. Mas kenapa kamu tega! Kenapa dirinya harus datan

  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Empat puluh tujuh

    "Jangan mengungkit masa lalu. Aku pun tidak pernah usil dengan kamu Mba. Tolong, jangan buat keributan di rumahku." Ibu mertuaku merasa terganggu dengan perkataan Budhe Ratih.Memang, menurutku keterlaluan Budhe Ratih. Sudah ditolong, tapi dia malah berbuat tidak baik. Kulihat wajah Mama sampai memerah. Belum lagi Papa mertua yang menarik napas."Anakku, Erlan tidak seperti itu. Bagaimana bentuknya sang istri, itu sudah menjadi kodratnya. Makanya anakmu suruh nikah, jangan bisanya julid sama orang. Untung saja Erlan tidak tertarik dengan Gladis. Malu aku punya menantu dengan ucapan tidak baik,” ujar Mama.Aku terkesiap dengan penuturan Mama. Wanita tua itu bangkit, dan langsung meninggalkan meja makan. Tidak lama Papa juga ikut masuk ke kamar."Wid, kita makan di luar saja, yuk," ajak Mas Erlan."Iya, kamar"Kalian mau ke mana?" tanya Gladis."Bukan urusan kamu,” jawab Mas Erlan.Mas Erlan memberi kode agar ak

  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Empat Puluh Enam

    Terpaksa aku kembali ke rumah ini. Rumah besar yang dihuni beberapa kepala. Demi suami, aku bertahan untuk menyenangkan ibu mertua.Cucu pertama dari keluarga ini sangat diharapkan. Anak perempuan mereka yang sudah beberapa lama menikah tak kunjung hamil. Sampai aku hamil, antusias mereka sangat besar."Kamu mau rujak, nggak, Wid?" tanya Ibu mertuaku."Nggak, Ma. Aku malah nggak mau asem-asem. Maunya yang pedas." Aku menjawab sambil duduk di kursi dapur."Makanan pedas gitu? Atau ikan, ayam atau apa gitu? Bilang aja sama Mama, nanti suruh Bibi masak. Jangan sungkan.""Iya, Ma. Apa aja, yang penting pedas.""Ya, sudah nanti ayam saja di cabeiin. Biar makan semua, enak juga kayanya."Akhirnya aku mendapat perhatian Ibu mertua. Kupikir ia sama seperti Ibunya Reno. Namun, ternyata Mama berbeda. Memang dia terlihat apa adanya.Gladis berlari masuk ke rumah. Aku lihat beberapa kali dia mengintip jendela rumah. Ada apa sebenarnya?

  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Empat Puluh Lima

    "Ancaman Apa?" tanyaku."Bukan ancaman apa-apa. Ya, tapi takutnya aja si Gladis melakukan hal macam-macam." Mba Erni menjelaskan padaku.Kenapa masih banyak orang seperti Gladis. Sudah jatuh miskin, masih saja bersikap seperti ratu dalam istana. Kenapa tidak sadar diri, jika dia sudah menjadi miskin."Biarkan, Mba.""Kamu terlalu lembek. Budhe Ratih itu cuman manfaatin Mama. Dia tinggal di rumah Mama itu bakal lama. Lihat aja kataku nanti."Mbak Erni ikut emosi jika mengingat kelakua kedua orang itu. Belum lagi, sikap Gladis yang tidak mengenakkan. Aku bisa frustrasi menghadapinya. Sekarang dia berani meminjam uang dua puluh juta. Besok-besok pasti akan lebih berani. Astaga, jauhkan aku dari orang seperti itu Ya Allah.Ponsel Mas Erlan berdering, ia mengambilnya dari nakas. Wajahnya mengerut seperti melihat sesuatu."Ada apa, tumben si Mba Nani telepon. Ada apa, ya?" tanya Mas Erlan."Angkat dulu aja," kataku.Mas

  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Empat Puluh Empat

    "Temui aja, Mas," ujarku pelan.Rasanya mengingat ia menyukai suamiku itu membuat aku ingin mengusirnya. Kenapa bisa ada wanita tidak tahumu seperti Gladis. Mas Erlan membuka pintu setelah aku mengizinkannya."Ada apa, Dia?" tanya Mas Erlan."Mas, aku boleh pinjam uang? Hari ini ada acara, nanti aku ganti. Soalnya uang Papa---""Uang Papamu habis. Bagaiamana kamu bisa menggantinya?""Ya, aku sedang mencari pekerjaan. Makanya aku butuh uang untuk ke mana-mana. Boleh, ya, Mas?" Gladis seperti memohon pada suamiku.Aku mendekati mereka, astaga, gadis ini memakai pakaian sexy di depan Suamiku. Belahan dadanya saja sengaja ia umbar. Memang tidak tahu malu."Berapa?""Sepuluh juta,” ujar Gladis.Mendengarnya membuat aku sakit kepala. Yang sebanyak itu dia pinjam dan entah kapan mengembalikannya.Mas Erlan melihat ke arahku. Aku tidak mengerti maksudnya."Sekarang Widya istriku, jadi Widya yang ber

  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Empat Puluh Tiga

    Gladis menyukai menyukai Mas Erlan? Pantas saja ibunya tidak terima saat aku menjadi istri sang pujaan hati anaknya. Mereka aneh, masa mau menikah dengan sepupu?Kok bisa, mereka menginap di sini? Katanya kaya raya, masa, iya, menumpang. Aku beranjak ke luar kamar. Seharian di ruangan ini membuat aku bosan. Lebih baik aku mencari buah di kulkas. Siapa tahu Mama ada simpanan buah. Kebetulan ada Mama di dapur. Aku mengurungkan niat menyapanya, ada Budhe Ratih di sana.Terdengar mereka sedang mengobrol. Di posisi aku berdiri, masih bisa terdengar mereka berbicara. Aku bukan mau menguping, tapi ingin tahu saat nama Mas Erlan di sebut."Mbar, kamu yang benar saja menikahkan Erlan dengan wanita biasa. Kamu nggak lihat anakku Gladis lebih cantik." Terdengar suara bude membuat aku sakit hati."Itu pilihan dia, mana bisa aku melarang. Tahu sendiri, kalau sudah mau A ya tetap A. Mana bisa berubah menjadi B." Ibu mertuaku seperti tak banyak bicara."Halah, ng

  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Empat Puluh Dua

    "Sayang, aku mau ke luar kota seminggu, kamu di rumah Mama dulu, ya. Mama minta selama kamu hamil tinggal di sana, mau?"Aku berpikir ulang dengan permintaan Mas Erlan. Untuk seminggu tidak masalah, tapi kalau untuk waktu yang lama, aku belum tentu mau.Biasanya kata orang, deket itu bau, kalau jauh baru wangi. Aku takut, hubungan dengan Mama seperti hubunganku dengan Ibu yang selalu saja bertengkar."Di rumah Mama, semua sudah pembantu yang mengerjakan. Mama juga sama seperti kamu, tidak bisa masak."Mas Erlan seperti tahu keraguanku. Ia kembali menjelaskannya."Bukan itu, sih maksudku. Hanya takut seperti dulu, dekat dengan mertua dan selalu ribut."Semoga saja Mas Erlan mengerti apa yang aku maksud. Hmm ... aku pikir enak juga tinggal di sana. Dalam keadaan hamil seperti ini, setidaknya ada Mama dan banyak orang yang sigap jika terjadi sesuatu denganku."Iya, aku mengerti sayang, terserah kamu aja. Yang penting kamu nyaman.

  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Empat Puluh Satu

    Baskoro bersama Rena menunggu di bagian administrasi. Memang sengaja mereka menunggu kami datang. Saat aku sampai, kasihan sekali melihat Rena menangis tak henti.Mas Erlan segera menghampiri bagian administrasi bersama Baskoro. Sejenak mereka saling berbicara. Entah, apa yang mereka perbincangkan. "Ibu kenapa, Ren?" tanyaku. "Ibu jatuh saat sedang mencuci, Mba." "Mesin cuci rusak?" "Air di rumah masih kecil. Lama kalau nunggu masuk ke mesin. Adanya nanti rusak mesinnya." Rena menjelaskan padaku. Aku kembali teringat saat ibu datang menumpang mencuci. Datang dengan makian yang membuat Budhe Sri mengamuk. Setelah itu terjadi perang. Sudah lama sekali hal itu. Kupikir sudah tidak seperti itu lagi. Dari kejauhan Mas Reno datang tergopoh-gopoh. Bagaimana ini, tidak mungkin aku langsung menghindar, sedangkan di ujung sana, suamiku tak henti menatap ke arahku. "Ren, aku mau ke Mas Erlan dulu." "Iya, Mba

  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Empat Puluh

    POV WidyaSudah dua bulan aku mengalami kelelahan. Badanku semua sakit, bahkan Indra penciumanku terasa sensitif. Mencium aroma yang menusuk, membuat aku memuntahkan kembali isi dalam perutku.Mba Erni datang berkunjung, wanita itu seperti biasa selalu bawel padaku. Dia datang membawa beberapa katalog untuk berlibur. Memang Mas Erlan menjanjikan kami liburan. Apalagi suamiku menjanjikan mengajak Mba Erni."Nih, Wid. Tinggal pilih, mau ke mana?" Aku menatap brosur dengan harga tiket dan penginapan yang begitu mahal. Sayang sekali biaya liburan mahal sekali."Nggak usah bingung, sih. Sekarang kamu istri Erlan, pengusaha muda dan kaya. Mau apa tinggal tunjuk,” tukas Kakak iparku."Bukan begitu, Mba. Aku kurang enak badan, lemas pula. Baru aja muntah. Bagaimana mau liburan?""Kamu udah menstruasi belum?" tanya Mbak Erni antusias.Aku berpikir, sepertinya aku terlalu bahagia dengan pernikahan ini sampai melupakan kalau aku sudah dua

DMCA.com Protection Status